Hadiri Raisina Dialog 2018 di India, Menhan RI Berbagi Pandangan Tentang Arsitektur Keamanan Kawasan & Kerja Sama Pertahanan
Jumat, 19 Januari 2018New Delhi – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu menghadiri dan menjadi salah satu pembicara dalam dialog atau konferensi multilateral “Raisina Dialog 2018”, Kamis (18/1) di New Delhi, India. Dalam konferensi tahunan yang yang diselenggarakan oleh Pemerintah India tersebut Menhan berbagi pandangan dengan tema “Arsitektur Keamanan Kawasan & Kerja Sama Pertahanan Antar Negara“.
Menhan RI menyampaikan beberapa pandangannya tentang bagaimana menyikapi perkembangan keamanan di kawasan khususnya dalam menghadapi tantangan dan ancaman keamanan bersama, sejalan dengan Tema Besar Raisina Dialog 2018 ini yaitu : Mengendalikan Perubahan Dunia yang sulit diprediksi atau “Managing Disruptive Transition”.
“Kunci utama dalam merespon terhadap berbagai bentuk tantangan dan ancaman keamanan bersama di tataran internasional adalah sebuah resolusi melalui mekanisme konsultasi keamanan yang dilakukan secara bilateral maupun multilateral”, ungkap Menhan RI di depan peserta Raisina Dialog 2018.
Saat ini, dunia masih diwarnai dengan adanya 4 (empat) Isu aktual Keamanan serius yang perlu mendapatkan perhatian kita bersama. Keempat isu tersebut adalah Isu Korea Utara, Perkembangan Laut China Selatan, Isu Trilateral Pengamaanan Laut Sulu dari potensi Ancaman ISIS Asia Timur serta Perkembangan Krisis Rohingya. “Kesamaan isu yang dihadapi bersama tersebut merupakan titik tolak terbentuknya persatuan dan kesatuan antar negara dan antar kawasan untuk kita bersatu mencari solusi bersama” tambah Menhan RI.
Terkait Isu ketegangan di semenanjung Korea, Menhan RI mengajak semua pihak untuk tidak terprovokasi dengan situasi yang dapat memicu eskalasi konflik. “Marilah kita bersama –sama mengajak Perserikatan Bangsa Bangsa untuk dapat mengambil langkah-langkah produktif”, ajak Menhan RI.
Sedangkan terkait situasi ketegangan Laut China selatan yang saat ini cenderung mereda dan membaik, menurut Menhan RI perlu terus dipelihara momentumnya agar tetap kondusif di-dalam mengakomodasi kepentingan kita bersama di kawasan ini.
Terkait isu ancaman terorisme dan radikalisme yang merupakan ancaman yang bersifat lintas negara dan memiliki jaringan serta kegiatan yang tersebar dan tertutup, dalam penanganannya sangat memerlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama-sama melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkrit.
Indonesia bersama negara lainnya yaitu Filipina dan Malaysia telah mengambil langkah-langkah kerja sama yang konkrit melalui pembentukan Platform kerja sama Trilateral di Laut Sulu yang diisi dengan kegiatan patroli bersama yang terkordinasi baik di laut maupun udara, serta ke depan akan ditingkatkan dengan kegiatan patroli bersama di darat.
“Tujuan utama dari Kerjasama Trilateral ini adalah untuk membendung dan mengelimir pengaruh dan infiltrasi ISIS yang akan masuk ke kawasan kita yang berbatasan dengan Laut Sulu”, jelas Menhan RI.
Terakhir terkait krisis Rohingnya di Rakhine State Myanmar, Menhan RI mengajak semua pihak khususnya negara-negara di kawasan perlu menaruh perhatian secara khusus. Diperlukan langkah konkrit dan penangan bersama di kawasan yang tepat sasaran. Karena bila tidak ditangani dengan baik dan benar, para pengungsi yang rapuh ini, dapat direkrut oleh kelompok ISIS untuk memperkuat jaringannya.
Untuk lebih memperkuat system pengawasan dan deteksi dini terhadap potensi berkembangnya ancaman ISIS di kawasan, Indonesia telah mengeluarkan satu inisiatif platform kerja sama baru yaitu Konsep Kerjasama pertukaran Intelijen strategis dengan nama “Our Eyes”.
Menhan lebih lanjut menegaskan kembali bagaimana komitmen Indonesia untuk tetap berperan aktif guna memperkuat arsitektur Keamanan Kawasan dengan terus terlibat aktif dalam dalam berbagai forum multilateral kawasan maupun Internasional seperti ADMM, ADMM Plus, ARF, EAS, serta bentuk kerja sama terkait lainnya seperti Forum Raisina Dialog ini.
Indonesia juga akan terus berkomitmen untuk meningkatkan dan memperkuat diplomasi pertahanan yang berlandaskan hati nurani melalui implementasi pelbagai kegiatan yang bersifat konkrit guna mendukung terwujudnya stablitas keamanan, perdamaian dan kesejahteraan di kawasan..
“Saya yakin bahwa tidak ada satu negarapun yang dapat menghadapi dan menyelesaikan tantangan dan ancaman keamanannya sendiri. Dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki suatu negara, maka tidak dapat dihindari perlunya kerjasama antar negara-negara di kawasan dalam menghadapi ancaman – ancaman keamanan ini secara bersama – sama”, pungkas Menhan RI.