PENANAMAN DAN PENGHAYATAN JIWA, SEMANGAT DAN NILAI-NILAI KEJUANGAN 1945

Senin, 8 Juli 2024

Oleh: Pembina Tk.I IV/b Hery Yuniarto, S.E.,M.Si (Han)

ANALIS PERTAHANAN NEGARA MADYA SETDITJEN POTHAN

 

  1. LATAR BELAKANG

Ada beberapa karakter bangsa saat ini sedang mengalami degradasi, seperti lemahnya kejujuran, tidak amanah, kurang mandiri, rendahnya etos kerja, menerabas, hura-hura, rendahnya inovasi, kurang disiplin, dll. Pada sementara generasi muda, berkembang sikap gengsi, etos kerja rendah, kurang kerja keras, kurang disiplin, intelektualis, tidak mandiri, bahkan hura-hura, kurang inovatif dan formalistis.

Dampak dari semua itu, lahir pandangan yang rendah seperti orientasi ke kinian kurang berorientasi ke depan, orientasi simbol seperti mementingkan ijazah, titel bukan kualitas. Akibat hura-hura, waktu terbuang dan akhirnya lambat mandiri seperti telah lulus S1 bahkan S2 masih tidak mandiri, dewasa dipaksakan, kurang berkembang, kurang prospektus, pengangguran, lari ke narkoba, Judi online dan perilaku menyimpang lainnya.

Sebuah negara bangsa menjadi maju bilamana setiap individu penduduk Indonesia mampu mengembangkan beberapa karakter unggul untuk menyongsong masa depannya. Beberapa karakter unggul tersebut, antara lain.

  1. Karakter mandiri yang didukung oleh sikap kerja keras dan tidak gengsi.
  2. Kreatif dan inovatif yakni selalu berupaya untuk menemukan gagasan dan temuan baru bagi kehidupan yang sejahtera.
  3. Disiplin dan cinta kualitas dengan menghindari sikap hura-hura, dan formalistis.

Untuk semua itu perlu dituangkan menjadi berbagai kebijakan yang mendukung proses pelestarian jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan 1945 di seluruh wilayah instansi pemerintah khususnya dan seluruh wilayah tanah air Indonesia pada umumnya. Ada beberapa hal yang pelu disampaikan dalam kesempatan yang baik ini yaitu:

  1. Jiwa, semangat dan nilai kejuangan 1945 telah terbukti kehandalannya dalam perjuangan, pencapaian kemerdekaan dan pengisian kemerdekaan. Juga terbukti kehandalannya bagi kelestarian kehidupan berbangsa dan bernegara, hingga saat ini.
  2. Oleh sebab itu bagi kita bangsa Indonesia harus bertekad baik secara individu, keluarga dan masyarakat untuk melestarikan jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan 1945, tentu melalu pengahayatan, penerapan dan pengamalan dalam kehidupan kita sehari-hari dan bertekad untuk menyebarluaskan atau mentransformasikan kepada generasi di belakang kita.

Setiap kita bangsa Indonesia, harus secara sadar memahami dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang termuat dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, nilai dasar yang termuat dalam setiap sila dari Pancasila, dan semua nilai yang terdapat dalam UUD 1945.

  1. NILAI-NILAI KEJUANGAN 1945 DAN PEMBANGUNAN BANGSA

Menyangkut nilai-nilai yang muncul dan berkembang dalam perjuangan bangsa Indonesia secara umum harus dijadikan spirit dalam perjuangan mengisi kemerdekan atau dalam setiap langkah pembangunan sekarang ini.

Akan tetapi analisis terhadap situasi dan kondisi juga perlu menjadi perhatian sehingga mungkin sekali dari 17 nilai operasional itu, dipilih perioritas nilai mana yang mendesak untuk diamalkan.  Contoh, saat ini di kalangan PNS ada 5 nilai kepegawaian yang harus diamalkan oleh setiap PNS yaitu nilai bertanggung jawab, etika publik, nasionalisme, komitmen mutu, disiplin dan anti korupsi. Nilai-nilai ini dapat meliputi:

  1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Jiwa semangat merdeka
  3. Rasa harga diri sebagai bangsa yang merdeka
  4. Pantang mundur dan tidak kenal menyerah
  5. Persatuan dan kesatuan
  6. Percaya kepada diri sendiri dan atau percaya pada kekuatan dan kemampuan diri
  7. Percaya kepada hari depan yang gemilang dari bangsanya
  8. Berani, rela, dan ikhlas berkorban untuk tanah air, bangsa dan negara. Kepahlawanan
  9. Sepi ing pamrih rame ing gawe
  10. Kesetiakawanan, senasib seperjuangan dan kebersamaan
  11. Disiplin yang tinggi
  12. Ulet dan tabah menghadapi segala macam ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.

Dalam konteks lapisan generasi, maka generasi yang lebih tua hendaknya menjadi teladan dan rujukan bagi generasi yang lebih muda, demikian secara hirarchi, jangan terbalik. Generasi yang duduk dalam kepengurusan harus menjadi contoh dan rujukan bagi setiap anggota.

  1. JIWA DAN SEMANGAT KEJUANGAN 1945

Perjuangan kemerdekaan menghantarkan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Berbagai upaya untuk mencapai kemerdekaan sesuai sejarah didahului oleh semangat anti penjajahan yang tercermin dalam berbagai kelompok dan organisasi masyarakat maupun sikap-sikap individu para pemuka agama maupun pemuka masyarakat terhadap pentingnya kemerdekaan.

Semangat juang yang tinggi menjadikan seluruh rakyat Indonesia bahu membahu bergotong royong mengumpulkan tenaga, dana dan bahan makanan yang disediakan untuk para pejuang kemerdekaan. Seluruh anggota masyarakat terlibat langsung dalam menyediakan sumbangan besar atau kecil, tidak ada yang berdiam diri atau berpangku tangan. Satu tujuan utama adalah bagaimana agar Belanda hengkang dari bumi pertiwi Indonesia ini. Semangat keberanian yang luar biasa dengan hanya bersenjata mandau, tombak dan bambu runcing melawan Belanda yang memakai senjata api saat itu.

Cita-cita luhur untuk merdeka melenyapkan kelelahan, kesusahan, pengorbnan tanpa batas dan tanpa pamrih, semata-mata mengharapkan redha Allah sehingga tidak takut mati karena berharap menjadi syuhada yang bakal memperoleh pahala berupa sorga dari Tuhan Yang Maha Esa.

Semangat jihad menggelora di dalam dada para pejuang yang mendapatkan dorongan dan dukungan dari seluruh rakyat yang berada di belakang para pejuang. Semangat bersatu kita kuat dan bercerai kita runtuh menjadi ikatan batin seluruh rakyat waktu itu.

 

  1. STRATEGI PENANAMAN JIWA, SEMANGAT DAN NILAI-NILAI KEJUANGAN 1945

Agama dan Pancasila tidak bisa dipisahkan, Pancasila baru bisa bermakna bilamana agama dihayati dan dijalankan secara benar oleh para pemeluknya. Memang dulu pernah terjadi keinginan menjadikan Pancasila menjadi mirip dengan agama sehingga Pancasila diinterpretasikan secara luas. Pancasila sebenarnya tidak boleh diperluas-luaskan dan tidak boleh pula disempit-sempitkan. Penghayatan agama harus diperkuat agar Pancasila menjadi bermakna.

Pendekatan lainnya adalah pembiasaan-pembiasaan pengamalan Pancasila dalam kehidupan anak-anak sejak di rumah tangga hingga sekolah dan masyarakat. Keteladanan para pemangku jabatan dalam hal menerapkan Pancasila, perilaku sehari-harinya sangatlah penting, karena bagaimanapun dalam pola hidup bangsa yang masih bapakisme, maka keteladanan para pejabat menjadi penting. Lembaga pendidikan harus betul-betul menjadi tempat untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, adanya kantin kejujuran harus terus digalakkan. Untuk menciptakan pemerintahan yang bersih, maka cara lain yang mungkin dilakukan adalah memperkuat orientasi-orientasi etika berdasarkan agama.

Peranan kelompok ormas dan orpol sangat strategis terutama dalam pendidikan politik bagi kader-kadernya sehingga mereka memahami apa makna politik, apa makna kekuasaan yang diperoleh, dll. Power diperoleh adalah untuk mensejahterakan negara bangsa (welfare state), bukan menindas atau menginjak martabat bangsa.

 

  1. KESIMPULAN DAN SARAN

Jiwa, semangat dan nilai kejuangan 1945 telah terbukti kehandalannya dalam perjuangan, pencapaian kemerdekaan dan pengisian kemerdakan. Juga terbukti kehandalannya bagi kelestarian kehidupan berbangsa dan bernegara, hingga saat ini. Oleh sebab itu bagi kita bangsa Indonesia harus bertekad baik secara individu, keluarga dan masyarakat untuk melestarikan jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan 1945, tentu melalui penghayatan, penerapan dan pengamalan dalam kehidupan kita sehari-hari dan bertekad untuk menyebarluaskan atau mentransformasikan kepada generasi di belakang kita.

Pancasila dan nilai-nilai yang dikandungnya, sejak semula dan masih relevan dalam konteks kekinian, misalnya mengenai Ketuhanan Yang Maha Esa dengan beragama secara berkebudayaan, demokrasi politik harus menyatu dengan demokrasi ekonomi, dewan permusawaratan rakyat sebagai wadah perjuangan yang konstitusional bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh berbagai kepentingan yang dilakukan dengan saling hormat mengormati.

 

  1. SARAN

Strategi penanaman dan penghayatan jiwa, semangat dan nilai-nilai kejuangan 1945 dapat dilakukan melalui pendekatan agama dengan penghayatan yang benar dan luas, melalui pendekatan rasional pada berbagai lembaga pendidikan, pembiasaan dan keteladanan di rumah tangga maupun keteladanan para pemegang kekuasaan serta melalui organisasi massa dan organisasi politik dengan pendidikan politik bagi kader-kadernya.

 

 

Daftar Pustaka

1 Disampaikan pada Forum Diskusi Wawasan Kebangsaan, dilaksanakan oleh DHD 1945 Provinsi Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, tanggal 29 Oktober 2016.

2 Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam, Pengajar Ilmu Pendidikan Islam, Filsafat Ilmu dan Manajemen Pendidikan Islam pada Pascasarjana IAIN Antasari, Asesor BAN PT, Ketua Dewan Penasehat MUI Kalsel.

3 Dadang Setiawan, Menggugat Kecurangan dalam Pemilukada, (http://politik.kompasiana.com/2011/05/10/menggugat-kecurangan-dalam-pemilukada/)

4 Lihat: Ahmad Ali Rosidi, Jiwa Semangat dan Nilai-Nilai 1945, Sumber: PSP PGRI Semarang 2007, (http://ahmadalirosidi.blogspot.co.id/2012/04/blog-post.html), di down load, 20 Oktober 2016.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia