TRANSLATE

Menhan Terima 2 Unit Helikopter Tempur dari PTDI

Rabu, 14 Desember 2016

BANDUNG, KOMPAS.com– Kementerian Pertahanan Republik Indonesia menerima dua helikopter tempur Full Combat SAR Mission EC-725 dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di hanggarfinal assy fixed wing PTDI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (25/11/2016).

Dua helikopter tersebut diterima langsung oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dari Direktur Utama PTDI Budi Santoso.

“Kami serahkan dua unit heli EC-725 Full Combat SAR Mission ini kepada pihak kementrian Pertahanan. Heli ini dapat digunakan untuk berbagai misi seperti troop transport, SAR dan digunakan untuk bertempur karena dilengkapi oleh persenjataan,” kata Budi Santoso dalam sambutannya, Jumat pagi.

Budi menambahkan, selain untuk pertempuran, helikopter EC-725 merupakan pesawat yang cocok dipakai untuk kebutuhan evakuasi.

“Helikopter ini dilengkapi light spectrograph dan hoist (derek) untuk mencari dan mengevakuasi korban serta dilengkapi forward looking infrared camera untuk mendukung operasional segala medan dan kondisi,” tambah dia.

Selain itu, helikopter EC-725 ini juga terbilang canggih karena mampu mendarat darurat di perairan.

“Heli ini memiliki pelampung bagian bawah untuk kondisiemergency yang mengharuskan mendarat di perairan. Pelampung dapat berkembang secara otomatis dalam kondisi emergensi dengan kecepatan pesawat 150 knot,” tuturnya.

Dengan kabin yang luas dan fleksibel, helikopter EC-725 mampu mengangkut 29 orang personel atau beban maksimal 11 ton.

“Memiliki feasibility (kemungkinan) untuk melihat ke bawah dan ke samping,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, dua helikopter ini selesai terlebih dahulu. Kemenhan memesan enam unit helikopter serupa untuk menambah kekuatanTNI Angkatan Udara.

“Empat unit (sisanya) akan diserahkan paling lambat awal tahun 2017. Kementrian pertahanan mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff PTDI yang mempunyai komitmen kuat untuk menyelesaikan pesanan Kemenhan sesuai waktu yang disepakati,” ungkapnya.

Ini Dua Helikopter Full Combat SAR Mission EC725 yang Dibeli Kemenhan

BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID – TNI Angkatan Udara (AU) kini memiliki dua helikopter baru jenis full combat SAR mission EC725. Dua helikopter multifungsi itu merupakan buatan karya anak bangsa, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Kedua helikopter itu diserahterimakan ke Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di hanggar PT DI, Jalan Pajajaran, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jumat (25/11/2016). Adapun helikopter itu dua dari enam helikopter yang dipesan Kemenhan untuk keperluan TNI AU.

Helikopter itu diserahkan langsung oleh Direktur Utama PT DI, Budi Santoso ke Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu. Menhan memang sengaja hadir untuk menyaksikan langsung kondisi dua helikopter karya anak bangsa tersebut.

“Helikopter bisa digunakan macam misi, seperti sarana transport, dan bertempur karena memang dilengkapi senjata,” kata Budi kepada wartawan usai menyerahkan dua helikopter di hanggar PT DI, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (25/11/2016).

Dikatakan Budi, helikopter full combat SAR mission EC725 merupakan helikopter twin engine yang mampu mengangkut beban hingga 11 Ton dengan kinerja yang luar biasa. Menurutnya, helikopter yang dikenal sebagai keluarga Super Puma/Cougar ini juga dilengkapi konfigurasi seperti pelampung untuk mendarat darurat dan infra red untuk mendukung operasi di segala medan.

“Ini bisa mengangkut sembilan personel dan punya visibilitas baik daridepan mapun samping,” kata Budi.

Ryamizard mengaku bangga dengan helikopter buatan PT DI tersebut. Hal itu menunjukkan bangsa Indonesia mampu membuat helikopter yang berfungsi untuk perang dan SAR. Pemerintah, kata dia, sangat berkomitmen memperkuat industri alutsista dalam negeri.

“Kalau kita bisa buat kenapa harus beli dari luar. Kecuali teknologi yang memang belum ada, kita bisa beli dari luar, tapi ada syaratnay
seperti transfer of technologi, imbal dagang, lokal konten, dan lain-lain,” kata Ryamizard.

Ryamizard mengatakan, produk karya anak bangsa pun tak kalah dengan produk buatan luar negeri. Buktinya, beberapa negara tetangga seperti Thailand dan Filipina ikut memesan pesawat buatan PT DI.

“Inilah yang kita bisa buat dan ternyata sudah ada yang beli. Tak hanya pesawat, kapal juga sudah ada yang memesan. Makanya kita harus bangga terhadap bangsa kita ini mampu,” kata Ryamizard.

Ryamizard pun yakin, Indonesia bisa membuat alutsista secara mandiri 10 tahun kemudian. Pemerintah pun terus menggenjot industri alutsista di Indonesia untuk mampu memproduksi alutsista yang dibutuhkan.

“10 tahun ke depan kita juga harus sudah bisa buat pesawat tempur sendiri. Dengan demikian kekuatan kita mandiri dibuat sendiri,” kataRyamizard.

Menhan: Helikopter Kepresidenan Menggunakan Produksi PT DI

[BANDUNG] Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memastikan tidak akan membeli helikopter dari luar negeri untuk kebutuhan helicopter kepresidenan. Pemerintah memilih produk PT Dirgantara Indonesia (DI). Kepastian itu dia sampaikan usai mengikuti serah terima dua helicopter full combat SAR Mission EC725 di hanggar fixed wing PT DI, Bandung, Jumat (25/11).

“Pakai ini, jangan sebut-sebut lagi. Enak kok ini,” kata Ryamizard usai masuk dan melihat kondisi di dalam salah satu helikopter tersebut.

Helikopter Full Combat SAR Mission EC725 merupakan helikopter Twin Engine yang mampu mengangkut beban hingga 11 ton. Helikopter jenis ini merupakan generasi terbaru dari jenis Super Puma.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana mengatakan, helikopter EC275 ini lebih besar dari Super Puma. “Saat ini rasanya tidak ada rencana pembelian helicopter presiden, soalnya Super Puma itu masih relatif di bawah 20 tahun dan masih dipakai,” kata Andi.

Sebelumnya, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Djundan Eko Bintoro sempat menyampaikan adanya pengajuan pembelian helicopter Agusta Westland 101 buatan Italia-Inggris dari TNI Angkatan Udara.

Andi memaparkan, para pilot di TNI Angkatan Udara bakal cepat beradaptasi dengan helicopter EC725. “Pilot banyak, semua ada pengalaman dan rombongan presiden muat di sana, cukup, safety record cukup baik. Jadi pilot yang sama naik ke cougar ini cepat sekali (adaptasi),” kata Andi.

Serah terima dua unit helikopter Full Combat SAR Mission EC725 ke Kementerian Pertahanan Republik Indonesia ini ditandai dengan penandatanganan dokumen oleh Direktur Utama PT DI Budi Santoso dan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Laksamana Muda Leonardi.

Enam Unit

Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT Dirgantara Indonesia Budiman Saleh mengatakan, dua helikopter tersebut merupakan bagian dari pemesanan enam unit helicopter yang kontraknya dilakukan pada tahun 2013 silam. “Helikopter itu enam unit plus segala suku cadangnya (nilai kontraknya) 155,5 juta Euro. Tapi ingat tahun berapa Euro-nya. Ini kontrak tahun 2013,” kata Budiman.

Dibandingkan kompetitornya, helikopter EC725 ini memiliki tenaga yang lebih besar. “Pesaingnya Agusta AW101, dia tiga engine, kita dua engine, tapi kemampuan angkat dan rasio kita lebih baik. Tiga engine itu jadi lebih berat,” imbuh dia.

Helikopter EC725 telah diserahkan lebih dari 648 unit kepada customer di seluruh dunia dengan total waktu penerbangan lebih dari 3,3 juta jam terbang. Helikopter ini merupakan helikopter yang kuat dan cepat dengan kemampuan jarak jauh. Memiliki kapasitas ruang yang luas mampu mengakomodasi berbagai pengaturan tempat duduk hingga 29 pasukan ditambah 2 orang sebagai pilot dan kopilot.

Terkait spesifikasi dua helicopter EC725 yang diserahkan ke Kementerian Pertahanan, Budi mengatakan, helicopter itu sudah dikembangkan dengan desain modular serta baling-baling (blade) yang bisa ditekuk ketika tidak digunakan. Hal ini menjadi salah satu keunggulan yang tidak dimiliki helikopter lain, penggunaan material komposit, sistem avionik yang modern, termasuk LCD Multi-Fungsi, sistem pemantau kondisi pesawat dan sistem kontrol penerbangan yang otomatis.

Selain dapat mendarat di landasan berbatu hingga bersalju, helikopter ini dilengkapi dengan external mirrors untuk melihat kondisi landasan pendaratan. “Memiliki pelampung di bagian bawah untuk kondisi darurat yang mengharuskan pendaratan di laut atau perairan,” tutur Budi sembari menambahkan helikopter itu dapat digunakan untuk berbagai misi seperti troops transport, search and rescue (SAR) serta tempur.

Persenjataan helicopter ini menggunakan sepasang machine gun kaliber 7,62 x 51 mm buatan FN Herstal, Belgia di jendela kabin kiri dan kanan. Kedua senjata dipasang terlipat, sehingga bisa ditekuk ke dalam manakala tak diperlukan. “Selain itu ada FLIR (forward looking infrared camera) untuk melihat saat malam. Ada winch penarik korban atau evakuasi serta lampu sorot yang terang sekali,” imbuh Budi.

Sumber: Suara Pembaharuan




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia