Pengaruh Radikalisme dan Terorisme Harus Dibendung Dengan Kesadaran Bela Negara
Senin, 11 April 2016Bandung – Salah satu ancaman nyata yang terjadi dan sangat menonjol saat ini adalah terorisme yang telah mengoyak keutuhan bangsa dan negara dan merusak nilai-nilai toleransi yang menjadi ciri khas bangsa.Aksi terorisme terus menunjukkan eksistensinya dalam kurun waktu satu dekade ini. Pembinaan kesadaran bela negara adalah salah satu cara membendung paham-paham radikal ini.Yang berbahaya dari terorisme bukan serangan fisik tetapi serangan psikologis berupa pengaruh ideologi.
Demikian ditekankan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Senin(11/4), saat membuka secara resmi Penataran Kader Organisasi Tingkat Purna Angkatan XIV FKPPI di Secapa AD, Bandung.Tarkorna XIV yang berlangsung sampai dengan tanggal 20 April 2016 ini mengambil tema “Dengan Semangat Pembelajaran, Kita Tingkatkan Konsolidasi Wawasan”.Takorna XIV yang diikuti oleh 125 orang peserta dari 35 Propinsi. 40 narasumber TNI dan POLRI dan dihadiri oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Bandung, Dan Kodiklat dan pejabat daerah lainnya.
Dalam sambutan pembukanya Menhan menekankan bahwa kegiatan ini penting sebagai bagian dari pembinaan kesadaran bela negara. Mengingat pembinaan kesadaran bela negara adalah tanggung jawab seluruh komponen bangsa. FKPPI merupakan generasi muda putra-putri TNI dan POLRI yang merupakan salah satu pewaris utama kemurnian Pancasila. Semangat kesadaran bela negara seyogyanya telah mendarah daging dalam diri anggota FKPPI karena terlahir dari para pendiri dan pejuang kemerdekaan bangsa.
Menhan menjelaskan bahwa perubahan geopolitik dan semakin dinamisnya globalisasi telah merubah ancaman menjadi lebih kompleks yaitu ancaman militer, nir militer dan hibrida. Saat ini ancaman militer hampir tidak mungkin terjadi karena telah terbangunnya diplomasi militer yang baik. Maka,menurut Menhan saat ini hanya tertinggal ancaman nyata dan ancaman belum nyata, ancaman belum nyata dapat menjadi nyata ketika kedaulatan bangsa dan ideologi bangsa telah mulai terganggu. Ancaman non fisik yang tak nyata jauh lebih berbahaya karena yang dirubah adalah cara berpikir, yang saat ini sedang berlangsung.
Menurut Menhan, ada lima paham besar di dunia ini yaitu: liberalis, sosialis, komunikasi, radikal agama dan Pancasila, keempat faham pertama bersifat materialistis yang bersedia melakukan apa saja untuk kepentingannya sendiri. Pancasila harus dikembalikan kedudukan dan maknanya seperti semula agar semangat kebangsaan tetap terjaga. Ancaman nyata seperti teroris dan radikalisme, separatis dan pemberontakan bersenjata, pelanggaran wilayah perbatasan, perombakan dan pencurian sumber daya alam serta wabah penyakit, perang siber dan intelijen, dan peredaran penyalahgunaan narkoba.
Menhan kemudian menekankan bahwa kegiatan Takorna ini merupakan kegiatan yang sangat strategis karena mengajarkan budaya berorganisasi sehingga memiliki kesatuan cara berpikir dan bertindak guna mewujudkan pemuda penggerak pembangunan nasional.
Ketua Umum Pengurus Pusat FKPPI Ponco Sutowo menjelaskan bahwa Takorna ini digunakan sebagai pembinaan kader karena tantangan-tantangan yang dihadapi sekarang ini berupa tantangan imaterial yaitu perubahan pola pikir yang mengganggu kedaulatan bangsa. Bagi FKPPI membela kedaulatan bangsa bukan hanya sekedar jargon. Di bangsa manapun semangat kebangsaan perlu dipelihara, pada masa reformasi sekarang ini, semangat kebangsaan hampir dilupakan. Padahal, bagaimana seorang warga negara mengetahui sejarah bangsanya bila sejarah bangsa tidak diajarkan kepada penerus bangsa.FKPPI melihat bahwa saat ini medan juang telah berubah yaitu semangat bela negara untuk melawan ancaman-ancaman jenis baru yaitu perubahan pola pikir. (DAS/JUL)