TRANSLATE

Menhan Audit Alutsista TNI

Jumat, 7 Agustus 2015

Metrotvnews.com, Jakarta: Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengaku tengah mengaudit kelayakan dan keamanan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Hal itu dilakukan menyusul jatuhnya pesawat Hercules TNI AU, di Medan, Sumatera Utara.

“Iya ini sedang diaudit. Masih proses,” kata Ryamizard di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (2/6/2015).

Ryamizard menerangkan, upaya untuk melakukan modernisasi terhadap sistem pengadaan alutsista di tubuh TNI telah dilakukan sejak 2004. Namun, program modernisasi tersebut berjalan lambat.

“Sebenarnya dari dulu kita beli baru kok, sudah dimodernisasi,” sebut dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memerintahkan Panglima TNI Moeldoko dan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengubah sistem pengadaan alutsista di tubuh TNI.

“Saya perintahkan Menhan dan Panglima TNI untuk melakukan perombakan yang mendasar tentang manajemen alutsista TNI. Sistem pengadaan alutsista harus diubah, ini momentum,” kata Jokowi usai menjadi inspektur upacara peringatan Hari Bhayangkara di Lapangan Mako Kor Brimob Polri, Jalan Akses UI, Depok, Rabu 1 Juli.

TNI AU Kejar Pemilik Radio yang Tertabrak Hercules

Metrotvnews.com, Jakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Agus Supriatna menduga Hercules C-130B jatuh lantaran menabrak antena radio di Medan, Sumatera Utara. Mabes TNI AU pun sedang mencari pemiliki antena radio untuk dimintai keterangan.

“Belum ketemu (pemilik antena), kabur,” kata Agus usai Buka Puasa Bersama Presiden Joko Widodo di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (7/7/2015).

Menurut dia, dari hasil investigasi sementara, Hercules tersebut mengalami mati mesin nomor empat. Pilot kemudian terbang rendah. Dia membantah bila pesawat jatuh lantaran membawa beban berlebihan.

“Ternyata di situ ada antena yang tingginya lebih dari 105 feet. Akhirnya dia lari ke kanan tabrak kubah, lalu nabrak ruko itu,” tegas dia.

Agus menambahkan, proses investigasi masih terus dijalankan TNI AU. Dia memastikan, matra udara bisa mandiri menjalani investigasi tersebut. “Kita enggak butuh pihak luar, kita semua sudah punya ahli-ahlinya. Dari situ saja nanti kita bisa analisa,” pungkas dia.

.
Menhan: Dari Dulu Warga Sipil Boleh Ikut Pesawat Militer

DEPOK, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai, banyaknya warga sipil yang ada di dalam pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan adalah suatu hal yang wajar. Menurut dia, warga sipil sudah sejak dulu boleh ikut menumpang di pesawat militer.

“Dari dulu juga ada yang ikut. Boleh, biar dekat dengan rakyat,” ujar Ryamizard usai acara peringatan HUT Bhayangkara ke-69 di Mako Brimob, Kelapa Dua, Rabu (1/7/2015).

Ryamizard tak menjelaskan lebih lanjut saat ditanya tanggung jawab TNI apabila terjadi kecelakaan seperti yang terjadi di Medan. Dia hanya mengulang bahwa warga sipil bisa menumpang pesawat militer. (baca: Kepala Kantor Basarnas: Sudah Ada 105 Jenazah dan Enam Potongan Tubuh)

“Dari dulu begitu. Nggak apa-apa dengan rakyat harus sama-sama. Naik-naik tank itu nggak apa-apa kan,” ucap mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.

Ryamizard membantah soal adanya pungutan terhadap warga sipil yang menumpang pesawat militer. (baca: Kakak Beradik Korban Hercules Tak Membayar untuk Menumpang ke Pontianak)

“Masa ambil keuntungan. Sudah, ya,” ucap Ryamizard mengakhiri wawancara.

Hercules buatan Amerika Serikat tahun 1964 jatuh pada pukul 11.50, setelah 2 menit lepas landas di Pangkalan Udara Soewondo, Medan. Pesawat jatuh di Jalan Jamin Ginting. Semua kru dan penumpang, yang berjumlah 113 orang, diduga tewas.

101 penumpang yang ikut dalam penerbangan itu umumnya prajurit TNI dan keluarga TNI yang hendak ke Ranai, Natuna. Mereka naik dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Pekanbaru, Dumai, dan Medan.

Hasil penyelidikan sementara atas penyebab kecelakaan pesawat Hercules C-130B bernomor lambung A-1310, yang jatuh pada Selasa, 30 Juni 2015, di Medan, Sumatera Utara sudah diumumkan TNI AU. Pesawat itu diduga jatuh karena menabrak antena radio yang berjarak 3.200 meter dari landasan pacu.

Kesimpulan sementara itu diambil dari beberapa bukti yang ditemukan. Bukti pertama, pilot Kapten Shandy Permana meminta izin kembali ke pangkalan karena merasakan ada masalah pada pesawatnya.

Bukti kedua, sejumlah saksi melihat pesawat sempat oleng ke kanan. Hal ini ada kemungkinan terjadi karena pesawat tidak bisa naik secara normal. Penyebabnya, mesin yang bermasalah karena baling-baling pesawat juga ada yang mati.

Matinya mesin pesawat membuat pesawat turun dengan cepat. Saat turun itulah pesawat menghantam antena radio Joy FM yang berada di kompleks sekolah Bethany di Jalan Jamin Ginting atau simpang Perumahan Nasional Simalingkar




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia