INDONESIA BERGABUNG DENGAN BRICS, APA MANFAAT SERTA KERUGIANNYA, DAN BAGAIMANA STRATEGI PELAKSANAANNYA ?

Tuesday, 4 February 2025

Pendahuluan. BRICS (Brasil, Rusia, India, China, South Africa) adalah kelompok negara berkembang yang memiliki peran besar dalam perekonomian global. Kelompok BRICS saat ini menjadi simbol kekuatan ekonomi baru sebagai penyeimbang dominasi negara Barat dalam tatanan ekonomi dunia. Indonesia resmi bergabung dengan BRICS pada 6 Januari 2025, menandai langkah strategis untuk memperluas pengaruh dalam ekonomi global dan mendiversifikasi mitra strategisnya. Perjalanan menuju anggota baru bukanlah hal mudah, karena Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang, mengatasi risiko, dan menghadapi dinamika politik serta ekonomi yang muncul dalam lingkup BRICS (Sachs, J. D. (2023). The Role of BRICS in Global Economic Governance. Cambridge University Press).

Potensi manfaat bagi Indonesia dari BRICS.

1. Potensi Ekonomi. Peluang pasar dalam BRICS berjumlah lebih dari 3 miliar jiwa. Produk-produk utama Indonesia, seperti minyak kelapa sawit, batu bara, hingga tekstil, dapat meraih pangsa pasar yang lebih luas, dan dengan keberadaan New Development Bank (NDB), Indonesia dapat mengakses pendanaan untuk proyek infrastruktur strategis (IMF. (2024). “World Economic Outlook: Regional Economic Developments,” International Monetary Fund). Potensi lain dalam hal kerja sama teknologi untuk mengembangkan sektor teknologi digital dan energi terbarukan. (ASEAN Secretariat. (2023). “Indonesia’s Economic Outlook in the Global Context,” ASEAN Economic Report).

2. Diversifikasi Mitra Dagang. Peluang untuk membangun hubungan dagang yang lebih luas dan beragam. Contoh, dengan India guna memperkuat sektor tekstil dan IT, dengan Rusia, dapat mengimpor teknologi pertahanan yang lebih murah (O’Neill, J. (2001). “Building Better Global Economic BRICs,” Goldman Sachs Global Economics). Dengan diversifikasi ini diharapkan mampu menciptakan stabilitas ekonomi jangka panjang, mengurangi risiko eksternal, dan memperluas opsi bagi pelaku usaha nasional.

3. Kekuatan Diplomasi. BRICS adalah platform strategis negara-negara berkembang untuk memperjuangkan reformasi ekonomi global. Dengan menjadi anggota, Indonesia dapat mendorong perubahan yang lebih inklusif, seperti distribusi hak suara yang lebih adil di lembaga-lembaga global seperti IMF dan Bank Dunia (Ministry of Foreign Affairs of Indonesia. (2024). Indonesia’s Foreign Policy: Strategic Direction). Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga, Indonesia dapat memberikan perspektif baru di BRICS sebagai penyeimbang kebijakan ekonomi global, hal ini akan meningkatkan pengaruh diplomatik internasional Indonesia.

Potensi kerugian bagi Indonesia dari BRICS.

1. Ketergantungan pada China. Dalam BRICS dominasi ekonomi China sangat terasa, dengan menyumbang sekitar 70% dari total PDB BRICS (Yu, H. (2023). “China’s Dominance in BRICS: Risks for Emerging Economies,” Journal of Economic Studies). Bagi Indonesia, potensi risiko berupa tekanan mengikuti agenda geopolitik China yang mungkin bertentangan dengan kepentingan nasional.

2. Tantangan Kompetisi. Anggota BRICS umumnya memiliki kesamaan struktur ekonomi, contoh India, Brasil, dan Afrika Selatan adalah eksportir utama produk-produk batu bara, minyak, dan hasil pertanian (Rajan, R. (2024). “Emerging Market Competitiveness: Challenges in BRICS,” Global Development Review). Dengan BRICS, Indonesia akan bersaing dengan negara-negara ini di pasar global, tetapi juga di dalam BRICS itu sendiri.

3. Ketidakstabilan Geopolitik. Bagi Amerika Serikat dan sekutunya BRICS kerap dianggap sebagai penantang tatanan global. Akibatnya hubungan Indonesia dengan negara-negara tersebut dapat terganggu (World Bank. (2024). Geopolitics and Trade: Impacts of BRICS). Contoh, Indonesia dapat terjebak dalam dinamika perang dagang atau konflik politik antara anggota BRICS dengan negara-negara Barat.

Tantangan Indonesia bila bergabung dalam BRICS.

1. Persaingan Internal di BRICS.

2. Isu Tata Kelola dan Kepercayaan (mekanisme kelembagaan BRICS belum mapan).

3. Tekanan dari Negara Barat (negara Barat melihat BRICS sebagai pesaing strategis).

4. Ketergantungan pada Komoditas tertentu.

Langkah strategis Indonesia sebagai anggota baru BRICS.

1. Memperkuat Daya Saing Ekonomi Domestik. Indonesia perlu meningkatkan investasi di bidang pendidikan, riset, dan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk domestik (Indonesia Ministry of Trade. (2023). Economic Competitiveness Report). Transfer teknologi dari negara-negara BRICS seperti China dan India harus dimanfaatkan untuk menciptakan nilai tambah pada produk ekspor Indonesia.

2. Menjaga Keseimbangan Hubungan Luar Negeri. Meskipun menjadi anggota BRICS, Indonesia harus tetap menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat dan lainnya (ASEAN Secretariat. (2024). “Balancing Regional and Global Alliances,” ASEAN Economic Report), guna meminimalkan risiko geopolitik dan menjaga stabilitas perdagangan.

3. Penguatan Diplomasi Multilateral. Indonesia dapat mendorong reformasi tata kelola ekonomi global untuk menciptakan sistem yang lebih adil bagi negara-negara berkembang (UNDP. (2024). “Indonesia and Multilateral Diplomacy,” Global Development Policy). Termasuk promosi perdagangan bebas yang tidak diskriminatif.

4. Memanfaatkan Keanggotaan secara Selektif. Kerja sama bidang, pendanaan infrastruktur, pengembangan energi terbarukan, dan peningkatan teknologi manufaktur harus menjadi prioritas (World Economic Forum. (2024). “The Future of Sustainable Development in BRICS,” WEF Report).

Kesimpulan. Keputusan pemerintah Indonesia bergabung dalam BRICS merupakan langkah langkah berani yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Manfaat bergabung dalam BRICS seperti, harus dilakukan dengan menggunakan strategi yang terukur dan kebijakan luar negeri yang seimbang. Tulisan ini disusun oleh Kolonel Inf. Basuki Sepriyadi, seorang Peneliti Madya yang bertugas di Puslitbang Strahan.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia