TRANSLATE

Menurut Menhan, Oknum Militer Australia yang Hina Pancasila Sudah Diberi Sanksi

Kamis, 5 Januari 2017

BOGOR, KOMPAS.com — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengakui, ada oknum anggota Australian Defence Force (ADF) yang menghina lambang negara Indonesia, Pancasila.

Hal ini diketahui berdasarkan laporan pelatih dari Korps Pasukan Khusus (Kopassus) yang mengajar di Sekolah Pasukan Khusus Australia.

Menhan mengatakan, oknum tersebut sudah diberi sanksi oleh ADF.

“Itu kan yang letnan saja, kemudian sudah ditegur, sudah dihukum itu,” kata Ryamizard di Istana Bogor, Rabu (4/1/2017).

Ryamizard meyakini, militer atau Pemerintah Australia sama sekali tidak berniat untuk menghina atau melecehkan Indonesia.

Ia menegaskan, Australia dan Indonesia selama ini selalu menjaga hubungan baik.

“Jangan gara-gara ‘curut-curut’ enggak jelas itu hubungan negara enggak bagus, enggak baik juga,” kata dia.

Menhan mengakui dengan adanya peristiwa ini, kerja sama militer antara TNI dan ADF ditunda.

Ia mengatakan, dalam waktu dekat, dirinya akan segera menemui Menteri Pertahanan Australia untuk membahas kelanjutan kerja sama militer ini.

“Nanti saya ngomong dengan Menhan-nya dulu ya. Memang, seharusnya saya kemarin ke sana. Belum karena Menhan-nya lagi di rumah sakit, mungkin akhir bulan ini saya ke sana,” ujar Ryamizard.

Dari informasi yang ditelusuri Kompas, TNI sebelumnya mengirimkan surat kepada ADF pada 9 Desember 2016 tentang penghentian kegiatan kerja sama militer di antara kedua belah pihak.

Hal itu dipicu dengan pengalaman pelatih dari Kopassus yang mengajar di sekolah pasukan khusus Australia tersebut.

Saat mengajar, pelatih tersebut mengetahui adanya pelajaran-pelajaran yang isinya menjelek-jelekkan TNI di akademi tersebut.

Saat menghadap kepala sekolah di akademi tersebut untuk mengajukan keberatan, sang pelatih Kopassus tersebut menemukan tulisan lainnya yang isinya justru menghina lambang negara Indonesia, Pancasila.

“Ada kertas tulisan yang di-laminating,” demikian sebagaimana dituturkan sumber tersebut.

Penghina Pancasila itu oknum militer Australia, Menhan: Sudah diberi sanksi

LENSAINDONESIA.COM: Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, penghinaan terhadap Pancasila sebagai lambang negara Indonesia hanya dilakukan oknum militer anggota Australian Defence Force (ADF).  Oknum itu sudah diberi sanksi oleh ADF.

“Itu kan yang letnan saja, kemudian sudah ditegur, sudah dihukum itu,” kata Ryamizard Ryacudu di Istana Bogor, Rabu (4/1/2017).

Diketahui, penghinaan itu terungkap berdasarkan laporan instruktur dari Korps elite Pasukan Khusus (Kopassus) yang mengajar di Sekolah Pasukan Khusus Australia. Penghinaan tersebut terdapat pada materi bahan ajar pada fasilitas militer Australian Defence Force (ADF).

Sebagaimana dikutip Sydney Morning Herald menyebut bahan ajar bermateri terkait aksi TNI pada 1965 dan peristiwa di Timor Timur –sekarang bernama Timor Leste– saat masih jadi bagian Indonesia. Diantaranya, ada kertas dilaminasi bertuliskan PANCAGILA.

Ryamizard kepada wartawan saat menghadiri rapat kabinet di Istana Bogor, berkeyakinan militer atau Pemerintah Australia sama sekali tidak berniat untuk menghina atau
melecehkan Indonesia. Selama ini, Australia dan Indonesia menjaga hubungan baik.

“Jangan gara-gara ‘curut-curut’ enggak jelas itu hubungan negara enggak bagus,” kata Menhan.

Ryamizard tidak mengakui karena peristiwa itu kerja sama militer antara TNI dan ADF ditunda.

Menhan ini menerangkan dirinya dalam waktu dekat, akan menemui Menteri Pertahanan Australia untuk membahas kelanjutan kerja sama militer yang terhenti.

“Saya seharusnya kemarin ke sana. Belum, karena Menhan-nya lagi di rumah sakit. Saya ke sana, mungkin akhir bulan ini,” ujar Menhan.

Sebelumnya, TNI memang sempat tersinggung lantaran masukan instruktur Kopassus yang bertugas di ADF di Perth Australia, oleh bersangkutan tidak dihiraukan. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo setelah mendapat laporan secara resmi, menindaklanjuti dengan mengambil tindakan tegas menghentikan kerjasama militer.

Menhan Tinjau Ulang Penundaan Kerja Sama Militer RI-Australia

Liputan6.com, Jakarta – TNI menghentikan sementara kerja sama militer dengan Australia. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu akan meninjau kembali terkait keputusan ini.

“Makanya kita lihat dulu benar-benar, jangan sepihak ya. Emang gampang membatalkannya?” ujar Ryamizard di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/1/2016).

Purnawirawan jenderal bintang empat itu berencana bertemu dengan otoritas Australia terkait permasalahan kerja sama militer RI-Australia. Rencana pertemuan yang sudah direncanakan batal karena Menteri Pertahanan Australia sedang sakit.

“Ya. Hubungan kita dengan apa, lagi baik-baik saja ya, kita lihat dulu. Jangan gegabah. Tunda enggak apa-apa. Kalau tunda kan bisa,” lanjut dia.

Sementara, terkait dugaan adanya upaya mendeskreditkan Pancasila, Ryamizard membantah hal itu. Permasalahan sudah bisa ditangani dan anggota TNI yang berada di Australia juga sudah ditarik kembali ke Indonesia.

“Itu, itu kan yang yang letnan saja apa belajar bahasa, kemudian sudah ditegur, sudah dihukum itu. Intinya menjaga hubungan baiklah antarnegara. Jangan gara-gara curut-curut enggak jelas itu hubungan negara enggak bagus, enggak baik juga,” Ryamizard memungkas.

Menhan: Hubungan dengan Australia Baik-Baik Saja

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Indonesia dilaporkan telah menangguhkan sejumlah kerjasama militer dengan Australia. Kendati begitu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu justru menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam hubungan Indonesia dengan Negeri Kangguru tersebut.

“Hubungan kita lagi baik-baik saja. Makanya mau kita lihat dulu,” ujarnya, saat ditemui wartawan di Istana Bogor, Rabu (4/1).

Ryamizard memastikan bahwa kerjasama militer tidak dibatalkan, hanya ditangguhkan. Namun begitu, ia sendiri mengaku belum mendapat laporan detail mengenai keputusan penangguhan yang pertama kali disampaikan oleh TNI tersebut. Yang pasti, ujarnya, keputusan untuk menunda melanjutkan kerjasama bukan karena adanya kasus penghinaan terhadap Pancasila yang dilakukan salah satu anggota militer Australia.

“Tidak, tidak. Orang yang ngomong itu kan sudah ditegur, sudah dihukum, dari pihak Australia sudah lapor ke saya,” kata dia.

Ryamizard berjanji akan melihat kembali persoalan penangguhan kerjasama ini dari dua pihak. Ia rencananya akan melakukan pertemuan dengan menteri pertahanan Australia pada akhir Januari mendatang. Adapun pelatih dari satuan Kopassus yang tengah berada di Australia akan ditarik pulang ke Indonesia untuk sementara waktu.

TNI Setop Sementara Kerja Sama dengan Australia, Menhan: Jangan Gegabah

Jakarta – Tentara Nasional Indonesia (TNI) memutuskan sementara kerja sama militer dengan Australia karena suatu masalah teknis soal materi latihan. Menhan Ryamizard Ryacudu yang belum mendapat laporan detail soal itu meminta untuk tidak gegabah.

“Hubungan kita dengan apa, lagi baik-baik saja ya, kita lihat dulu. Jangan gegabah,” kata Ryamizard ketika dimintai tanggapan di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/1/2017).

Ryamizard menjamin keputusan itu bukan resmi dari pemerintah. Sehingga dia berniat untuk menemui Menhan Australia terlebih dahulu.

“Kalau yang saya lihat begini. Dia (Australia) kan belajar, dia kan gunting-gunting apa, di media segala macam, itu kali. Enggak (resmi dari pemerintah Australia), itu-itu kan yang yang letnan saja apa belajar bahasa, kemudian sudah ditegur, sudah dihukum itu,” papar Ryamizard.

Meski mengaku belum mendapat laporan dari pihak TNI, Ryamizard menyebut pihak Australia telah melaporkan bahwa prajuritnya yang membuat materi telah dihukum. Dia kemudian menyatakan, pelatih dari Koppasus ditarik ke tanah air dahulu.

“Intinya menjaga hubungan baiklah antarnegara. Jangan gara-gara ‘curut-curut’ enggak jelas itu hubungan negara enggak bagus, enggak baik juga,” ungkap Ryamizard.

Menanggapi hal itu, Menteri Pertahanan (Menhan) Australia Marise Payne membantah pihaknya menargetkan TNI sebagai agen potensial untuk militer Australia. “Tidak, bukan itu masalahnya dan tentu, itu hal yang tidak bisa kita terima,” tegasnya.

Payne menambahkan, penyelidikan soal material pelatihan yang memicu ketegangan hubungan bilateral Australia-Indonesia, hampir rampung. Ditegaskan Payne, Australia menanggapi persoalan ini dengan serius.

“Kami bekerja dengan saksama bersama mitra-mitra kami, baik level militer maupun level politik untuk menangani setiap kekhawatiran, untuk mengatasi setiap kekhawatiran dan untuk melanjutkan hubungan secara keseluruhan sesegera mungkin,” terang Payne.

Sumber: detik




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia