Pesawat Tempur Hawk MK53 Jadi Koleksi Anyar Museum TNI AU
Selasa, 11 Agustus 2015TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN – Saat ini Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala (Muspusdirla) atau yang kerap masyarakat menyebut Museum Dirgantara memiliki koleksi pesawat baru untuk dipemerkan, yakni pesawat tempur Hawk MK 53.
Dengan penambahan ini, maka koleksi pesawat di museum Dirgantara bertambah menjadi 43 pesawat berbagai jenis.
Kepala museum Kol Sus Sudarno, mengungkapkan Museum Dirgantara yang terbesar di kawasan Asia Tenggara ini sebelumnya menyimpan 42 koleksi pesawat terbang dan sekarang menjadi 43 pesawat.
Semua koleksi tersebut tertata dalam dua tempat, yaitu 36 pesawat dalam ruang alutsista dan 6 pesawat lainnya di halaman museum.
Lebih lanjut, Pesawat Hawk MK 53 sekarang menjadi penghuni baru bagi Museum Dirgantara mandala, dan akan menambah semarak heterogen koleksi museum, berdampingan bersama A4 Skyhawk, AV10 Bronco, dan TU-16 Badger.
“Shelter yang diperuntukkan pesawat jenis HawkMK 53 ini berada berada di halaman samping kanan dengan luas 20 kali 11 meter dengan lantai cor dan bangunan tahan gempa. Hawk MK 53 bersebelahan dengan pesawat jenis TU 16 buatan Uni Soviet,” jelas Kol Sus Sudarno.
Pesawat Hawk MK-53 sendiri pertama kali didatangkan pada 1 September 1980 sebanyak dua pesawat dengan tail number TT-5301 dan TT-5302.
Setelah itu 20 pesawat jenis sama didatangkan hingga pada 6 maret 1984 pemerintah mendatangkan MK-53 dengan tail number TT-5320 sebagai pesawat hawk terakhir.
.
Ngototnya negara-negara Eropa TNI AU pakai jet tempur Eurofighter
Merdeka.com – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berniat memensiunkan armada pesawat tempurnya Northrop F-5 A/B Tiger. Guna menarik perhatian TNI, sejumlah pabrikan berlomba-lomba agar produknya dilirik sekaligus digunakan TNI AU.
TNI AU sendiri telah mengincar beberapa pesawat tempur teranyar dari pelbagai negara, yakni F-16 Block 52+ Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale dan Sukhoi Su-35. Namun, sampai kini mereka belum memutuskan perusahaan yang bakal ditunjuk sebagai partner pengadaan alutsista terbaru.
Masih belum adanya keputusan yang diambil membuat sejumlah perusahaan berlomba-lomba merebut perhatian Indonesia. Perusahaan yang lebih dulu melakukannya adalah perusahaan asal Prancis, Dassault Aviation.
Mereka rela terbang sejauh ratusan mil dari Paris agar bisa memperlihatkan ketangguhan dan kecanggihan Rafale di hadapan perwira maupun penerbang Indonesia.
Tak mau ketinggalan, perusahaan penerbangan asal Inggris, Eurofighter ikut melakukan pendekatan terhadap Indonesia. Perusahaan ini berusaha keras agar TNI AU melalui Kementerian Pertahanan tertarik membeli pesawat produksinya, Eurofighter Typhoon.
Rupanya, pendekatan yang mereka lakukan tidak setengah-setengah. Mereka mengerahkan empat duta besar dari negara Eropa, yakni Jerman, Inggris, Spanyol dan Italia mendatangi langsung dan berusaha melobi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Seperti yang dikutip dri siaran pers Eurofighter, Selasa (11/8), keempat Duta Besar tersebut menyerahkan sepucuk surat formal berupa dukungan terhadap Eurofighter. Surat ini ditandatangani langsung oleh masing-masing Menteri Luar Negeri maupun Menteri Pertahanan di keempat negara yang mereka wakili.
Dalam surat dukungan itu menulis segala informasi terkait teknologi yang dipergunakan oleh Eurofighter. Tak hanya itu, perusahaan penerbangan juga berjanji akan memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan pemerintah Indonesia, yakni Tranfer Teknologi alias ToT.
Untuk memenuhi syarat tersebut, Eurofighter berjanji akan memindahkan pabrik mereka dari Inggris ke Bandung, sekaligus membuat perjanjian kerja sama jangka panjang dengan PT Dirgantara Indonesia dan Airbus Group.
“Ini adalah kombinasi operasional yang unik dan kapabilitas industri yang bisa memberikan pertumbuhan strategis terhadap sektor udara Indonesia,” tulis siaran pers tersebut.
Kira-kira, apakah Indonesia akan menerima tawaran tersebut. Tunggu saja.