TRANSLATE

Ini Isi Pidato Jokowi yang Mendapat Sambutan Hangat Peserta KAA

Kamis, 23 April 2015

Ini Isi Pidato Jokowi yang Mendapat Sambutan Hangat Peserta KAA

JAKARTA, KOMPAS.com — Pidato Presiden Joko Widodo pada pembukaan Konferensi Asia Afrika, Rabu (22/4/2015), banyak menyentuh sejumlah permasalahan.

Bahkan, pidato yang dinilai bagus oleh sejumlah kalangan itu juga banyak “menyentil” sikap negara-negara maju dan organisasi perkumpulan negara di dunia.

Tidak hanya itu, pidato Jokowi yang dinilai sangat berani itu juga mendapat apresiasi yang tinggi dari puluhan kepala negara dan delegasi-delegasi anggota KAA yang hadir pada pembukaan.

Tepuk tangan pun menggema seusai mantan Gubernur DKI Jakarta itu menutup pidatonya.

Transkip lengkap dari pidato Jokowi di hadapan sejumlah kepala negara dan delegasi dalam KAA ke-60 bisa dilihat di bawah ini.

Yang terhormat pemimpin negara dan pemerintahan, pemimpin delegasi.

Yang terhormat, Jusuf Kalla, Megawati, BJ Habibie, Tri Sutrisno, Hamzah Haz.

Atas nama rakyat dan pemerintah Indonesia saya ucapkan selamat datang di Indonesia, negara penggagas dan tuan rumah KAA 1955.

Enam puluh tahun lalu Bapak Bangsa kami Presiden Soekarno, Bung Karno, mencetuskan gagasan tersebut demi membangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika utk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa merdeka yang menolak ketidakadilan, yang menentang segala bentuk imperalisme.

Enam puluh tahun lalu, solidaritas Asia-Afrika, kita kumandangkan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Untuk menciptakan kesejahteraan dan untuk memberi keadilan bagi rakyat kita. Itulah gelora KAA 1955. Itulah esensi semangat Bandung.

Kini, 60 tahun kemudian, kita kembali bertemu di negeri ini, di Indonesia, dalam suasana dunia yang berbeda bangsa-bangsa terjajah telah merdeka dan berdaulat, namun perjuangan kita belum selesai.

Yang mulia para hadirin sekalian,

Dunia yang kita warisi sekarang masih sarat dengan ketidakdilan, kesenjangan dan kekerasan global, cita-cita bersama mengenai lahirnya sebuah peradaban baru, sebuah tatanan dunia baru berdasarkan keadilan, kesetaraan, dan kemakmuran, masih jauh dari harapan.

Ketidakadilan dan ketidakseimbangan global masih terpampang di hadapan kita.

Ketika negara-negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia, menghabiskan 70 persen sumber daya bumi maka ketidakadilan menjadi nyata. Ketika ratusan orang di belahan bumi sebelah utara menikmati hidup super kaya, sementara 1,2 miliar penduduk dunia di sebelah selatan tidak berdaya dan berpenghasilan kurang dari 2 dolar per hari, maka ketidakadilan semakin kasat mata.

Ketika ada sekelompok negara kaya merasa mampu mengubah dunia dengan menggunakan kekuatannya, maka ketidakseimbangan global jelas membawa sengsara yang semakin kentara ketika PBB tidak berdaya.

Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB, seperti kita saksikan, telah menafikkan keberadaan badan dunia yang kita miliki bersama itu. Oleh karena itu kita bangsa-bangsa di Asia-Afrika mendesak reformasi PBB. Agar berfungsi secara optimal sebagai badan dunia yang mengutamakan keadilan bagi kita semua, bagi semua bangsa.

Bagi saya, ketidakadilan global terasa semakin menyesak dada. Ketika semangat Bandung yang menuntut kemerdekaan bagi semua bangsa-bangsa Asia-Afrika masih menyisakan utang selama enam dasawarsa.

Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Dunia tidak berdaya menyaksikan penderitaan rakyat Palestina yang hidup dalam ketakutan dan ketidakadilan akibat penjajahan yang berlangsung begitu lama.

Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina, kita harus terus berjuang bersama mereka. Kita harus mendukung lahirnya sebuah negara Palestina yang merdeka.
Yang mulia pada hadirin sekalian,

Ketidakadilan global juga terasa ketika sekelompok dunia enggan mengakui realita dunia yang telah berubah. Pandangan yang mengatakan bahwa persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan oleh Bank Dunia, IMF dan ADB adalah pandangan yang usang yang perlu dibuang.

Saya berpendirian pengelolaan ekonomi dunia tidak bisa hanya diserahkan kepada ketiga lembaga keuangan internasional itu. Kita wajib membangun sebuah tatanan ekonomi baru yang terbuka bagi kekuatan-kekuatan ekonomi baru. Kita mendesak dilakukannya reformasi arsitektur keuangan global untuk hilangkan dominasi kelompok negara atas negara-negara lain.

