DAMPAK PLAGIARISME TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI DI INDONESIA

Tuesday, 17 September 2024

PENDAHULUAN

Plagiarisme telah menjadi salah satu isu krusial dalam dunia pendidikan tinggi, khususnya pada tingkat pendidikan pascasarjana di Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), plagiarisme adalah tindakan pengambilan karangan, pendapat, atau ide orang lain dan menyajikannya seolah-olah sebagai karya sendiri. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi kualitas pendidikan, tetapi juga mengancam reputasi akademik dan kredibilitas lulusan dari institusi pendidikan tinggi (Sozon et al., 2024).

Dalam konteks pendidikan doktoral di Indonesia, plagiarisme menunjukkan ketidakmampuan mahasiswa dalam menghasilkan karya yang orisinal dan beretika. Seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi seperti internet dan kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI), tantangan dalam mencegah plagiarisme semakin kompleks. Oleh karena itu, sangat penting bagi institusi pendidikan untuk mengidentifikasi, penyebab, dampak, serta solusi untuk mengurangi fenomena ini.

                                                    https://lpminstitut.com/2014/12/07/penerapan-software-anti-plagiat-tak-menyeluruh/

FAKTOR PENYEBAB PLAGIARISME

Plagiarisme dalam pendidikan tinggi sering kali disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Salah satu penyebab utamanya adalah tekanan akademik yang tinggi. Mahasiswa pascasarjana, khususnya pada tingkat doktoral, seringkali dihadapkan pada tuntutan untuk menyelesaikan karya ilmiah dalam waktu yang terbatas. Tekanan dari pembimbing dan komite penguji untuk menghasilkan penelitian berkualitas dapat mendorong mahasiswa mengambil jalan pintas seperti plagiarisme (MacLennan, 2018).

Selain tekanan akademik, kurangnya pemahaman tentang etika akademik juga berkontribusi terhadap tingginya angka plagiarisme. Mahasiswa yang tidak mendapatkan pelatihan memadai tentang cara mengutip sumber dengan benar sering kali tidak menyadari bahwa tindakan mereka tergolong plagiarisme. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kemalasan, dimana mahasiswa atau dosen merasa plagiarisme adalah cara yang mudah dan cepat untuk menyelesaikan tugas akademik, tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang terhadap karier akademik dan reputasi mereka (Mulenga & Shilongo, 2024).

DAMPAK PLAGIARISME

Dampak dari plagiarisme sangat merusak baik pada tingkat individu maupun institusi. Pada tingkat individu, mahasiswa yang melakukan plagiarisme berisiko merusak reputasi akademiknya. Mereka mungkin kehilangan kepercayaan dari pembimbing, komite penguji, dan rekan sejawat, yang pada akhirnya dapat menghambat peluang untuk berkolaborasi dalam penelitian di masa depan. Selain itu, plagiarisme mengurangi kualitas penelitian mahasiswa, karena penelitian yang tidak orisinal tidak dapat memberikan kontribusi berarti terhadap pengembangan ilmu pengetahuan (Logoyda, 2019).

Di tingkat institusi, plagiarisme berdampak pada reputasi universitas secara keseluruhan. Jika plagiarisme merajalela dan tidak ditangani dengan serius, masyarakat dapat kehilangan kepercayaan terhadap integritas akademik institusi tersebut. Hal ini dapat berdampak negatif pada kemampuan universitas untuk menarik mahasiswa berbakat dan mendapatkan pendanaan penelitian. Selain itu, universitas yang terlibat dalam skandal plagiarisme dapat kehilangan kemitraan internasional dan mengalami penurunan peringkat global (Sozon et al., 2024).

TANTANGAN DALAM MENGATASI PLAGIARISME

Meskipun perangkat lunak antiplagiarisme seperti Turnitin telah banyak digunakan di universitas-universitas di seluruh dunia, efektivitasnya masih dipertanyakan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perangkat lunak ini dapat mendeteksi plagiarisme sederhana, namun kurang efektif dalam mendeteksi plagiarisme yang lebih kompleks, seperti penggunaan generator plagiarisme otomatis yang dapat menghindari deteksi (Saglam et al., 2024). Selain itu, kemajuan teknologi seperti ChatGPT dan aplikasi AI lainnya memungkinkan mahasiswa untuk menghasilkan teks secara otomatis, yang menambah tantangan dalam mendeteksi plagiarisme (Baron, 2024).

MENGATASI PLAGIARISME SECARA KOMPREHENSIF

Pertama, perlu sosialisasi yang lebih baik mengenai etika akademik dan pentingnya integritas dalam penelitian. Universitas harus menyediakan pelatihan khusus yang mengajarkan mahasiswa cara mengutip sumber dengan benar dan memahami risiko serta dampak plagiarisme (Prashar et al., 2024).

Kedua, diperlukan bimbingan mendalam dari dosen atau pembimbing untuk memastikan mahasiswa memiliki pemahaman yang benar tentang metode penulisan akademik yang baik.

Ketiga, Institusi pendidikan harus memberdayakan penggunaan perangkat lunak antiplagiarisme secara optimal dan terus update teknologi yang digunakan untuk mendeteksi plagiarisme yang semakin canggih (Carr, 2005).

Keempat, perlu adanya kebijakan lebih tegas dalam menindak plagiarisme. Mahasiswa yang terbukti melakukan plagiarisme harus dikenai sanksi, mulai dari revisi tugas hingga pengurangan nilai, guna mencegah pelanggaran berulang.

Namun, tindakan preventif seperti pemberian motivasi dan bimbingan akademik yang lebih baik tetap menjadi prioritas utama (Sibomana et al., 2018).

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Plagiarisme merupakan ancaman serius bagi kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Fenomena ini tidak hanya berdampak pada reputasi individu mahasiswa, tetapi juga merusak citra institusi pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkret untuk mengurangi plagiarisme, termasuk peningkatan kesadaran etika, pemberian bimbingan akademik yang lebih baik, serta penggunaan teknologi yang lebih canggih untuk mendeteksi plagiarisme. Dengan pendekatan yang komprehensif, diharapkan integritas akademik di Indonesia dapat terus terjaga dan kualitas pendidikan tinggi semakin meningkat.

Demikian ringkasan tugas kuliah dari Penulis yang merupakan mahasiswa Pasca Sarjana S3 Universitas Pertahanan Indonesia atas nama Faonaso Harefa. Selanjutnya untuk Fullversion teks dari tugas di atas dapat menghubungi admin.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia