SELAMAT DATANG RAMADHAN
Jumat, 21 Februari 2014-
Pendahuluan
- Puasa sebagai perintah Allah
- Keistimewaan Ramadhan
- Hikmah Ramadhan
Ramadhan sebentar lagi datang. Meski setiap tahun dilaksanakan, tetapi bukan rutinisasi kegiatan. Seperti tamu yang istimewa, kedatangannya selalu disambut dengan istimewa pula. Kemuliaannya seperti mulianya orang-orang yang berpuasa. Ramadhan lah yang menjadikan bulan ini paling mulia di banding bulan yang lain. Bahkan disebut-sebut sebagai sayyidus suhuur (Rajanya bulan).
Kehidupan kaum muslimin di bulan Ramadhan terasa berbeda dari hari-hari biasa, karena pengaruh puasa. Puasa adalah latihan rohani dan jasmani. Karena itu, hari berpuasa memiliki keistimewaan tertentu. Ada keramaian terutama pada sore dan malam hari, baik saat berbuka maupun saat shalat tarawih dimasjid, musholla, kantor maupun perumahan penduduk. Suasana ukhuwah islamiah terasa menyinari kehidupan umat islam dibulan suci Ramadhan. Bahkan ujian dan cobaan Allah yang sekarang sedang menimpa bangsa Indonesia berupa kesulitan diberbagai bidang kehidupan, tidak mempengaruhi umat islam untuk tetap meramaikan bulan puasa dengan berbagai amaliah ibadah.
Berpuasa Ramadhan sebagai salah satu rukun Islam, diperintahkan oleh Allah kepada orang beriman, agar mereka bertaqwa kepadanya, sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 183 : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan agar kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu betaqwa.” (QS: Al-Baqarah 183).
Sebelum fardhu puasa Ramadhan diprintahkan oleh Allah SWT, Rasulullah SAW biasa melakukan ibadah puasa tiga hari setiap bulannya, mengikuti Syari’ah Nabi-nabi terdahulu. Ibnu Katsir menerangkan dalam kitab tafsirnya, bahwa semenjak Nabi Nuh, Allah telah memerintahkan mengerjakan puasa tersebut. Jadi, dapat dimaklumi bahwa usia puasa sudah panjang dan sampai sekarang masih menjadi kewajiban dari Allah kepada orang-orang beriman.
Setiap Syari’at Allah selalu mempunyai hikmah, semua perintah maupun larangan Allah mempunyai hikmah tertentu. Ada hikmah yang diketahui oleh manusia ada yang tidak.
Demikian pula perintah mengerjakan puasa selain membentuk pribadi taqwa, banyak lagi hikmah yang terkandung didalamnya. Karena itu tidak mengherankan apabila banyak ahli mengadakan pengkajian dan penyelidikan tentang hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa menurut disiplin ilmu mereka masing-masing.
Pada ahli kedokteran melihat dan mengkaji hikmah puasa dari sudut kesehatan, sementara psikolog meninjau dari kacamata psikologi. Para sosiolog melihatnya dengan pandangan sosiologi atau kemasyarakatan. Para ahli lain, yang bergerak dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan, tidak ketinggalan mengadakan pengkajian dan penelitian tentang hikmah puasa itu.
Dalam salah satu khutbah Rasul pada akhir bulan Sya’ban, sebagaimana tertera dalam hadist Ibnu Khuzaimah dari Salman Al-Farisi, diungkapkan berbagai sisi keistimewaan Ramadhan. Diungkapkan antara lain, bahwa Ramadhan adalah bulan mulia penuh barokah, bulan puasa yang didalamnya dijumpai salah satu malam (lailatul qadar).
Ramadhan adalah bulan kesabaran yang imbalannya tidak lain kecuali syurga. Digambarkan pula, Ramadhan terdiri dari tiga tahapan, yaitu: permulaannya rahmah (kasih sayang Allah), pertengahannya maghfirah (ampunan Allah) dan akhirnya itqun minannaar (bebas dari api neraka). Selanjutnya hadits tersebut menambahkan bahwa selama bulan suci Ramadhan ianjurkanmemperbanyak empat pekerja, dua untuk memperoleh ridha Allah dan dua lagi berhubungan dengan kebutuhan manusia. Dua hal untuk memperoleh ridho Allah ialah banyak-banyak mengucapkan kalimat syahadat (tahlil) dan istigfar (memohon ampun kepada Allah). Sedangak dua yang berhubungan dengan manusia adalah do’a meminta dimasukan ke syurga dan supaya dilindungi dari neraka.Kitab suci Al-Qur’anul Karim pun diturunkan pada bulan Ramadhan begitu pula kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil, seperti yang diungkapkan dalam tafsir Ibnu Katsir.
Puasa memiliki dua keistimewaan, Pertama, ibadah ini melatih manusia mengendalikan hawa nafsu, dan kedua, puasa dilakukan secara “tertutup” sehingga Allah dan yang bersangkutan saja yang tau. Seandainya orang itu tidak berpuasa, ia dapat mengatur sendiri sedemikian rupa sehingga dimata orang lain ia kelihatan seperti orang yang sedang berpuasa.
Pada umumnya, jadwal rutin orang yang berpuasa berbeda dari jadwal diluar bulan puasa. Makan sahur dilakukan sebelum subuh, kemudian berjamaah di masjid atau mushalla, bahkan dirumah sendiri bersama keluarga. Rosul membiasakan diri membaca Qur’an di pagi hari. Karna itu, mari kita ikuti paling kurang beberapa ayat saja. Apabila tidak tergesa-gesa, ada baiknya solat duha sebagaimana biasa, walaupun mengurangi sedikit intensitas kerja untuk menjaga puasa agar tidak batal.
Menjelang berbuka, ada baiknya dibiasakan wirid berupa membaca Al-Qur’an atau tahlilan istigfar, seperti dianjurkan Nabi dalam salah satu khotbahnya, sebagaimana dikutip diatas. Setelah berbuka puasa, lakukan solat Magrib, kemudian ke masjid atau mushalla untuk melakukan solat tarawih dan tadarrus Al-Qur’an. Menyambut Ramadhan, Nabi sering mengucapkan “Selamat datang Ramadhan. “ ucapan tersebut, bila diartikan, kira-kira berbunyi : “Sesungguhnya, telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulanyang penuh berkat : Allah telah mewajibkan kepadamu berpuasa. Dibulan itu, semua pintu surga dibuka, ditutup semua pintu neraka dan dibelenggu semua syaitan. Dibulan itu, ada suatu malam yang lebih tinggi nilainya daripada seribu bulan. Barang siapa tidak diberikan kebajikan pada malam tersebut; sesungguhnya ia telah dijatuhkan dari kebajikan itu.
Demikian ucapan Rasulullah menyambut Ramadhan, dalam sabdanya yang lain, Rasul menjelaskan : “Seandainya, manusia mengetahui kebajikan-kebajikan yang terkandung dalam bulan Ramadhan, tentulah mereka mengharap agar Ramadhan berlaku sepanjang masa. “ (HR. Ibnu Abi Dunya)
Diantara kebiasaan manusia ialah makan, minum dan sebagainya. Seolah seluruh kegiatan tersebut bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Puasa berarti mengehtikan kebiasaan makan, minum dan lain-lain dengan cara melawan semua dorongan atau godaan ke arah itu. Puasa seperti itu tergolongpuasa tingkat dasar atau paling rendah. Manusia memerlukan kwalitas ketahanan mental yang lebih tinggi. Untuk itu, tersedia metodenya, yaitu berpuasa. Pada tingkat selanjutnya puasa tidak saja berarti melawa kebiasaan yang bersifat fisik jasmaniah, yang sehari-hari diluar puasa menjadi halal, tetapi termasuk pengekangan sifat rohaniah yang negatif terutama menyangkut hawa nafsu.
Setingkat demi setingkat, manusia berupaya menaiki jenjang ketahanan mental. Dari menahan keinginan fisik jasmaniah belaka meningkat kepada menahan keinginan hawa nafsu. Jika manusia telah mampu mengendalikan hawa nafsu dengan kwalitas ketahanan mental yang tinggi, ia bebas dari pengaruh negative itu untuk secara bebas menentukan pilihannya. Namun perlu di ingat bahwa kebebasan tetap berada di kawasan syariat islamiyah. Ia bebas berfikir dan bertindak diluar pengaruh hawa nafsu serta interes lain, kecuali karena Allah SWT.
Puasa merupakan latihan fisik rohaniyah untuk membentuk manusia yang bebas berfikir dan bertindak diluar pengaruh hawa nafsu.
Semoga kita tak hanya puasa lahir, tetapi juga puasa batin. Dengan begitu, puasa betul-betul menjadi penyembuh yang cespleng untuk kebugaran kita, baik fisik, psikis, maupun mental dan spiritual.
Insya Allah.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1433 H
H. Teguh Triono