Saat ini dunia membutuhkan kepemimpinan global yang kolektif, yang dijalankan secara adil dan bertanggung jawab dan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi baru yang bangkit, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di muka bumi, sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia, siap memainkan peran global sebagai kekuatan positif bagi perdamaian dan kesejahteraan.

Indonesia siap bekerjasama dengan semua pihak untuk wujudkan cita-cita mulia itu.

Yang mulia pada hadirin sekalian,

Hari ini dan esok kita berkumpul di Jakarta untuk menjawab tantangan ketidakadilan dan ketidakseimbangan itu. Hari ini dan esok, rakyat kita menanti jawaban terhadap persoalan-persoalan yg mereka hadapi.

Hari ini dan hari esok dunia menanti langkah-langkah kita dalam membawa bangsa-bangsa Asia-Afrika berdiri sejajar sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kita bisa melakukan itu semua dengan membumikan Semangat Bandung dengan mengacu pada tiga cita-cita yang diperjuangkan para pendahulu kita 60 tahun lalu.

Pertama, kesejahteraan. Kita harus pererat kerja sama untuk hapuskan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan layanan kesehatan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan memperluas lapangan kerja.

Kedua, solidaritas. Kita harus tumbuh bersama dan meningkatkan perdagangan investasi di antara kita dengan membangun kerja sama ekonomi antara kawasan Asia-Afrika dengan saling membantu dalam konektivitas yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan kita, bandara-bandara kita dan jalan-jalan kita. Indonesia akan bekerja menjadi jembatan maritim yang menghubungkan kedua benua.

Ketiga, stabilitas internal dan eksternal dan penghargaan pada HAM. Kita harus bertanya apa yang salah dengan kita sehingga banyak negara Asia-Afrika dilanda berbagai konflik internal dan eksternal yang menghambat pembangunan.

Kita harus bekerjasama menghadapi ancaman kekerasan, pertikaian dan radikalisme seperti ISIS. Kita harus melindungi hak-hak rakyat kita. Kita harus menyatakan perang pada narkoba yang menghancurkan masa depan anak-anak kita.

Kita harus menyelesaikan berbagai pertikaian baik dalam negeri atau antar negara secara damai. Oleh karenanya Indonesia memprakarsai pertemuan informal negara-negara Organisasi Kerjasama Islam untuk mencari penyelesaian berbagai konflik yang kini melanda dunia Islam.

Kita juga harus bekerja keras menciptakan stabilitas dan keamanan yang jadi prasyarat pembangunan bangsa.

Kita juga harus pastikan samudera kita, laut kita, aman bagi lalu lintas perdagangan dunia. Kita menuntut agar sengketa antar negara tidak diselesaikan dengan penggunaan kekerasan. Ini tugas dan tantangan di hadapan kita yang harus kita rumuskan dalam siding KAA ini.

Melalui forum ini saya ingin menyampaikan keyakinan saya bahwa masa depan dunia ada di sekitar ekuator. Di tangan kita. Bangsa-bangsa Asia-Afrika yang ada di dua benua.

.
Mereka Ini di Balik Dahsyatnya Pidato Jokowi di KAA

TEMPO.CO, Jakarta – Pidato Presiden Joko Widodo saat membuka peringatan 60 tahun Konferensi Asia-Afrika di Jakarta Convention Center, Rabu pagi, 22 April 2015, disambut tepuk tangan meriah. Presiden Jokowi tak hanya bicara peta politik di kawasan Asia-Afrika, tapi juga bagaimana seharusnya dukungan Asia-Afrika terhadap keamanan kawasan. Juga tekanan gerakan Asia-Afrika terhadap posisi PBB agar mereformasi diri. Ini karena PBB dianggap tak berdaya menghadapi aksi kekerasan yang terjadi di Timur Tengah.

Siapa sesungguhnya penyusun pidato Jokowi ini? Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto menuturkan pidato itu disusun tim substantif. Tim itu beranggotakan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Luhut Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Tim substantif dibantu tim dari Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Negara, dan Kantor Staf Kepresidenan. “Ada juga tim khusus yang melibatkan Rizal Sukma, Sukardi Rinakit, dan Teten Masduki,” kata Andi Widjajanto.

Rizal Sukma adalah Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS). Doktor ilmu politik dari London School of Economics and Political Studies ini bergabung dalam tim pakar yang membantu Jokowi sejak kampanye pemilu presiden lalu. Rizal Sukma merupakan penasihat dekat Jokowi untuk isu-isu politik internasional. (Baca: Jokowi: PBB Tak Berdaya Selamatkan Palestina)

Teten Masduki kini menjadi Staf Khusus Sekretaris Kabinet. Sedangkan Sukardi Rinakit, peneliti Soegeng Sarjadi Syndicate, merupakan Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Pratikno. Dua orang lain yang dilibatkan adalah Deputi I Bidang Monitoring dan Evaluasi Kantor Staf Kepresidenan Darmawan Prasodjo dan Deputi II Bidang Pengelolaan dan Kajian Program Prioritas Kantor Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho.

Menurut Andi, dengan dibantu tim tersebut, Jokowi melakukan pembahasan pidatonya beberapa kali. “Setelah draf awal ada, finalisasi dilakukan melalui beberapa pertemuan langsung dengan Presiden. Konsultasi final dengan Presiden dilakukan Minggu sore di Istana Merdeka,” kata Andi. (Baca pula: Pidato Jokowi di KAA Dipuji, Siapa Pembuatnya?)

Dalam pidatonya, Jokowi mengajak semua negara di Asia-Afrika mendukung penguatan peran PBB. Dia menilai PBB tidak berdaya mengatasi berbagai konflik global yang terjadi saat ini dan menghentikan aksi kekerasan di sejumlah negara, termasuk Palestina. Jokowi menyoroti semakin jelasnya gap yang terjadi antara negara berkembang dan negara miskin di dunia.

“Ratusan orang di belahan bumi utara kaya raya, sementara 1,6 miliar orang di selatan kelaparan. Semakin ketara ketika PBB tidak berdaya. Aksi kekerasan terjadi tanpa mandat PBB,” ujar Jokowi. Bangsa Asia-Afrika seharusnya mendesak reformasi di tubuh PBB agar bisa berfungsi optimal mengatasi ketidakseimbangan dan kekerasan global yang semakin marak. “Kita bangsa Asia-Afrika mendesak reformasi PBB agar berfungsi optimal bagi semua bangsa,” tuturnya.

Selain itu, Jokowi meminta negara-negara di Asia dan Afrika memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Menurut dia, negara-negara di Asia dan Afrika tidak bisa berpaling terhadap penjajahan yang terjadi di Palestina. “Dunia tak berdaya melihat Palestina akibat penjajahan. Kita tidak boleh berpaling dari penderitaan rakyat Palestina,” ucapnya.

.
Selain Jokowi, SBY juga Jadi “Keynote Speaker” dalam KAA Hari Ini

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bakal menjadi tuan rumah digelarnya penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Dalam jadwal acara yang diterima Tribunnews.com, selain Ketua DPR Setya Novanto, Presiden RI Joko Widodo bakal memberikan sambutan dalam acara ini. Selain itu Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono juga menjadi keynote speaker (pembicara utama) di hadapan perwakilan anggota parlemen negara sahabat.

Ketua DPR RI, Setya Novanto, mengatakan fokus dari pertemuan itu adalah memperkuat kerja sama bilateral dan infrastruktur maritim.
“Dan kita terus perkuat masing-masing parlemen supaya kerja sama, lembaga negara yang ada bisa berjalan baik. Ini pertama kali yang akan kita laksanakan setiap tahun,” kata Setya, di gedung DPR RI, Rabu (22/4/2015).

Acara bertajuk Asia-Africa Parliamentary Conference to Commemorate The 60th Asian African Conference itu kata Novanto dihelat dalam rangka menjalankan amanat UU MD3 pasal 69 (2) tentang fungsi DPR, guna mendukung upaya pemerintah dalam melaksakan politik luar negeri.

“Melalui konferensi ini, DPR RI percaya bahwa keterlibatan Asia dan Afrika secara komprehensif perlu dilakukan dengan membuka jalan bagi keterlibatan antarparlemen, terutama untuk mempertajam kerangka kerja sama,” kata Novanto.

.
Masuk Gedung Nusantara, Jokowi Disambut Tepuk Tangan Delegasi Parlemen Asia-Afrika

Jakarta – Presiden Jokowi akan membuka Konferensi Parlemen Asia Afrika di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Senayan, DKI Jakarta. Jokowi akan didampingi oleh Ketua DPR Setya Novanto saat membuka acara.

Pantauan di lokasi, Kamis (23/4/2015) Presiden Jokowi dan Setya Novanto memasuki ruangan pukul 09.30 WIB sesuai dengan jadwal acara. Saat memasuki ruangan, dirinya disambut tepuk tangan meriah oleh para anggota DPR RI dan delegasi Parlemen Asia-Afrika.

Tepuk tangan itu seakan mengiringi Jokowi hingga duduk di podium bersama dengan Novanto. Sambutan seperti ini sama dengan sebelumnya ketika Jokowi akan membuka acara Asian-African Bussiness Summit di JCC pada Selasa (21/4) lalu.

Setelah sesi menyanyikan lagu kebangsaan RI Indonesia Raya, tepuk tangan pun berhenti. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemutaran dokumenter Konferensi Asia-Afrika selama 5 menit.

Acara ini juga dihadiri oleh Kapolri Jenderal Badrodin, Plt Ketua KPK Taufiqqurrahman Ruki, Ketua DPD Irman Gusman, mantan Wapres RI Try Sutrisno, dan menteri-menteri Kabinet Kerja. Hadir pula mantan Ketua DPR Akbar Tandjung dan Marzuki Alie.

Sumber : http://news.detik.com/read/2015/04/




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia