ANCAMAN BRAIN ROT MENGHANTUI GEN Z (SEBUAH RENUNGAN DALAM KEKAWATIRAN)

Tuesday, 7 January 2025

Pada kalangan generasi Z saat ini sedang berkembang perbincangan tentang fenomena Brain Rot. Istilah ini secara informal merujuk pada penurunan kapasitas mental akibat konsumsi konten digital secara berlebihan. Dalam konteks ini, Brain Rot bukanlah kondisi medis yang diakui, melainkan metafora untuk menggambarkan kemunduran kognitif yang mungkin terjadi akibat pola hidup modern yang sangat terhubung dengan teknologi.

Generasi Z, lahir dalam rentang tahun 1997–2012, tumbuh dalam pesatnya era internet dan media sosial. Mereka sering digambarkan sebagai “digital natives” yang terampil dalam penggunaan teknologi, tetapi juga rentan terhadap dampak negatifnya. Tulisan ini bertujuan mengeksplorasi fenomena Brain Rot pada Gen Z dari perspektif ilmiah, mengidentifikasi penyebab, dampak, serta strategi pencegahan.Pemahaman Brain Rot. Merupakan istilah populer yang merujuk pada penurunan fungsi otak akibat konsumsi konten digital secara berlebihan, khususnya konten yang bersifat repetitif dan dangkal. Fenomena ini melibatkan gangguan fokus, penurunan kemampuan berpikir kritis, dan kelelahan mental.

Hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa otak manusia dirancang untuk bekerja secara aktif dalam menyelesaikan masalah kompleks. Namun, konsumsi konten instan seperti video pendek (seperti TikTok dan Instagram), dapat berdampak otak bekerja secara pasif. Hal ini dapat mengurangi neuroplasticity atau kemampuan otak untuk beradaptasi dan belajar hal baru (Greenfield, 2009).

Penyebab Brain Rot pada Generasi Z:

1. Kecanduan Media Sosial

Media sosial dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna melalui algoritma yang menciptakan dopamine loops. Dopamin adalah neurotransmitter yang berperan dalam memberikan rasa puas. Ketika seseorang mendapat like atau komentar positif di media sosial, otaknya melepaskan dopamin, yang menciptakan siklus kecanduan (Montag & Reuter, 2017).

2. Informasi Berlebihan (Information Overload)

Paparan informasi dari berbagai sumber dalam waktu singkat, dapat mengakibatkan sel-sel otak kewalahan memproses informasi, sehingga terjadi kelelahan mental dan sulit membedakan informasi penting dan tidak penting (Bawden & Robinson, 2009).

3. Kurangnya Aktivitas Fisik

Pemanfaatan teknologi yang berlebihan sering menggantikan aktivitas fisik, yang penting untuk kesehatan otak. Penelitian menunjukkan olahraga dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan mendorong pembentukan neuron baru (Erickson et al., 2011).

4. Konten Dangkal dan Repetitif

Platform seperti TikTok dan Reels menyediakan konten singkat yang mengutamakan hiburan. Konten jenis ini dapat mengurangi kemampuan berpikir mendalam karena otak terbiasa memproses informasi dalam potongan kecil (Carr, 2010).

Dampak Brain Rot pada Gen Z:

1. Gangguan Fokus dan Konsentrasi

Terjadinya penurunan rentang perhatian (attention span), sehingga sulit untuk tetap fokus dalam waktu yang lama, terutama untuk tugas yang membutuhkan konsentrasi mendalam (Small et al., 2009).

2. Menurunnya Kemampuan Berpikir Kritis

Terjadinya penurunan kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menghubungkan informasi secara kritis. Akibatnya kemampuan dalam membuat keputusan penting dapat terganggu (Kahneman, 2011).

3. Kesehatan Mental yang Terganggu

Terjadinya gangguan kecemasan, depresi, dan isolasi sosial, terutama bila rata-rata penggunaan media sosial melebihi tiga jam perhari. Resiko masalah kesehatan mental lebih rentan untuk usia remaja (Keles et al., 2020).

Upaya Pencegahan dan Pengurangan Brain Rot:

1. Digital Detox

Dengan cara meluangkan waktu untuk menjauh dari teknologi dan fokus pada aktivitas yang memicu kreativitas, seperti membaca buku atau menggambar.

2. Meningkatkan Literasi Digital

Dengan cara memilah informasi yang relevan dan valid. Literasi digital yang tepat membantu penggunaan teknologi secara bijak dan menghindari informasi palsu yang beredar di media sosial.

3. Olahraga Rutin

Aktivitas fisik tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga untuk otak. Olahraga dapat meningkatkan suasana hati, mengurangi stres, dan memperbaiki fungsi kognitif.

4. Mengutamakan Interaksi Sosial Tatap Muka

Meskipun media sosial mempermudah komunikasi, interaksi langsung tetap penting untuk menjaga kesehatan mental dan membangun hubungan yang bermakna.

5. Batasi Penggunaan Media Sosial

Tetapkan waktu maksimal untuk menggunakan media sosial setiap hari. Beberapa aplikasi menyediakan fitur bantuan untuk memantau dan mengatur waktu layar.

Kesimpulan.

Fenomena Brain Rot adalah tantangan nyata bagi generasi Z. Walau tidak dapat sepenuhnya dihindari, namun perubahan gaya hidup sehat dan bijak dapat mengurangi dampak negatif Brain Rot. Diharapkan generasi Z tidak hanya menjadi konsumen pasif teknologi, namun perlu diupayakan menjadi pengguna aktif, cerdas dan kritis, agar dapat mengembangkan potensi diri. Penulis Kolonel Inf. Basuki Sepriadi bekerja sehari-hari di Puslitbang Strahan, Balitbang Kemhan selaku Peneliti Madya (mist).




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia