TRANSLATE

KSAD Yakin Polisi Mampu Ungkap Pelaku Pembunuh Anggota TNI di Aceh

Kamis, 9 April 2015

KSAD Yakin Polisi Mampu Ungkap Pelaku Pembunuh Anggota TNI di Aceh

JAKARTA, KOMPAS.com – Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo yakin bahwa aparat kepolisian mampu mengungkap kasus penculikan dan pembunuhan dua orang anggota Kodim 0103 Lhokseumawe, Aceh Utara, beberapa waktu lalu.

“Yakinlah, polisi profesional dan pasti akan berhasil. Di Poso saja bisa, apalagi di Aceh,” ujar Gatot di kompleks Komando Pasukan Khusus Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu (8/4/2015).

Gatot membenarkan, dalam pengusutan kasus tersebut Polisi merupakan ‘leading sector’. Adapun, TNI memiliki peran memasok data dan informasi intelejen terkait kemungkinan siapa pelaku aksi keji tersebut. Sejauh ini, Gatot memastikan koordinasi TNI-Polri berjalan dengan lancar.

“Dalam kondisi tertib sipil seperti ya memang kami sudah seharusnya berkoordinasi dengan kepolisian. Sudah berjalan dan mudah-mudahan hasilnya baik,” ujar Gatot. Ia menegaskan bahwa kasus ini murni tindakan kriminal.

Korban penculikan dan pembunuhan itu adalah dua anggota Kodim 0103 Lhokseumawe bernama Serda Indra Irawan (41) dan Sertu Hendrianto (36). Pada 23 Maret 2015, Indra dan Hendri pergi ke Kampung Alu Papan, Desa Alumbang, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara untuk bertemu kepala desa setempat. Keduanya ingin melakukan pembinaan teritorial masyarakat atau sosialisasi nilai-nilai Pancasila. Kegiatan itu dilakukan setelah ada laporan masyarakat tentang adanya aktivitas kelompok bersenjata yang sering meminta uang ke masyarakat.

Pada sore hari, kedua korban selesai menyampaikan sosialisasi. Namun, baru beranjak sekitar 300 meter dari kediaman kepala desa, kedua korban disergap kelompok bersenjata. Korban diculik dan dibawa ke dalam mobil.

Jasad korban ditemukan pada Selasa keesokan harinya pukul 08.30 WIB. Keduanya ditemukan dalam keadaan tangan terikat ke belakang, tubuh penuh luka tembak, dan hanya mengenakan celana dalam. Selain itu, ada 12 selongsong peluru AK47 dan tiga selongsong peluru M16 ditemukan di sekitar jenazah.

.
Jenderal Gatot yakin polisi mampu ungkap pembunuhan dua TNI di Aceh

Merdeka.com – Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad), Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku yakin aparat kepolisian bisa mengungkap kasus pembunuhan dua anggota TNI AD di Aceh. Dia menyebut, kasus pembunuhan tersebut murni tindakan kriminal.

“Di Aceh itu adalah tindakan kriminal, saya ulangi lagi itu tindakan kriminal. Kemudian dalam kondisi tertib sipil seperti ini, maka kami sudah berkoordinasi dengan kepolisian Aceh dan yakin lah pihak kepolisian sangat profesional dan pasti akan berhasil,” ujar Gatot di Lapangan Atang, Kompleks Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (8/4).

Gatot mengaku salut dan hormat terhadap kinerja kepolisian dalam melaksanakan deradikalisasi di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, peran serta masyarakat untuk memberikan berbagai informasi juga patut diancungi jempol.

“Apa yang disampaikan Menko Polhukam yang jelas pada kesempatan kali ini, dalam rangkaian kegiatan operasi terpadu ini, saya mengucapkan salut dan hormat serta bangga kepada kepolisian Republik Indonesia, dan juga lebih bangga lagi kepada masyarakat di sana karena informasi tentang adanya daeng CS dari rakyat, rakyat menginformasikan kepada kepolisian,” paparnya.

Jenderal Gatot Nurmantyo lahir di Tegal, Jawa Tengah pada 13 Maret 1960. Dia ditunjuk menjadi Kepala Staf Angkatan Darat yang ke 30, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggantikan Jenderal TNI Budiman.

.
TNI Apresiasi Kerja Polisi Antiteror di Poso

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo mengapresiasi kerja aparat kepolisian dalam menumpas kelompok radikal di Poso, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.

“Dalam rangkaian operasi kemarin, saya akui bangga dengan Polri,” ujar Gatot di Kompleks Kopassus Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu (8/4/2015).

Di tengah perkembangan kelompok radikal yang semakin mengkhawatirkan, ujar Gatot, kepolisian yang diwakili personel Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri mampu memberi tekanan terhadap pergerakan kelompok radikal bersenjata. Gatot juga mengapresiasi masyarakat setempat yang bekerja sama dalam membantu tugas-tugas kepolisian, khususnya yang memasok data tentang keberadaan kelompok radikal bersenjata tersebut.

“Saya lebih bangga ke masyarakat karena ada informasi soal Daeng Koro cs itu dari rakyat. Dia yang menginformasikan ke polisi, lalu polisi menanggapinya,” ujar Gatot.

Tim Densus 88 Antiteror Polri telah menggelar operasi pada Jumat (3/4/2015) pekan lalu. Mereka terlibat baku dembak dengan sekitar 12 orang tak dikenal di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah. Dua orang tewas dalam kontak tembak itu, yakni Daeng Koro dan Farid alias Imam.

Menurut catatan kepolisian, Daeng Koro yang merupakan mantan anggota Kostrad TNI terlibat dalam penyebaran paham radikal hingga aksi teror berupa pembunuhan polisi, warga, perakitan bom, hingga menjadi dalang kerusuhan di Poso. (Baca Sepak Terjang Daeng Koro, Teroris Pembunuh Polisi hingga Otak Gerakan Radikal)

Adapun Farid merupakan salah seorang teroris yang masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO). Berdasarkan catatan kepolisian, Farid bersama sejumlah pelaku teror lain mengikuti kegiatan Tadrib Asykari atau kelompok bersenjata pada tahun 2013. Kelompok tersebut didirikan oleh Santoso di Poso, Sulawesi Tengah. Dari situlah aktivitas teror mereka mulai dilakukan.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia