TRANSLATE

Jenderal Gatot Setuju TNI Latih Kemampuan “Survival” Brimob

Jumat, 31 Juli 2015

Jenderal Gatot Setuju TNI Latih Kemampuan "Survival" Brimob

SEMARANG, KOMPAS.com — Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyetujui permintaan Kepolisian RI agar TNI melatih personel Brimob Polri, khusus untuk kemampuan bertahan hidup dan penjejakan. Namun, ia menegaskan, TNI tak akan memberikan pelatihan kemampuan raider.

“Disetujui latihan survival dan penjejakan, bukan kemampuan raider,” kata Gatot seusai memberi pengarahan kepada taruna TNI-Polri yang akan dilantik menjadi perwira, di Akademi Kepolisian Semarang, Jawa Tengah, Selasa (28/7/2015).

Menurut dia, latihan bisa diberikan di mana saja, mengingat semua kodam memiliki fasilitas tersebut. Untuk pelaksanaannya, tergantung keputusan karena TNI siap setiap saat.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan, peningkatan kemampuan personel Brimob ini dinilai penting, terutama dalam pengejaran pelaku terorisme. Saat pengejaran teroris kelompok Santoso, kata dia, polisi dihadapkan medan seperti hutan dan gunung.

“Brimob belum terlatih untuk pengejaran di hutan dan gunung. Oleh karena itu, perlu peningkatan kemampuan,” kata Badrodin.

Badrodin menyebutkan, kemampuan yang perlu ditingkatkan antara lain penjejakan dan kemampuan bertahan hidup di hutan untuk waktu yang lama.

“Bukan kemampuan berperang, tetapi hanya item tertentu untuk minta pelatihan,” katanya.

.
Menko Polhukam: Tak Masalah TNI-Brimob Latihan Bersama

Liputan6.com, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Tedjo Edhy Purdijatno tak mempermasalahkan TNI melatih Brimob selama materi yang diberikan untuk menunjang kinerja Korps Bhayangkara tersebut.

“Kalau (TNI-Brimob) berlatih bersama nggak ada masalah,” ucap Menteri Tedjo saat ditemui di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Rabu (29/7/2015).

Menurut dia, Polri juga perlu ilmu tambahan dari pihak-pihak lain untuk menunjang tugasnya. Seperti keahlian survival di sejumlah medan, baik di laut, di gunung, maupun di hutan. Keahlian khusus itu bisa dilatih oleh Kopassus, Denjaka, Denbravo, maupun pasukan khusus TNI lainnya.

“Itu dalam operasi antiteror. Itu ada kemampuan yang enggak dimiliki Polri bisa diisi dari TNI. Jadi nanti ada interoperability (interoperabilitas). Jadi seperti mereka enggak punya kemampuan di laut, nanti (bisa dilatih) dari Jala Mangkara (Denjaka) yang lebih jago. Kemampuan yang lain ada Denbravo, Kopassus dan lainnya. Jadi saling mengisi,” papar dia.

Bukan Kembalikan ABRI

Tedjo pun meluruskan pendapat yang menyebut jika permintaan Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti agar Brimob dilatih TNI dianggap sebagai upaya mengembalikan Polri ke dalam ABRI.

Ia menuturkan, bukan hanya Polri yang membutuhkan ilmu yang dimiliki TNI. Banyak elemen masyarakat yang dilatih TNI untuk kegiatan mereka.

“Kita lihat yang dilatihkan apa dulu? Pramuka, pencinta alam, pendaki gunung, semua kan juga dilatih survival. Kalau suatu saat mereka tersesat gimana?” ujar Tedjo.

“Jangan buru-buru men-judge bahwa kita akan mengembalikan Polri sebagai kekuatan militer lagi. Perlu disikapi secara jernih, mungkin diperlukan untuk survival,” imbuh dia.

Mantan Kepala Staf Angkatan Laut atau KSAL ini juga membantah jika TNI menolak permohonan latihan yang diajukan Kapolri Badrodin Haiti beberapa waktu lalu. Kendati, ia belum mengetahui materi apa yang diajukan Polri untuk kepada TNI untuk melatih Brimob.

“Siapa yang nolak? Sebenarnya saya belum tahu materinya apa yang akan dilatihkan. Tapi kalau masalah survival itu biasa saja,” ungkap Tedjo.

Latihan-latihan itu, menurut Tedjo, semata-mata demi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat serta keutuhan NKRI. Sebagai aparat negara, TNI-Polri juga harus saling bersinergi dalam menjalankan amanat bangsa.

“Kalau terjadi sesuatu, nanti Polri butuh bantuan TNI, kita sudah siap. Jangan nanti butuh, nggak siap. TNI kalau enggak perang ngapain, ya latihan kan. Jangan berpikir negatif. Mungkin ini maksud baik Kapolri dan Panglima TNI,” pungkas Menko Polhukam.

.
TNI tak Mau Nantinya Disalahkan

JAKARTA – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen Fuad Basya menuturkan bahwa selama ini latihan bersama sudah sering dilakukan antara TNI dengan Polri. “Tapi. Agak berbeda dengan Raider, sebab pasukan ini dilatih untuk bertempur,” ujarnya. Sehingga, kalau permintaannya untuk latihan bersama Raider tentu perlu dipertimbangkan kembali. Sebab, secara kemampuan memang berbeda dengan fungsi Polri. “Bisa jadi malah tidak bisa latihan bersama Raider,” paparnya.

Yang dikhawatirkan adalah nantinya TNI disalahkan karena memiliterkan Polri. Hal tersebut tentu menjadi salah satu yang perlu dipertimbangkan. “Kami tentu tidak mau disalahkan, kalau begitu,” paparnya –

sumber: http://www.jpnn.com




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia