TNI AL SIAPKAN LIMA KRI ANTISIPASI GEMPA
Sabtu, 14 April 2012Jakarta, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut menyiapkan lima kapal perang berbagai jenis untuk mengantisipasi dampak gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter di wilayah Sumatera, khususnya Aceh dan Sumatera Utara, Rabu (11/4).
“Atas persetujuan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno, TNI AL telah menyiapkan lima kapal perangnya sebagai antisipasi dampak bencana yang terjadi di berbagai wilayah Sumatera,” kata Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Marsetio di Mabes TNI AL Cilangkap, Jakarta, Kamis.
Penyiapan lima unit KRI itu untuk memberikan bantuan kemanusiaan baik penyelamatan, pengangkutan bahan pokok, pengobatan dan bantuan lain yang dibutuhkan mengantisipasi dampak gempa bumi itu.
Menurut dia, sejumlah unsur yang telah disiapkan oleh TNI AL tersebut adalah dua jenis Landing Platfrom Dock yaitu KRI Banda Aceh-593 dan KRI dr. Suharso-990 (kapal perang ini dapat berfungsi sebagai rumah sakit terapung), satu frigate kelas Van Speiyk KRI Yos Sudarso-353.
Kemudian dua korvet kelas Parchim yaitu KRI Sultan Thaha Syaifuddin-376 dan KRI Patiunus-384. Penyiapan unsur tersebut telah dikoordinasikan secara baik dengan instansi terkait lainnya.
Menurut dia, Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia dengan jumlah pulau kurang lebih 17.499 buah, sehingga jika terjadi bencana alam, antara lain gempa bumi maka yang paling optimal untuk memberikan bantuan kemanusiaan adalah melalui laut.
Oleh karena itu, TNI AL memberikan perhatian dengan menyiapkan unsur-unsurnya.
Sementara itu, Panglima Komando Daerah Militer I Bukit Barisan Mayor Jenderal TNI Lodewijk F Paulus mengatakan, gempa yang terjadi di Aceh tidak menimbulkan kerusakan, termasuk korban jiwa.
Usai gelar pasukan pengamanan kunjungan Wapres Boediono ke Sumut di Lapangan Benteng Medan, Kamis, Pangdam mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemantauan secara menyeluruh melalui pesawat udara.
Melalui kerja sama dengan Pangkalan Udara (Lanud) Medan, pihaknya sudah menyisir wilayah Sumatera bagian Utara dan hampir seluruh wilayah Aceh, terutama di Simeulue yang menjadi pusat gempa.
Pihaknya sempat khawatir dengan kondisi daerah di pantai barat Sumut seperti Sibolga dan Kepulauan Nias yang lokasinya mendekati Simeulue yang mengalami gempa tersebut.
Namun kekhawatiran tersebut tidak terbukti, termasuk kawasan di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera barat.
“Semua tidak ada masalah, baik kerusakan gedung maupun kerugian personel,” katanya.
Menurut Pangdam, prajurit Lanud Medan telah melakukan peninjauan ke Aceh, terutama di Simeulue yang tidak mengalami kerusakan atau hal-hal lain yang tidak diinginkan.
Meski ada satu warga yang mengalami luka dalam musibah gempa tersebut, namun tidak ada risiko lain yang dialami.
“Simeulue memiliki ‘protap’ (prosedur tetap) yang bagus (menghadapi gempa),” katanya.
Seorang warga meninggal dunia di Banda Aceh setelah gempa tersebut, tetapi kematian itu diketahui bukan disebabkan peristiwa itu. “Warga tersebut meninggal dunia karena serangan jantung,” katanya.
Namun, kata Pangdam, pihaknya melalui Lanud Medan tetap menyiapkan landasan udara jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mengatasi kondisi yang tidak diinginkan.
“Baik untuk persinggahan pesawat, dukungan bahan bakar, maupun penampungan bantuan jika terjadi sesuatu,” katanya didampingi Danlanud Medan Kolonel Pnb Rasyid Jauhari.
Gempa dengan kekuatan 8,5 skala richter (SR) terjadi di Simeulue, Provinsi Aceh, Rabu (11/4), pukul 15.38 WIB dengan lokasi gempa 410 km barat Sinabang.
Gempa tersebut berpusat di 93,12 derajat bujur timur dan 2,4 derajat lintang utara dan berada di kedalaman 10 km di bawah permukaan laut.
Sumber : Antara