TRANSLATE

Menhan: Teroris Ancaman Nyata yang Harus Diwaspadai

Senin, 21 Desember 2015

Jakarta – Menhan Ryamizard Ryacudu melihat teroris sebagai salah satu ancaman yang nyata sehingga semua pihak wajib mewaspadainya.

Dalam silaturahim dengan sejumlah pemimpin redaksi media di Aula Bhinneka Tunggal Ika Kemenhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (11/12/2015) malam, Menhan memaparkan ancaman-ancaman yang kemungkinan mengganggu Indonesia. Menhan mengkategorikan ancaman yang nyata dan yang belum nyata.

“Ancaman belum nyata, perang antar negara secara konvensional menggunakan alutsista. Saya anggap perang ini tidak terihat atau belum nyata walaupun terjadi mungkin saja tapi saya lihat masih jauh,” kata Menhan dalam paparannya.

Ancaman yang nyata salah satunya adalah terorisme dan radikalisme. Kemenhan terus mengantisipasi penyebaran faham kekerasan itu.

“Yang nyata dan sedang terjadi atau akan terjadi seperti amcaman terorisme dan radikalisme. Sejak tahun lalu saya bicara teroris, separatis, pemberontakan bersenjata walau kecil harus diwaspadai, bencana alam di Asia Pasifik akan terus dan tetus terjadi. Ini ancaman dan nggak boleh main-main,” katanya.

Persoalan lain adalah masalah perbatasan. Kemenhan terus melakukan penataan di perbatasan untuk menjamin keamanan dan menghindari konflik di perbatasan.

“Jadi sekarang (di perbatasan) ada tiap angkot ada chip-nya. Kemudian ada drone, jadi walaupun ada patroli di bawah di atas juga kita partroli. Mudah-mudahan ke depan masalah perbatasan sudah selesai,” katanya.

“Perompakan di selat Malaka, kita tidak ingin seperti Somalia. Tahun ini di Malaka kecolongan dua kali, ke depan tidak boleh. Kita akan habiskan. Tapi ironis memang yang merombak itu orang kita juga,” imbuhnya.

Yang tak kalah mengancam adalah wabah penyakit. Juga perang cyber yang juga harus diantisipasi.

“Perang cyber dan intelijen nah ini luar biasa. Presiden Obama memanggil ahli IT membuat pasukan cyber, kita juga sudah punya peralatan tinggal orang-orangnya saja kita latih untuk menjadi profesional dan bukan tentara saja tapi ahli di luar kita panggil untuk meningkatkan kemampuan lembaga cyber kita,” katanya.

“Berikutnya adalah narkoba. Ini sangat penting untuk masa depan kita. Bagaimana masa depan bangsa kalau anak-anak terlibat narkoba. Yang meninggal setiap tahun 18.000, yang diobati 4,5 juta, yang nggak bisa diobati 1,2 juta. Sudah pantasnya Presiden Jokowi menghukum mati pengedar narkoba, sedangkan di penjara itu masih mengedarkan, bagaimana tidak pas. Saya sangat setuju itu,” pungkasnya.

Sumber : https://news.detik.com/berita

.
Menhan Gunakan “Diplomasi Hati Nurani”

Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengaku menggunakan diplomasi hati nurani dalam bergaul untuk menyelesaikan masalah.

Diplomasi itu dipakai, baik ketika berada dalam pertemuan bilateral, regional dan internasional maupun ketika berhadapan dengan sesama anak bangsa.

“Strategi pertahanan yang saya lakukan adalah diplomasi hati. Gunakan hati nurani untuk bertindak,” kata Ryamizard dalam silahturami dengan Forum Pemred di kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kamis (10/12) malam.

Ryamizard didampingi Sekjen Kemhan Ediwan P dan para pejabat di lingkungan Kemhan.

Sementara dari Forum Pemred, hadir Suryapratomo (Ketua), Budiman Tanurejo (Kompas), Primus Dorimulu (Suara Pembaruan/Investor Daily) dan sejumlah pemred lainnya.

Ryamizard mengemukakan diplomasi hati nurani adalah berbicara dari hati ke hati, terbuka dan bersahabat. Kemudian komunikasi dan dialog yang intens dibangun dengan siapa saja, terutama yang sedang bermasalah.

Dia mengaku cara seperti itu yang dilakukannya selama satu tahun menjadi Menhan. Hasilnya, di negara Asean, dia diterima dan dipercayakan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi dalam sesama negara Asean.

Pendekatan hati nurani itu juga dipakainya dalam menyelesaikan konflik Laut China selatan, di mana Indonesia berkepentingan menjaga Natuna agar tidak diambil orang.

Dalam berhubungan dengan Tiongkok, Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara lainnya, dia juga menggunakan pendekatan tersebut. Hasilnya, para Menhan dari negara-negara itu mau bekerjasama, terbuka dan saling mendukung.

“Saya dengan Menhan China, Amerika dan Australia sangat baik. Apalagi dengan Menhan-Menhan di Asean. Saya ajak semua mereka berbicara dan diskusi,” tutur mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini.

Sumber : Suara Pembaruan




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia