TRANSLATE

HUT RI, Ratusan Anggota TNI Kibarkan Merah Putih di Bekas Lokasi Deklarasi GAM

Selasa, 18 Agustus 2015

HUT RI, Ratusan Anggota TNI Kibarkan Merah Putih di Bekas Lokasi Deklarasi GAM

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.com – Ratusan personel TNI dari berbagai satuan mengibarkan bendera Merah Putih di bekas lokasi deklarasi Gerakan Aceh Merdeka, Gunong Halimun, Pidie, Senin (17/8/2015). Upacara pengibaran bendera dengan ukuran 12 x 18 meter itu berlangsung khidmat.

Ribuan masyarakat dari Pidie turut menyaksikan pengibaran bendera raksasa itu. Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 011 Lilawangsa Mayor Inf Nasrun kepada Kompas.com, menyebutkan pengibaran bendera berlangsung lancar.

Awalnya, personel TNI memanggul bendera raksasa itu dari kaki bukit untuk di bawa ke punck bukit. Setelah itu upacara HUT ke-70 RI digelar di lokasi tersebut.

“Kami bersyukur pelaksanaan HUT RI di Halimon ini berlangsung lancar,” kata Nasrun.

Disebutkan, antusias masyarakat menghadiri upacara tersebut sangat luar biasa. Pihak TNI mengapresiasi ribuan masyarakat yang hadir di kawasan itu.

Dia menyebutkan, rasa cinta tanah air diwujudkan dengan menghadiri pengibaran bendera di puncak gunung tersebut.

Untuk diketahui, Gunung Halimun merupakan tempat dimana Alm Wali Nanggroe Muhammad Hasan Tiro mendeklrasasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4 Desember 1976.

Perjanjian damai Helsinki pada 2005 mengakhiri konflik berkepanjangan antara GAM dengan Pemerintah Republik Indonesia.

Anak-anak Putus Sekolah Gelar Upacara HUT RI di Pantai

KUPANG, KOMPAS.com – Puluhan anak putus sekolah di Pulau Kera, Kelurahan Sulamu, Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), memperingati HUT ke-70 Republik Indonesia di pinggir pantai di wilayah itu.

Meski panas terik matahari membakar kulit dan hembusan angin yang bertiup begitu kencang, tak menurunkan semangat anak-anak untuk menaikan bendera merah putih dengan menggunakan batang bambu kering berukuran kecil.

Pantauan Kompas.com, Senin (17/8/2015) kamarin, terlihat beberapa kali tiang bendera nyaris roboh, akibat tak mampu menahan tiupan angin. Namun karena ketulusan hati dari anak-anak inilah yang membuat tiang tersebut seolah-olah bernyawa, sehingga dapat berdiri tegak dan kokoh.

Upacara bendera sederhana ini, selain diikuti oleh anak-anak, adapula sejumlah orang tua yang ikut hadir dan beberapa orang pengunjung dari komunitas Art Colaboration dan sejumlah wartawan asal Kota Kupang.

Begitu tiga orang pengibar bendera, masing masing, Amran, Soleh dan Rofiq menaikan bendera merah putih, lagu Indonesia Raya pun berkumandang dan dinyanyikan secara bersama-sama dengan penuh semangat.

Dalam upacara itu, tidak ada inspektur upacara dan komandan upacara. Upacara tersebut hanya diisi dengan pengibaran bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya, dan beberapa buah lagu perjuangan yang dinyanyikan tidak tuntas, karena memang banyak warga dan anak-anak yang tak menghafal lirik lagu secara baik.

Sekitar setengah jam kemudian, upacara pun selesai dan semua anak-anak dan warga akhirnya membubarkan diri.

Komunitas Art Colaboration dan wartawan asal Kota Kupang yang membawa sejumlah bingkisan dari Kupang, kemudian membagi-bagikan bingkisan tersebut kepada warga setempat.

Malik (11), salah seorang peserta upacara, kepada Kompas.com usai upacara, mengaku sangat senang bisa mengikuti upacara bendera, karena memang selama ini dia tidak pernah sekalipun mengikuti upacara bendera.

“Kampung kami ini dulunya ada sekolah madrasah, namun karena rusak disambar petir, maka sampai saat ini kami semua anak-anak tidak bersekolah. Guru kami pun hanya satu orang saja dan saat ini dia sudah pulang ke kampungnya di Jawa, sehingga tidak ada lagi yang mengajari kami,” kata Malik.

Sementara itu, Ketua RT 2/RW 13, Hamdani Saba (50) mengatakan, di pulau tempat dia dan warganya bermukim, terdapat kurang lebih 60 anak-anak yang tidak bersekolah karena memang tidak memiliki sekolah dan guru.

“Hari ini kami senang karena bisa mengikuti upacara sederhana di pantai bersama anak-anak yang tidak bersekolah. Semua anak di sini pada dasarnya memang punya niat besar ingin bersekolah, tetapi karena kondisi seperti ini, terpaksa mereka harus putus sekolah,” kata Hamdani.

Hamdani pun berharap, Pemerintah Kabupaten hingga Pusat, bisa segera membantu membangun sebuah sekolah di tempat mereka, sehingga anak-anak bisa bersekolah dengan baik.

Pengibaran Bendera di Bawah Laut Perairan Lemukutan Berlangsung Khidmat

LEMUKUTAN, KOMPAS.com – Puluhan penyelam melakukan pengibaran bendera merah putih di bawah laut perairan Pulau Lemukutan, Bengkayang, Kalimantan Barat, dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia. Walau sempat terkendala cuaca sehari sebelumnya dan dikhawatirkan batal, pengibaran tetap berjalan dengan khidmat.

Cuaca pun mendukung jalannya upacara di bawah air, tepat pada tanggal 17 Agustus 2015. Pengibaran yang dikoordinir Direktorat Polisi Perairan (Dit Polair) Polda Kalbar berjalan lancar diikuti sejumlah instansi, di antaranya Tim Gegana Brimob, Basarnas, BPSPL, Paskhas TNI AU, dan klub diving Inhasa. Sebanyak kurang lebih 40 penyelam terlibat dalam upacara singkat tersebut.

Upacara secara sederhana namun khidmat tersebut berlangsung selama hampir 25 menit. Lokasinya tepat berada di dekat transplantansi terumbu karang dengan kedalaman sembilan meter di bawah permukaan laut.

Kabid Renmin Direktorat Polair Polda Kalbar, Kompol Ongki Isgunawan mengungkapkan, upacara pengibaran bendera merah putih di bawah laut ini merupakan yang pertama kali yang dikoordinir oleh Dit Polair Polda Kalbar. Kegiatan seperti ini rencananya akan menjadi acara tahunan rutin.

“Pengibaran bendera di bawah laut pada peringatan HUT RI ini merupakan kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan Polair di Kalbar dan akan menjadi agenda tahunan,” kata Ongky kepada Kompas.com, Senin(17/8) usai penyelaman.

Walau dengan persiapan yang cukup minim, upacara itu bisa dikatakan sukses. Persiapan survey dimulai sejak tanggal 15 Agustus 2015 untuk menentukan lokasi upacara. Kemudian pada tanggal 16 Agustus dilangsungkan gladi bersih sebagai persiapan dan menentukan posisi masing-masing penyelam saat berada di bawah.

Kendala cuaca sedikit menghambat proses gladi bersih. Hujan disertai angin kencang tiba-tiba melanda perairan Lemukutan dan sekitarnya. Namun ini tak berlangsung lama. Kompas.com pun berkesempatan mengikuti rangkaian kegiatan hingga upacara selesai.

“Seluruh personel dan instansi yang dilibatkan untuk mensukseskan kegiatan ini sekitar 83 orang. Persiapan yang dilakukan pun hanya dua minggu padahal normalnya sekitar satu bulan,” jelas Ongky.

Upacara sendiri baru dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Kompol Ongky Isgunawan didaulat menjadi inspektur upacara, dengan simbolis pembacaan teks proklamasi. Pembacaan pun dilakukan dalam hati, disertai dengan kode gerakan untuk berkomunikasi secara visual kepada penyelam lainnya. Seorang anggota Polair bertugas untuk mengkoordinir penyelam peserta upacara dalam merapikan barisan di dasar laut dan menjadi penghubung antara peserta upacara dengan inspektur upacara yang masih berada di atas.

“Setelah semuanya dipastikan telah siap dan dalam posisi setengah lingkaran dengan mengahadap tiang bendera. Saya kembali naik ke atas untuk memberi tahu inspektur upacara bahwa upacara telah siap dilakukan,” kata AKP A Syamsul, koordinator tim teknis upacara.

Tak lama kemudian, inspektur upacara pun turun. Tiga anggota Polair yang bertugas sebagai pengibar bendera juga turun ke dasar laut. Usai bendera dipasang dan dikibarkan dilanjutkan dengan membaca teks proklamasi secara simbolis. “Teksnya sudah disiapkan. Di dalam laut pembacaan dilakukan secara simbolis,” ucapnya.

Satu di antara penyelam yang menjadi peserta upacara, Isamudin mengatakan, seluruh jalannya upacara hampir tidak mengalami kendala. Hanya saja menurutnya, kondisi warna air laut yang sedikit keruh semakin mempersempit jarak pandang.

“Selain itu arusnya cukup kuat sehingga susah untuk bersikap tenang. Karena jika bergerak terlalu kuat makan akan memperparah keruhnya air laut,” ucapnya.

Setelah pengibaran bendera selesai, seluruh peserta upacara naik ke permukaan. Upacara kemudian ditutup nyanyian lagu “Indonesia Raya” dan “Padamu Negeri” yang diikuti seluruh tim yang terlibat, termasuk sejumlah awak media yang meliput.

“Kami Sudah Merah Putih..”

SURABAYA, KOMPAS.com – Ribuan pedagang keturunan Tionghoa menghadiri upacara HUT ke-70 Kemerdekaan RI di halaman Pasar Atum Surabaya, Senin (17/8/2015). Ternyata bukan semua yang datang adalah undangan, banyak dari mereka yang hadir atas panggilan hati untuk mengikuti upacara bendera.

Poo Tjan Han (50) adalah satu di antaranya. Bapak dua anak ini mengaku undangan penyelenggara tidak terlalu penting.

“Bagi saya undangan resmi tidak penting, yang penting saya bisa menghadiri upacara bendera, karena saya sudah Merah Putih,” kata Poo.

Kepada Kompas.com, pedagang Pasar Atom ini meyakinkan bahwa saat ini sudah tidak ada lagi perbedaan warga keturunan dengan pribumi.

Dia mengakui, dulu memang warga keturunan yang saat ini berusia 60 tahun ke atas masih memiliki loyalitas kepada negara asal nenek moyangnya.

“Mereka bahkan mengumpulkan dana untuk pengembangan fasilitas sosial di Tiongkok,” ujarnya.

Namun untuk warga keturunan yang saat ini berusia 60 tahun ke bawah, dia meyakinkan bahwa mereka semua sudah Merah Putih, atau tidak bisa lagi diragukan nasionalismenya.

“Sama kayak saya, saya sudah 100 persen Merah Putih, jika ada yang bilang warga keturunan bukan Merah Putih, mereka adalah provokator, tangkap mereka,” kata pria yang juga aktif di perkumpulan Marga Poo Jawa Timur ini.

Lain lagi dengan Budiman (56), untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Indonesia, dalam upacara bendera tadi pagi, dia sengaja membawa semua keluarga besarnya, termasuk yang masih anak-anak.

“Ada sepuluh keluarga saya, isteri, anak, cucu dan menantu yang saya ajak ke sini. Ini wajib hukumnya,” kata pria yang menolak menyebut nama asli keturunannya itu.

Baginya, meskipun warga keturunan Tionghoa, saat ini dia hidup di Indonesia. Makan, minum, dan mencari rezeki di Indonesia, karena itu wajib memiliki sifat nasionalisme kepada Indonesia.

Upacara bendera yang ke-12 kalinya itu dihadiri ribuan warga keturunan, khususnya pedagang Pasar Atum Surabaya.

Sama halnya dengan upacara pada umumnya, acara upacara juga diramaikan dengan pertunjukan seni tari tradisional, paduan suara, seni kolosal, dan pembagian hadiah lomba.

Sejumlah tokoh terlihat hadir sebagai undangan dalam upacara tersebut, di antaranya, Wakil Konjen Republik Rakyat Tiongkok, Yu Hong, Ketua Umum Yayasan Bakti Persatuan, Ketua Peguyuban Masyarakat Tiong Hoa, dan mantan Menkopolhukam, Tedjo Edhy Purdijatno.

Saat Warga Perbatasan di Sebatik Bangga Rayakan Hari Kemerdekaan

SEBATIK, KOMPAS.com – Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia di Pulau Sebatik tahun ini memberi kesan tersendiri bagi Bupati Kabupaten Nunukan, H Basri. Sebab, Pulau Sebatik yang menjadi kawasan pinggiran Nunukan dan berbatasan langsung dengan Malaysia, masih bisa merasakan kemeriahan dalam menyambut kemerdekaan.

“Khusus untuk Kabupaten Nunukan ini merupakan keistimewaan tersendiri. Perayaan 17 Agustusan itu tidak hanya dilakukan di pusat kota tapi di pinggir Indonesia, dalam hal ini Sebatik,” kata Basri saat ditemui Kompas.com di desa Pencang, Kecamatan Sebatik Utara pada Minggu (16/8/2015).

Basri menilai, dengan perayaan yang menyisir kawasan pinggiran itu akan meningkatkan nasionalisme warganya di perbatasan.

“Ini suatu langkah maju, seperti gerakan Pak Presiden (Joko Widodo) ingin wilayah pinggir merasakan kemeriahan. Dengan turunnya pemerintah, dalam hal ini melalui BUMN, di samping memberi dampak langsung tapi juga menunjukkan ada implementasi langsung supaya masyarakat perbatasan sendiri juga merasa bangga sebagai bangsa Indonesia,” kata Basri, seusai mengahadiri gerak jalan santai yang digelar oleh Perum Perhutani, PT Pos Indonesia, dan PT Sucofindo, Minggu.

Jelang jatuhnya peringatan 70 tahun kemerdekaan Indonesia, tiga BUMN itu menggelar berbagai kegiatan di Pulau Sebatik. Kegiatan seperti jalan santai dan hiburan membuat meriah perayaan masyarakat di sana.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, hari Minggu ini saja, agenda gerak jalan santai yang diakomodir Perum Perhutani menarik minat lebih dari seribu warga di kecamatan Sebatik Timur dan kecamatan Sebatik Utara.

“Kemerdekaan Indonesia Tak Turun dari Langit, tetapi dari Tetesan Darah Pejuang”

JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengaku memiliki tujuan khusus menyelenggarakan kegiatan napak tilas ke tempat-tempat bersejarah. Melalui program tersebut, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu berharap, warga dapat lebih menghargai perjuangan pahlawan yang berhasil meraih kemerdekaan Indonesia.

“Kami ingin masyarakat Indonesia memahami bahwa kemerdekaan Indonesia tidak turun dari langit begitu saja. Kemerdekaan Indonesia adalah hasil keringat, tetesan darah, dan nyawa pejuang, bukan hadiah dari Jepang begitu saja,” kata Djarot di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Minggu (16/8/2015).

Pada kesempatan itu, Djarot juga menjelaskan, Laksamana Muda Maeda bukanlah membawa nama negaranya untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia. Dia adalah warga asal Jepang yang memiliki simpati terhadap warga Indonesia agar dapat merebut kemerdekaan dari negaranya. Rumahnya yang terletak di Jalan Imam Bonjol pun digunakan Presiden pertama RI, Soekarno, dan Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta, untuk merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

“Laksamana Maeda hanyalah satu orang Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan. Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang mengikuti napak tilas ini. Saya minta, ke depan, setiap hari Sabtu atau Minggu, semua pelajar bisa mengunjungi museum ini supaya bisa menginspirasi,” kata Djarot.

Adapun Djarot menjalani napak tilas dengan mengendarai sepeda ontel bersama Gubernur DKI Jakarta Basuki “Ahok” Tjahaja Purnama dan pejabat DKI serta Komunitas Sepeda Indonesia (KSI). Rute napak tilas kemerdekaan itu dimulai dari halaman Balai Kota-Gedung Pancasila-Gedung Joang 45-dan berakhir di Museum Perumusan Naskah Proklamasi (rumah Laksamana Maeda).

Basuki memilih tidak melanjutkan napak tilas, mengingat pada dini hari nanti harus mendampingi Presiden Joko Widodo dalam renungan suci di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Sementara itu, Djarot melanjutkan napak tilas ke Taman Pemakaman Umum Karet Bivak untuk berziarah ke makam istri Soekarno yang juga menjahit bendera Merah Putih, Fatmawati, dan ke Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat.

Prajurit TNI Buat Film Pendek Perang Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Upacara HUT Kemerdekaan RI ke 70 di Balai Kota Yogyakarta dimeriahkan dengan adegan sosiodrama perang Yogya Kembali. Drama perang yang berlangsung 15 menit ini dipersembahkan Kodim 0734 Yogyakarta dan dimainkan oleh prajurit TNI.

Kepala Staf Kodim Yogyakarta yang juga sutradara sosiodrama, Mayor Inf Suwarno mengatakan, sosiodrama Yogya Kembali tersebut juga diputar di setiap kecamatan oleh Koramil masing-masing. “Kita harus selalu ingat sejarah dan jasa pahlawan kita,” ucapnya usai upacara bendera di Balaikota Yogyakarta, Senin (17/8).

Drama itu menceritakan perebutan kembali Yogyakarta dari pendudukan penjajah saat Ibu Kota negara dipindah ke Yogyakarta. Sebanyak 100 personel gabungan TNI, Polri, dan masyarakat mengambil peran dalam film pendek itu.

“Kami ingin menggugah kembali rasa nasionalisme dengan mengingat perjuangan para pahlawan mempertahankan NKRI. Meski hanya berlangsung singkat, tapi sosiodrama ini memberi makna agar kita tidak menyia-nyaiakan kemerdekaan yang diraih susah payah,” katanya.

Upacara bendera peringatan HUT ke-70 di Balai Kota Yogyakarta dipimpin oleh Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti. Menurut Haryadi, tantangan bangsa tak akan pernah surut. Setiap generasi memiliki tantangannya sendiri. Oleh karena itu, setiap elemen masyarakat diminta berbuat yang terbaik bagi bangsa sesuai dengan profesinya masing-masing.

“Setiap zaman memiliki tantangan masing-masing. Tugas kita adalah mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat dalam membangun kemajuan bangsa dan negara,” katanya.

70 Tahun Indonesia Merdeka, TNI Gelar ‘Malang Bumi Hangus’

TEMPO.CO, Malang – Upacara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di depan Balai Kota Malang diwarnai drama kolosal yang dipentaskan 350 anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pelajar. Drama itu bertema Malang Bumi Hangus, sebuah perjuangan kemerdekaan pada 1947.

Pejuang dari Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) dan rakyat melakukan aksi bumi hangus dengan membakar sejumlah gedung peninggalan Belanda. “Termasuk membakar Balai Kota Malang,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Ida Ayu Made Wahyuni, Senin, 17 Agustus 2015.

Pembumihangusan tersebut dilakukan sebelum pasukan Belanda masuk kembali ke Malang. Gedung peninggalan Belanda dibakar agar Belanda tak bisa menempati gedung tersebut. Dalam drama kolosal tersebut, pasukan TRIP dan rakyat menghadang pasukan Belanda.

TRIP dan pasukan Belanda saling melepas tembakan. Suara meriam juga berdentuman seusai upacara kemerdekaan di depan Balai Kota Malang. Warga Malang dan peserta upacara kagum dengan adegan pertempuran di depan Balai Kota Malang ini.

Drama kolosal yang diselenggarakan seusai upacara itu merupakan yang pertama digelar di Kota Malang. Pagelaran ini menarik perhatian masyarakat, karena drama kolosal yang melibatkan anggota TNI ini juga membawa sejumlah alat utama sistem persenjataan. Seperti meriam dan senjata laras panjang.

Komandan Komando Distrik Militer 0833/Baladhika Jaya Letnan Kolonel Yudha Setiawan menuturkan drama kolosal digelar untuk membangkitkan semangat perjuangan. Tujuannya, agar rakyat terus mengingat dan menghargai pejuang kemerdekaan. “Kembali membangkitkan semangat perjuangan kemerdekaan,” ujarnya.

Tim Jupiter di HUT RI Ke-70, Bukti Tangguhnya TNI AU

Bintang.com, Jakarta Tim Aerobatik Jupiter Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) atau Jupiter Aerobatic Team (JAT) merupakan skadron khusus yang dibentuk pada 1996. Mereka punya tugas khusus mewarnai langit terutama pada HUT RI ke-70 kali ini.

Namun mereka sempat vakum pada 2002 dan muncul lagi pada 2008. Mereka lah di balik aksi memukau pertunjukan fly pass di Istana Negara saat merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-70.

Kalau kamu ngeliat pertunjukan udara beberapa waktu lalu tergelar di langit Indonesia, gak salah lagi, Tim Jupiter sedang latihan untuk pertunjukan 17 Agustus tahun ini.

Apa saja yang perlu kamu ketahui tentang Tim Jupiter? Berikut ulasan Bintang.com buat kamu.

Backseaters yakni sebutan penerbang JAT yang duduk di kursi belakang. Tugasnya lebih berat lho, guys, yakni melindungi para penerbang inti JAT dari hal-hal gak memungkinkan.

Gak selamanya penerbang inti menduduki jabatannya. Backseaters pun bisa menjalankan proses untuk menjadi Tim Jupiter Front Seat selanjutnya. Bahkan anggota front seat bisa dikirim buat sekolah lagi biar kemampuannya bertambah.

Tim Jupiter Aerobatic TNI AU beraksi dalam peringatan Hari Ulang Tahun ke-69 TNI AU Tahun 2015 di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (9/4/2015). Acara tersebut menampilkan demo darat dan atraksi udara. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
#Pada fly pass di Istana Negara dalam rangka memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70, TNI AU menggunakan 10 pesawat T-50i Golden Eagle dan 3 pesawat tempur F-16.

Fly pass sebenarnya tradisi baru dalam memperingati kemerdekaan. Fly Pass pertama diadakan pada 2011. Aksi ini diadakan untuk menunjukkan wilayah udara Indonesia sangat penting bagi negara ini. Fly pass juga membuktikan kekuatan TNI AU sangat perkasa, tak kalah dari negara lain.

Itu tadi sejumlah fakta-fakta unik Tim Jupiter TNI AU yang perlu kamu ketahui. Ini membuktikan kemampuan para prajurit Indonesia memang luar biasa, terutama menjaga keamanan negeri ini. Selamat Hari merayakan HUT RI ke-70, MERDEKA!

Bintang.com, Jakarta MERDEKA! Sesungguhnya nikmat Tuhan yang paling besar ialah kemerdekaan, guys. Tapi kedaulatan negara ini tidak akan ada tanpa jasa Tentara Nasional Indonesia (TNI), tentu saja bekerja sama dengan rakyat sipil.

Militer menjadi salah satu elemen penting negara untuk mempertahankan diri dari penjajah. Kamu boleh bangga sebab memiliki tentara nasional yang prestasinya diakui dunia.

Gak percaya? Bintang.com punya serangkaian bukti nyata prestasi TNI di dunia internasional. Siap menyimak? Let’s go!

Discovery Channel Military pada edisi 2008 menyebutkan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Angkatan Darat merupakan pasukan elite paling kuat dan ada di peringkat 3 dunia.

Kopassus terbukti mampu bertahan di berbagai kondisi tanpa teknologi canggih dan digital. Di hutan belantara Kopassus amat terlatih ketimbang pasukan elite negara lain.

Pada pertemuan Elite Forces di Wina, Austria lima tahun lalu, Kopassus meraih peringkat 2 untuk operasi militer strategis yang terdiri dari intelijen, pergerakan, penyusupan, dan penindakan.

TNI menjadi mitra tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak 1957. Bapak-bapak tentara sudah menjaga perdamaian dunia sejak 58 tahun lalu yang berawal di Kairo, Mesir.

Pasukan perdamaian TNI bernama Kontingen Garuda (KONGA). KONGA sudah diterjunkan lebih dari 30 kali ke wilayah-wilayah konflik untuk membantu PBB memelihara perdamaian antar bangsa. KEREN!

Saat di Sudan, perang saudara bisa diredam oleh KONGA yang menggelar pertunjukan kebudayaan kuda lumping. Wuih!

Melatih militer wilayah Afrika dan memberi acuan pembentukan dan metode pelatihan yang pas untuk pasukan elite mereka. DAN … 80 persen pelatih militer di Afrika adalah …. Kopassus!

Indonesia menjadi negara pertama yang menginjakkan kaki di puncak Everest, gunung tertinggi dunia. Merah putih berkibar di sana oleh anggota TNI.

Pada 1981 pesawat Garuda Indonesia dibajak oleh lima teroris yang menamakan diri Komando Jihad. Ini pembajakan bermotif agama pertama yang menimpa Indonesia dan dikenal dengan nama peristiwa Woyla.

Saat itu TNI berhasil menangani dan menyelamatkan seluruh penumpang serta menewaskan lima pelaku teroris. Prestasi ini langsung mendapat apresiasi dunia.

Salah satu perwira TNI bernama Purnawirawan Mayor Jenderal Rais Abin satu-satunya orang Asia dan Indonesia yang menjadi panglima dalam pasukan PBB (UNEF) yang ditugaskan di Sinai, Mesir pada 1974-1978. Wajahnya hingga kini ada di kantor pusat PBB.

Tahun kemarin, TNI Angkatan Darat menjadi juara umum menembak khusus militer di Australia. Sementara tahun ini menjadi juara umum lomba menembak khusus militer di Australia dan Brune Darussalam.

Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo berpose bersama kontingen Petembak TNI AD, Jakarta, Jumat (29/5/2015). Kontingen petembak TNI AD meraih 30 medali emas di Australia Army Skill at Arms Meeting

Itu tadi prestasi-prestasi TNI kita di dunia. Namun prestasi sesungguhnya tentu saja mengawal bangsa ini menuju kemerdekaan. Dirgahayu ke-70 tahun Indonesia. MERDEKA!




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia