FENOMENA PENGARUH MUDIK SAAT IDUL FITRI TERHADAP KETAHANAN PEREKONOMIAN DAERAH

Wednesday, 9 April 2025

Istilah “Mudik” berasal dari bahasa Jawa, yaitu “Mulih” yang berarti kembali, dan “Dilik” yang berarti pulang ke rumah (Oktavio & Indrianto, 2019).

Mudik tidak hanya memiliki nilai emosional, tetapi juga berdampak besar terhadap berbagai aspek sosial dan ekonomi :

  1. Peningkatan Aktivitas Ekonomi. Saat musim mudik, terjadi lonjakan konsumsi di berbagai sektor, terutama transportasi, perhotelan, dan ritel. Banyak keluarga yang menerima kiriman uang dari kerabat yang bekerja di kota, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat di daerah asal (Prasojo et al., 2020; Yulius & Susanti, 2024).
  2. Kemacetan dan Kepadatan Transportasi. Perjalanan mudik tahun 2023 (lebih dari 123,8 juta orang), tahun 2024 (lebih dari 193,6 juta orang), tahun 2025 (lebih dari 146,48 juta orang) Proyeksi pergerakan pada Lebaran 2025 lebih rendah 24,4 persen dibandingkan 2024, data Kemenhub. Sistem transportasi menghadapi tantangan besar seperti kemacetan panjang dan kepadatan kendaraan umum (Prasetyo & Sofyan, 2021; Susilo, 2023). Hal ini menuntut perencanaan dan manajemen transportasi yang lebih baik agar perjalanan mudik lebih aman dan nyaman.
  3. Peluang Ekonomi bagi Pedagang Lokal. Kegiatan mudik memberikan manfaat ekonomi bagi daerah asal. Pasar tradisional mengalami lonjakan penjualan karena pemudik membeli oleh-oleh khas daerah untuk keluarga mereka di kota atau daerah lain. Fenomena ini membantu redistribusi ekonomi dari wilayah perkotaan ke pedesaan (Oktavio & Indrianto, 2019; Prasetyo & Sofyan, 2021).

Mengutip Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, perputaran uang selama bulan Ramadan dan libur lebaran diperkirakan meningkat pertumbuhan ekonomi pada saat yang lalu di kuartal 1-2024 dan diprediksi mencapai Rp 157,3 triliun, artinya pergerakan dalam angkutan lebaran menciptakan peluang dan manfaat yang sangat bernilai.

Meskipun mudik sifatnya rutin berlangsung setiap tahun saat Idul Fitri, namun pelaksanaannya selalu fenomenal dan menjadi pekerjaan besar. Pelaksanaan mudik Lebaran senantiasa melibatkan berbagai pihak, mulai dari unsur pemerintah dan Bank Indonesia sebagai regulator, pihak BUMN, perbankan, perusahaan swasta sebagai operator, sampai berbagai komponen masyarakat yang sekaligus sebagai

pemudik itu sendiri. Fakta lain menunjukkan bahwa mudik Lebaran tidak hanya didominasi oleh kaum Muslim saja, namun juga umat agama lain. Semua memanfaatkan momentum ini sebagai ajang silaturahmi untuk bertemu dengan sanak keluarga dan kerabat di kampung halaman.

Oleh :

  1. Kolonel Pom Fery Hendrawan, S.H., M.H.
  2. Kolonel Inf Misyanto.
  3. ASN Gol IV/C Tati Herlia.



Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia