Tim Penyelam TNI Tidak Pernah Mengenal Menyerah
Senin, 26 Januari 2015TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tim Penyelam TNI AL yang tergabung dalam operasi pencarian dan evakuasi korban pesawat AirAsia QZ-8501 tidak pernah mengenal kata menyerah, dan dihari ke-29 ini berhasil mengevakuasi lagi 1 jenazah perempuan dari badan pesawat AirAsia QZ-8501 di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kotawaringin Kalimantan Tengah, Minggu (25/1/2015).
Kapuspen TNI, Mayjen TNI M. Fuad Basya, mengatakan tim penyelam TNI AL mulai melanjutkan misi mengevakuasi jenazah korban dan main body pesawat AirAsia dengan diturunkanya perahu karet dan Sea Raider serta peralatan Dishidros.
“Beberapa penyelam dari KRI Banda Aceh telah berada di kapal Crest Onyx sejak Sabtu malam kemarin. Mereka melakukan penguatan belting dan tali pengikat. Sementara lifting bag yang digunakan masih tetap 1 buah berukuran 10 ton. Kapal Crest Onyx inilah yang akan menarik badan pesawat?,” kata Fuad dalam keterangannya, Minggu (25/1/2015).
Dijelaskan proses pengikatan dan belting pagi ini sudah kembali dimulai sejak pukul 04.55 WIB, dan pada pukul 09.30 WIB floating bag mengapung badan pesawat sempat terangkat dan muncul kepermukaan di buritan Kapal Crest Onyx namun keberuntungan belum berpihak karena tali penarik terputus sehingga body pesawat kembali masuk ke air tetapi tali tross masih terpasang sehingga body pesawat tidak terempas lagi ke dasar laut.
“Saat badan pesawat terangkat, satu jenazah ikut mengapung, kemudian jenazah langsung dievakuasi oleh Tim dengan perahu karet ke KN Pacitan. Selain jenazah, puing-puing pesawat ikut mengapung. Kemudian satu jenazah yang telah berhasil dievakuasi oleh KN Pacitan selanjutnya dibawa dengan pesawat Hely Bell TNI AL ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun. Seperti pada penemuan jenazah korban AirAsia sebelumnya, dari Pangkalan Bun jenazah dibawa ke RS Sultan Imanuddin guna dirawat dan dimasukkan peti jenazah,” ujarnya.
Sejauh ini sudah 70 jenazah telah berhasil dievakuasi dan pada sore hari ini 1 jenazah hasil evakuasi hari ini masih berada di RS Sultan Imanuddin.
“Evakuasi dihentikan siang hari ini, selain untuk evaluasi dan merencanakan langkah berikutnya juga dikarenakan arus sudah mulai deras dan hujan, ketinggian ombak 2-4 m, kecepatan arus 1,7 knot sehingga evakuasi diputuskan untuk dilanjutkan esok hari dan berharap cuaca baik dan mendukung untuk penyelaman,” katanya.
.
TNI AL kembali berhasil evakuasi empat jenazah
LENSAINDONESIA.COM: Tim Penyelam TNI AL yang tergabung dalam operasi pencariandan evakuasi korban pesawat AirAsia QZ-8501 tidak pernah mengenal kata menyerah. Personel TNI AL kembali berhasil mengevakuasi lagi empat jenazah, terdiridari 3 jenazah perempuan dan 1 jenazah laki-laki dari badan pesawat AirAsia QZ8501.
Tim Penyelam TNI AL mulai melanjutkan misi mengevakuasi jenazah korban pesawat AirAsia satu per satu dengan diturunkanya perahu karet dan Sea Raider serta peralatan Dishidros pada pukul 05.00 WIB. Cuaca di sekitar Selat Karimataterpantau bagus dan kecepatan arus bawah laut 0,3 knotdengan tinggi gelombang 1-2 meter.
Sebanyak 11 tim penyelam gabungan TNI AL sudah bekerja sejak pukul 05.00WIB, masing-masing tim terdiri dari 4orang. Hingga pukul 10.00 WIB, proses pengangkatan body pesawat masih berlangsung.
Body pesawat berada di kedalaman 30 meter dan berjarak 3.400 meter dari titik penemuan ekor yang sudah diangkat beberapa waktu lalu.
Flooting bag juga sudah muncul dipermukaan diikuti mengapungnya 4 jenazah, namun keberuntungan belum berpihak kepada tim karena tali putus dan body pesawat kembali jatuh ke dasar laut.
Proses pengapungan dilakukan oleh kapal Crest Onyx. Badan pesawat rencananya juga akan
diangkat ke kapal milik SKK Migas tersebut untuk selanjutnya diserahkan kepada KNKT di Jakarta guna investigasi.
Kemudian empat jenazah yang telah berhasil dievakuasi oleh KN Pacitan dan dilanjutkan dievakuasi ke geladak KRI Banda Aceh, selanjutnya dibawa dengan pesawat Hely Bell TNI AL dan Dolphin dari Basarnas ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun.
Seperti pada penemuan jenazah korban AirAsia sebelumnya, dari Pangkalan Bun jenazah dibawa ke RS Sultan Imanuddin guna dirawat dan dimasukkan peti jenazah yang selanjutkan akan dibawa ke Surabaya untuk diserahkan kepada tim DVI.
Sejauh ini sudah 69 jenazah telah berhasil dievakuasi. Pada sore kemarin, enam jenazah diterbangkan dari Pangkalan Bun menuju Lanudal Juanda Surabaya dengan menggunakan pesawat Cassa TNI AL C-212. Ke-6 jenazah tersebut kemudian akan diserahkan kepada tim DVI guna kepentingan identifikasi.
Penyelaman akhirnya dihentikan siang hari. Selain untuk evaluasi dan merencanakan langkah berikutnya juga dikarenakan arus sudah mulai deras dan cuaca tidak mendukung serta membahayakan tim, sehingga evakuasi diputuskan untuk dilanjutkan esok hari dan berharap cuaca baik dan mendukung untuk penyelaman.@sita
Authentikasi
Kapuspen TNI, Mayjen TNI M. Fuad Basya
.
Jonan: AirAsia QZ8501 naik terlalu cepat, lalu turun terlalu cepat
LENSAINDONESIA.COM: Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengungkap detik-detik peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501. Ia menyebut pesawat yang jatuh di Laut Jawa naik terlalu cepat sebelum akhirnya jatuh sangat cepat.
Dalam hearing dengan Komisi V DPR RI Jonan mengungkap detik-detik sebelum pesawat itu jatuh. Diketahui, AirAsia QZ8501 naik dengan kecepatan 6000 kaki permenit. Ia menyebut tidak ada pesawat komersil, bahkan pesawat perang yang mampu melakukan hal trsebut.
“Pesawat, di saat-saat terakhir naik terlalu cepat dari kecepatan normal…lalu terjadi turun terlalu cepat,” katanya, Selasa (20/1/2015) malam.
Saat rapat dengan Komisi V DPR RI, Jonan menuturkan, pesawat tersebut naik tak wajar setelah berbelok ke kiri dan naik dari ketinggian 32.000 kaki ke ketinggian 33.700 kaki dengan kecepatan 1.400 kaki per menit dalam 6 detik.
Setelah itu, pesawat terus naik dengan kecepatan 6.000 kaki per menit dari ketinggian 33.700 kaki ke 34.500 kaki.
Menurutnya, rata-rata kecepatan pesawat komersial antara 1000 kaki hingga 2000 per kaki. “Saya kira pesawat tempur saja naik 6.000 enggak bisa,” kata dia.
Bahkan, data radar, kata Jonan, menunjukkan bahwa pesawat terus naik dari 34.500 dengan kecepatan 8.400 kaki per menit ke ketinggian 36.300 kaki, dan terus naik dengan kecepatan tinggi mencapai 11.100 kaki per menit.
Setelah naik dengan kecepatan itu, pesawat, menurut Jonan, turun dengan kecepatan yang tak wajar pula. Meski data radar menunjukkan data itu, Jonan tak tahu apa penyebab pesawat tersebut naik dan turun dengan kecepatan tak wajar.
Minggu depan, penyelidikan awal Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan selesai. Ketua KNKT Tatang Kurniadi menyampaikan laporan awal dilakukan 28 Januari nanti. “Penyusunan preliminary report tidak boleh diberikan pada publik,” katanya. @sita/kompas.com