TRANSLATE

Atase Pertahanan asing kagumi simulator alutsista Indonesia

Senin, 13 April 2015

Atase Pertahanan asing kagumi simulator alutsista Indonesia

Jakarta (ANTARA News) – Sebanyak 25 Atase Pertahanan dari luar negeri mengunjungi ke kawasan industri pertahanan, PT Technologi and Engineering Simulation (TES), bahkan mereka pun merasa kagum dengan simulator yang dibuat oleh orang Indonesia itu.

Kunjungan Atase Pertahanan dari 25 negara ke PT TES, pembuat simulator pesawat tempur, helikopter dan kendaraan tempur difasilitasi oleh Kementerian Pertahanan yang sedang berusaha membesarkan industri alat pertahanan dalam negeri, salah satunya PT TES yang berlokasi di Desa Mekarwangi, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis.

“Kita berpatokan pada aturan pemerintah mengutamakan produksi dalam negeri. Peluang kita lebih bagus lagi. Dari Malaysia sudah beli simulator ini. Keunggulan dari skill perorangan bagus. Kurang promosi dan pemasaran. Makanya step by step buka hubungan kunjungan,” Kasubdit Athan Direktorat Kerja Sama Internasional Kemhan, Kolonel (Kav) Iskandar.

Salah satu atase pertahanan yang cukup tertarik dengan simulator TES adalah atase pertahanan Meksiko Brigadir Jenderal Alexandro Iturria. Ia berharap kerja sama antara Indonesia dengan Meksiko bisa terjalin dalam hal simulator ini.

“Tentu saja sangat tertarik, terutama flight simulatornya. Saya akan melaporkan ke negara saya, tapi untuk keputusan (membeli) saya tidak tahu. Saya hanya memberikan laporan. Yang jelas kita bisa menjalin kerja sama,” tutur Iturria.

Hal senada diungkapkan oleh atase pertahanan Singapura Col Lawrance The Yew Kiat yang optimis bisa bekerja sama dengan PT TES, baik G to G (goverment to goverment), ataupun B to B (business to business).

“Respon dari perwakilan-perwakilan atase pertahanan yang hadir, tak hanya negara Asia, tapi perwakilan negara Eropa sangat positif. Kita berharap hubungan antara bisnis ke bisnis antara Indonesia dan negara yang hadir bisa baik. Singapura juga optimis bisa meningkatkan kerja sama yang lebih dalam bidang pertahanan dengan Indonesia,” paparnya.

Meski menyambut positif, tidak semua negara bisa dengan mudah melakukan kerja sama dengan Indonesia, seperti negara Jerman yang menurut atasenya tidak dengan mudah bisa saling bekerja sama dalam hal teknologi militer.

“Saya tidak bisa ungkapkan, tapi mungkin kita bisa saling sharing. Kami punya expert di negara kami, mungkin bisa sharing pengalaman dengan Indonesia,” kata atase pertahanan Jerman Colonel Joachim Sproll.

Sebelum mengunjungi tempat workshop pembuatan simulator, para atase mendapat pemaparan dari Direktur Utama PT TES M. Mulia Tirtusudiro. Saat berkeliling, atase-atase melihat perancangan simulator Fight FMS (Full Mission Simulator), simulator helikopter, dan juga simulator tank.

“Perusahaan kami merupakan perusahaan simulator terbesar di Indonesia. Pekerjaan kami based on project. Saya sebelumnya 20 tahun lebih di PT Dirgantara Indonesia (dulu IPTN). Pak Habibie mengajarkan kami mengenai teknologi dan kami berpikir teknologi harus tumbuh di Indonesia,” jelas Mulia kepada para atase.

Dari berbagai simulator yang disaksikan perancangannya, atase-atase ini paling tertarik melihat simulator Xtra 330 untuk pesawat aerobatic. Salah satu staf staf TES, Handy, menunjukkan demo simulator dengan visual Bandara Halim Perdanakusuma.

“Kemhan sangat dukung kita ambil contoh event ini. Sering bawa kami ke luar negeri untuk buka stand di pameran, terakhir di Brunei.”Kita juga sering ikut pameran Indo Defense. Setelah itu ikut rentetan company dengan Perancis, Inggris, Amerika. Business to business. Di mata mereka orang Indonesia sudah bisa,” ujar Business Development Manager PT TES, M Iqbal pada kesempatan yang sama.

Tentara Jerman dan Swedia telah mencoba simulator dan menyatakan kekagumannya.

“Dari situ kita menjajakan kerja sama. Swedia, Perancis dan Amerika. Kerja sama on project based, kalau ada project kita support. Pertama soal visual data based. Taiwan negosiasi untuk simulator helikopter dan tank multi-ranpur,” ucapnya.

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2015

.
Perusahaan Lokal, PT TES Siap Bersaing di Dunia Industri Pertahanan

RMOL. Industri pertahanan dalam negeri (lokal) semakin berkembang dan semakin dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Demikian disampaikan Direktur Utama PT Technologi and Engineering Simulation (TES) Muhammad Mulia Tirtosudiro di hadapan puluhan Atase Pertahanan dari berbagai negara di aula PT TES, Desa Mekar Wangi, Bandung Barat, Kamis (9/4).

Dia menjelaskan PT TES adalah perusahaan pertahanan lokal terbesar yang menggunakan sumber daya manusia (SDM) dan komponen dalam negeri. Perusahaan yang diisi oleh anak muda luluasan universita terbaik Indonesia ini tak kalah dengan BUMN seperti PT Pindad dan PT Dirgantara Indonesia.

Saat ini PT TES telah berhasil menciptakan berbagai simulator untuk kendaraan militer. Seperti simulator pesawat, kendaraan tempur, maupun helikopter.

“Dari software, visual data base, sampai doktrin militer semua kita bangun sendiri. Kita semua kerjakan di sini. Ini kualitas internasional tapi rasa merah putih,” ungkap Mulia

Industri pertahanan milik TES ini tak bisa dibilang kecil. Mulia mendirikan sebuah kawasan di atas bukit 6 hektar untuk menghasilkan simulator-simulator yang berguna bagi dunia militer. Simulator yang telah berhasil dibuat oleh perusahaan ini seperti fight full mission simulator (FMS).

Simulator dibuat sedemikian rupa agar dapat merepresentasikan bentuk pesawat ataupun kendaraan militer. Dengan demikian pilot tidak harus selalu terbang saat latihan. Komponen dari FMS terdiri dari software seeperti navigasi radio, visual database, termasuk intruktur sistem operasi pesawat.

Mulai dari perancangan hingga pembangunan simulator dilakukan di kawasan PT TES. Simulator juga dilengkapi dengan sistem motion sehingga siapapun yang menggunakan simulator tersebut akan merasakan seperti benar-benar sedang menerbangkan pesawat.

Mulia yang juga pernah mengabdi puluhan tahun di PT Dirgantara Indonesia itu menceritakan TES sudah berdiri sejak 2004. Dia mengungkapkan, awal masuk ke dalam industri pertahanan dalam negeri tidaklah mudah.

“Kita nggak bisa langsung jual di Indonesia. Bangsa kita sudah terbiasa lihat barang luar. Karena barang bule dianggapnya keren. Yang lokal susah diapresiasi. Awal-awal kita menjual product kita ke Kemhan untuk TNI lewat Taipei-taipei dulu lah, nggak langsung atas nama kita. Nggak apa-apa, yang penting bisa menunjukkan kemampuan kami dulu,” jelas Mulia.

Di tahun 2007, TES di bawah sub-contract berhasil mengerjakan upgrade Fighter FMS untuk militer Pesawat Hawk Malaysia. Setelah itu barulah kemudian pemerintah melirik hasil karya TES untuk digunakan bagi militer Indonesia.

“Untuk Malaysia kita upgrade simulator Hawk di Penang, perbaikan simulator CN-235 di Kuching, dan meneruskan design dan manufacturing simulator Tank ACV 300 Tank, ada 1 set 5 buah di Kuantan,” jelas Mulia

Makanya kata Mulia, pihaknya mengapresiasi pemerintah karena melalui Kemenhan bisa memberikan dorongan terhadap industri pertahanan lokal.

“Ada UU-nya kan kalau produk bisa dibuat di dalam negeri itu bisa dibuat oleh industri lokal. Itu kami rasakan,” ucap Mulia.

Untuk dalam negeri sendiri, TES telah mengupgrade simulator Pesawat Hawk TNI AU yang ada di Pekanbaru. Selain itu, TES bekerja sama dengan perusahan lain membantu pembuatan software, visual, dan audio untuk Helikopter Super Puma TNI AU di Bogor. Selain itu, TNI AD kini menggunakan simulator Heli Bell bagi Pusat pendidikan Penerbad di Semarang.

“Kita sekarang sedang garap simulator untuk (pesawat tempur) F-16 dan penjajakan local content untuk Sukhoi,” beber Mulia

Untuk TNI AL, TES juga sedang mengerjakan simulator bagi pesawat anti kapal selam. Di luar simulator, di bawah payung Technology and Engineering System, perusahaan ini banyak memberikan sumbangsih kepada negara.

TES telah melakukan upgrade hampir di semua early warning radar di Indonesia dari yang sebelumnya hanya analog, kini sudah beralih ke digital. Itu sesuai dengan perkembangan doktrin militer TNI. Di luar bidang militer, TES melakukan rehabilitasi terhadap instrumen pembangkit listrik milik PLN yang sudah tua agar bisa berumur lebih panjang lagi.

Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari Kementerian Pertahanan, Atase Pertahanan dari Jerman, Autralia, Portugal, Inggris, Perancis, Papua Nugini, Thailand, Singapura, Mexico, Korea Selatan, Vietnam, Brunei Darusaalam, Rusia, Philipina, Brazil, Laos, Malaysia, Azerbeijan dan Italia.

Sumber : http://www.rmol.co/read/

.
PT TES Buat Simulator Tank Multiranpur Untuk Efisienkan Pelatihan Prajurit TNI

Jakarta – Berbagai simulator untuk pesawat dan kendaraan tempur diproduksi oleh PT Technology and Engineering Simulation (TES). Salah satu yang cukup menarik ialah sebuah simulator yang dapat digunakan untuk beberapa jenis kendaraan tempur.

Adapun jenis simulator ini merupakan pesanan dari Pusat Pendidikan Kavaleri TNI AD. Tidak seperti simulator pada umumnya di mana 1 simulator adalah untuk 1 jenis alat, simulator Multiranpur bisa diganti-ganti.

“Kita sedang membangun Multiranpur, proyek 3 tahun mudah-mudahan bisa selesai tahun ini. Ini cukup unik, untuk menghemat karena bisa diganti-ganti 3 jenis tank,” ungkap Direktur Utama PT TES M. Mulia Tirtusudiro di kantornya, Desa Mekar Wangi, Lembang, Bandung Barat, Jabar, Kamis (9/4/2015).

Multiranpur dapat diganti-ganti bagian kabinnya untuk simulator tank Scorpion, tank Stormer, dan tank AMX. Ke depan, TES pun akan mengembangkan untuk membuat kabin main battle tank Leopard.

Dengan efisiensi seperti itu, artinya pemerintah dapat menghemat biaya yang cukup besar. Pasalnya untuk pembuatan satu simulator harganya terbilang tidak murah.

“Simulator dirancang untuk berumur 20 tahun. Harganya mendekati harga pesawat, tergantung konfigurasi. Kalau di dunia di atas harga alutsista yang dibeli harganya. Kalo kita hampir mendekati aslinya,” jelas Business Development Manager PT TES, M Iqbal Tirtusudiro di lokasi yang sama.

Simulator Multiranpur merupakan simulator satu-satunya di dunia yang bisa diganti-ganti untuk beberapa jenis ranpur. Iqbal pun yang simulator-simulator buatan TES dapat bersaing dengan produk buatan luar negeri, terutama staf dari PT TES sendiri yang masih muda-muda dan memiliki banyak potensi.

“Sebenarnya bisa saja bersaing, di bagian nilai simulator keakuratan dan simulator data paket. Di dunia banyak source jadi nggak harus mesen satu negara terbuka luas. Biasa kerjasama antar perusahaan. Prinsip kita ingin menjaga kompetensi teknis. Perlu barang apa, kalau program kita bisa bikin. Yang jelas kalau dibikin pemerintah kita sangat senang,” kata Iqbal.

“Kita unggulnya simulation software dikuasi. Jadi mau pake modul Korea jadi bisa, tergantung kesepakatan. Kita 90 persen buatan lokal. Software, model matematik, koneksi antar software, visual database. Sudah bisa dan siap bersaing,” sambung lulusan ITB tersebut.

Simulator Multirampur dibangun di Pusat Pendidikan Kavaleri di Padalarang, Bandung, dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah untuk Scorpion, tahap kedua untuk Stormer, dan yang saat ini sedang dalam proses penyelesain adalah kabin untuk tank AMX.

Perancang simulator ini ternyata datang langsung dari Puslitbang TNI AD. Dalam pembuatannya, PT TES membutuhkan waktu 4 tahun di mana satu tahun khusus untuk membuat konsepnya. Taiwan disebut sedang melakukan negoisasi untuk pembuatan simulator Multiranpur ini.

“Ya sedang negoisasi. Mungkin Konsepnya sama, tapi visualnya beda. Karena harus dibedakan untuk dalam negeri sama luar,” terang Business Development PT TES, Gerald S Manurung menambahkan.

Sejumlah simulator telah berhasil dikembangkan oleh perusahan ini. Seperti simulator Hawk untuk Malaysia dan TNI AU. Simulator CN-235 untuk Malaysia, simulator tank ACV 300 5 buah untuk Malaysia. Simulator untuk TNI AU lainnya yang telah dibuat PT TES adalah Super Puma, Heli Bell.

Sementara yang masih dalam pengembangan adalah Multiranpur, simulator F-16, dan simulator pesawat anti kapal perang untuk TNI AL. PT TES juga sedang melakukan penjajakan local content untuk pembuatan simulator Sukhoi.

“Sebenarnya yang paling utama dalam pembuatan simulator adalah membuat modelnya atau softwarenya untuk bisa merepresentasikan seperti alutsista sebenernya,” tutup Gerald.

Sumber : http://news.detik.com/read/2015




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia