Perkembangan Lingkungan Strategis di Kawasan Penuh Ketidakpastian
Kamis, 4 Oktober 2018Singapura – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu menghadiri seminar “Counter Terrorism-Inteligence and Information Sharing Seminar,” di Singapura, Kamis (4/10). Kehadiran Menhan Ryamizard disambut hangat oleh Pemerintah Singapura dan Universitas Rajaratnam.
Dalam seminar tersebut, Menhan mengatakan, kecenderungan perkembangan lingkungan strategis saat ini senantiasa mengalami perubahan dan semakin sulit diprediksi serta telah menempatkan perkembangan masa depan dunia dan kawasan menjadi penuh dengan ketidakpastian.
Jarak antar negara, sekarang bukan merupakan penghalang lagi, sementara sifat ketergantungan antar negara dan bangsa semakin besar. Hal inilah yang menjadi dasar keinginan masyarakat dikawasan untuk membangun persatuan dan kerjasama.
“Kedepan, ancaman tidak akan lagi bersifat konvensional atau perang terbuka antar negara, tapi lebih bersifat ancaman realistik, benturan kepentingan yang mengatasnamakan ideologi tertentu dari kelompok masyarakat atau golongan yang termajinalisasi oleh keadaan,” tegas Menhan saat menyampaikan sambutannya dalam seminar tersebut.
Hal inilah yang menyebabkan munculnya fenomena ancaman baru yakni ancaman nyata. Menurut Menhan, ancaman ini bersifat lebih dinamis dan multi dimensional baik berbentuk fisik maupun non fisik yang dapat muncul dari dalam atau dari luar suatu negara. Seperti terorisme dan radikalisme, separatisme dan pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam dan mineral. Selain itu juga penyelundupan bersenjata, wabah penyakit, peredaran dan penyalahgunaan narkoba dan perang siber dan intelijen menjadi ancaman nyata.
“Sifat alamiah dari ancaman-ancaman tersebut adalah tidak mengenal batas negara, tidak mengenal agama, tidak mengenal waktu serta tidak memilih korbannya,” jelas Menhan.
Lebih lanjut Menhan mengatakan terorisme dan radikalisme telah berevolusi menjadi ancaman serius kawasan Asia Tenggara yang sangat nyata pada saat ini dan memerlukan langkah penanganan bersama yang konkret dan serius. Ancaman ini merupakan ancaman yang bersifat lintas negara dan memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup sehingga dalam penanganannya sangat memerlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama-sama melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkrit.
Asia Tenggara, khususnya di Filipina Selatan telah dijadikan sebagai salah satu basis kekuatan ISIS yang ikut memicu aksi-aksi teror lain di kawasan Asia Tenggara. Kelompok ini terus berencana untuk membangun Daulah Islamiyah Katibah Nusantara yang merupakan aliansi dari divisi Islamic State Asia Timur yang merupakan penggabungan antara Islamic State Philipines, Islamic State Malaysia dan Islamic State Indonesia, dibawah kendali struktur ISIS Pusat yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi yang berbasis di Syiria dan Irak.
Kondisi terkini anacaman terorisme global terus mengalami evolusi untuk merubah bentuk yang disesuaikan dengan Keadaan. Apa yang disebut sebagai Negara Islam di Irak and Suriah (Islamic State in Iraq and Syria), sekarang terfragmentasi dan terdesentralisasi berkat keberhasilan usaha-usaha koalisi untuk menghancurkan kelompok tersebut.
Menhan mengungkapkan, ideologi dan keberadaan ISIS menyebar ke beberapa belahan Asia, Afrika, dan Timur Tengah. Fase selanjutnya dari ancaman Islamic State adalah pembentukan berbagai provinsi Islamic State (IS). Islamic State telah mendirikan sebuah nukleus di Filipina untuk Asia Tenggara, Afganistan untuk Asia Selatan, Xinjiang untuk Asia Utara, Chechnya untuk Kaukasus, Yaman untuk Timur Tengah, Nigeria untuk Afrika Barat, Somalia untuk Afrika Timur, dan Libya untuk Afrika Utara. (ERA)