Dibutuhkan Strategi Penanganan Korban CBRN Yang Tepat dan Dipahami Oleh Seluruh Pihak
Kamis, 21 Mei 2015Nusa Dua Bali, Dibutuhkan penyiapan strategi yang sederhana bagi penanganan korban CBRN yang harus dipahami oleh seluruh pihak terkait dengan skenario yang jelas dan pelatihan serta simulasi penanganan bahaya CBRN yang dilakukan sesering mungkin.
Demikian salah satu pembicara, Brigadier Ioannis Galatas dari Center for Securities Studies Yunani yang berbicara mengenai “Are Military Hospitals Prepared to Deal with CBRN Mass Casualties in Urban Environment?” dalam sesi plenari hari ke-4 pada Kongres Dunia ke-41 International Committee of Military Medicine (ICMM) di bidang Kedokteran Militer di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Nusa Dua Bali, Kamis (21/5), dibahas mengenai “Chemical Biologic Radiologic and Nuclear (CBRN) Hazard in Military Personnel”.
Pembicara dalam sesi plenari ini adalah Col (ret) Prof Dr Alexander Grebenyuk dari the Nikiforov Russian Center of Emergency and Radiation Medicine (EMERCOM) of Russia, Col (Pr) Frederic Dorendeu dari French Forces Medical Research Institute, Brigadier Ioannis Galatas dari Center for Securities Studies Yunani dan CDR. Dr Stef Stienstra dari Biomedical Science Belanda dan COL Tsutoma Kodera MD PhD dari Kementerian Pertahanan Jepang.
Sementara itu, Col (ret) Prof Dr Alexander Grebenyuk dari the Nikiforov Russian Center of Emergency and Radiation Medicine (EMERCOM) of Russia, berbicara mengenai “Modern Chemical, Radiologic and Nuclear Hazard and Health Protecyion Strategy”. Dia menjelaskan bahwa bahaya CBRN di masa damai ini, berbeda dari saat perang, berasal dari faktor ekstrim seperti kecelakaan CBRN, aksi terorisme, racun-racun yang berhubungan dengan militer, obat-obatan, insektisida, serta hewan dan tumbuhan beracun. Perubahan faktor-faktor CBRN tersebut membutuhkan strategi perlindungan kesehatan yang tepat. Saat ini strategi perlindungan kesehatan bagi personel militer tidak hanya untuk menyelamatkan nyawa namun juga menjaga kesehatan serta profesionalisme pelayanan para personel pertahanan dari sekian banyak faktor CBRN di berbagai keadaan.
Pembicara selanjutnya Col (Pr) Frederic Dorendeu dari French Forces Medical Research Institute, memberikan paparan mengenai “Medical Management of CBRN Casualties from Role 1 to Role 2 : the French Perspective”. Dirinya menjelaskan mengenai standar NATO dalam menangani ancaman agen CBRN. Prosedur yang disetujui oleh NATO dalam manajemen penanganan korban CBRN adalah mengenali (mendeteksi dan mendiagnosa), pengamanan, pertolongan pertama, penilaian korban, life-saving intervensions, dan manajemen korban zat berbahaya, setelah itu baru dapat ditentukan pertolongan dan penanganan sementara sebelum rehabilitasi.
Pembicara berikutnya CDR. Dr Stef Stienstra dari Biomedical Science Belanda, berbicara mengenai “The Use of Anthrax and Orthopox Therapeutic Antibodies from Human Origin in Biodefense”. Telah dilakukan penelitian pada virus Anthrax sebagai salah satu dari ancaman bio-terorisme. Dan ditemukan teknologi untuk menghasilkan antibodi imunisasi pasif setelah korban terkena ancaman CBRN.
Pembicara terakhir, COL Tsutoma Kodera MD PhD dari Kementerian Pertahanan Jepang, berbicara mengenai “Approaches Towards Countermeasures for CBRN issues in Japan”. Col Tsutoma Kodera MD Phd menjelaskan upaya-upaya dan pendekatan yang dilakukan Kemhan Jepang dalam menangani ancaman bahaya CBRN. Kemhan Jepang telah mengembangkan kebijakan konter-CBRN. Pada tahun 2011 Pemerintah Jepang melakukan operasi penanggulangan bencana terbesar yang setelah gempa bumi yang terjadi menyebabkan kerusakan pada pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, dimana angkatan bersenjata Jepang berperan besar dalam upaya penanggulangan bencana tersebut. Dibutuhkan upaya sistematis dan progresif yang berkelanjutan untuk membangun kolaborasi internasional di masa mendatang dalam penanganan ancaman CBRN.
Sumber : DMC