Pesan Menhan Saat Dialog dengan Atase Pertahanan Negara Sahabat
Selasa, 9 Februari 2016JAKARTA – Dalam rangka meningkatkan kerja sama pertahanan dan Confidence Building Measures dengan negara sahabat, Kementerian Pertahanan RI mengadakan acara Coffee Morning. Kegiatan yang rutin diadakan setiap tahunnya dengan Atase Pertahanan (Athan) negara-negara sahabat tersebut dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi sekaligus juga untuk menyampaikan kebijakan pemerintah RI di bidang pertahanan sepanjang tahun 2016.
Dalam acara yang mengambil tempat di kantor Kemhan Jakarta, Menhan Ryamizard Ryacudu melakukan interaksi secara langsung dengan Athan negara-negara sahabat yang merupakan perwakilan negaranya masing-masing di Indonesia, Kamis (21/1).
Acara tersebut juga dimanfaatkan Kemhan RI untuk memberikan perkembangan dan penjelasan tentang Buku Putih Pertahanan Indonesia termasuk diantaranya beberapa kebijakan di bidang pertahanan yang sering diperbincangkan secara luas seperti Minimum Essential Forces (MEF) maupun program Bela Negara.
Selain itu, disampaikan juga beberapa agenda kegiatan yang akan dilakukan sepanjang tahun 2016. Diantaranya Indo Defence 2016 dan Jakarta International Defence Dialogue (JIDD).
“Diharapkan para Athan dapat menyampaikannya kepada pemerintah masing-masing untuk dapat hadir dalam dua event strategis tersebut,” kata Menhan Ryamizard Ryacudu.
Dengan terlibatnya beberapa negara sahabat pada kegiatan tersebut, pemerintah Indonesia berharap akan terjadi peningkatan kerja sama pertahanan di masa yang akan datang terutama meningkatnya kontak personal dengan para pejabat di lingkungan Kemhan dan TNI.
Kegiatan yang melibatkan para Athan negara sahabat akan dilakukan secara berkelanjutan, seperti kegiatan Defence Atache Tour.
Defence Atache Tour dilakukan selain untuk meninjau beberapa wilayah di Indonesia, juga diselenggarakan untuk melakukan kunjungan ke industri-industri pertahanan strategis dalam negeri serta kunjungan kepada pejabat pemerintah daerah dan kantor wilayah pertahanan atau militer yang berada di wilayah yang dikunjungi.
Kegiatan Coffee Morning ini dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Kemhan, Kemkopolhukam, Kemlu, Mabes TNI/Angkatan dan lebih dari 50 orang Atase Pertahanan. Para Athan tersebut berasal dari 41 negara sahabat, baik yang bertempat tinggal di Indonesia atau disebut Athan resident sejumlah 34 negara dan Athan yang bertempat tinggal di negara lainnya atau Athan non-residentsejumlah 7 negara antara lain Vietnam, India, Malaysia, Singapura dan Timor Leste.
Sumber : http://www.jpnn.com/
.
Susun Buku Putih, Kemhan Undang Puluhan Atase Pertahanan
Jakarta, CNN Indonesia — Kementerian Pertahanan saat ini sedang menyusun buku putih pertahanan negara. Sebelum mempublikasikannya, Kemhan lebih dulu memaparkan pokok-pokok kebijakan pertahanan dalam negeri kepada puluhan atase pertahanan dari negara lain.
Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan, Mayor Jenderal Yoedhi Swastono, mengatakan buku putih tersebut mencakup sejumlah kebijakan pokok, seperti daftar ancaman terhadap negara, rencana pembangunan postur pertahanan serta pelaksanaan program bela negara.
“Buku ini untuk konsumsi publik dan dibuat untuk meningkatkan rasa saling percaya antara Indonesia dan negara-negara sahabat,” ucapnya usai pertemuan dengan para atase pertahanan di Jakarta, Kamis (21/1).
Penulisan buku putih itu, menurut Yoedhi, juga merupakan bentuk pembaharuan strategi pertahanan yang akan dilaksanakan pemerintah. Ia mengatakan, penguatan pertahanan dan diplomasi maritim menjadi isu sentral pada buku tersebut.
Pada sesi dengan atase pertahanan tersebut, Kemhan memaparkan rencana moderinisasi alutsista Tentara Nasional Indonesia. Yoedhi mengatakan, pemerintah akan memfokuskan pengadaan alatsista ke industri pertahanan dalam negeri.
“Kami akan mengedepankan industri pertahanan dalam negeri dalam untuk mendukung ekonomi nasional. Industri pertahanan Indonesia harus mandiri, kuat dan berdaya saing tinggi,” katanya.
Pembahasan program bela negara pada draf buku putih pertahanan Kemhan menarik perhatian banyak atase pertahanan negara lain.
Atase Pertahanan Malaysia misalnya, mempertanyakan target pelaksanaan bela negara. Ia menanyakan materi yang diberikan kepada peserta bela negara dari berbagai tingkat usia.
Yoedhi memaparkan, bela negara saat ini berstatus sebagai program unggulan penting bahkan merupakan ikon Kemhan. Ia meyakinkan para atase pertahanan, bela negara tidak akan menjadi ancaman negara lain.
“Bela negara bukan untuk menghadapi negara lain, melainkan ancaman yang muncul dari dalam negara sendiri, misalnya radikalisme dan terorisme,” ujarnya.
Sebelum ini, Kemhan telah menerbitkan tiga buku putih pertahanan. Buku itu dipublikasikan pada masa kepemimpinan Edi Soedrajat (1995), Matori Abdul Djalil (2003) dan Juwono Soedarsono (2008).
Dasar penyusunan buku putih itu tertuang pada Pasal 16 ayat (4) pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara. Pasal itu memerintahkan menhan menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan kerja sama internasional.
.
Buku Putih Kemhan: Terorisme Ancaman Paling Berbahaya
Jakarta, CNN Indonesia — Kementerian Pertahanan menyebut terorisme dan radikalisme sebagai ancaman yang paling potensial mengganggu stabilitas dalam negeri Indonesia. Pernyataan itu akan Kemhan tuangkan pada buku putih pertahanan tahun 2016.
Pada pertemuan dengan sejumlah atase pertahanan negara lain di Jakarta, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menuturkan, pemerintah mengklasifikasikan ancaman pertahanan dalam dua bentuk, nyata dan yang belum nyata.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat tersebut berkata, ancaman nyata yang saat ini sedang dihadapi Indonesia adalah terorisme dan radikalisme. “Itu ancaman nomor satu dan terjadi di mana-mana,” ujarnya Kamis (21/1).
Tidak hanya Indonesia, menurut Ryamizard, terorisme dan radikalisme saat ini juga mengancam keamanan global. Ia mengatakan, kerja sama antarnegara merupakan kunci melawan aksi teror.
Ryamizard menuturkan, penduduk dunia tidak perlu khawatir dengan kemungkinan meletusnya aksi teror. Ia menilai, wabah ketakutan yang meluas sebenarnya adalah tujuan dari rentetan aksi kelompok teror dan radikal.
“Ketakutan itulah yang mereka tunggu. Jadi kalau ada kelompok radikal, dimatikan saja, jangan dipelihara lagi,” ucapnya.
Selain aksi teror, menurut Ryamizard, pemerintah wajib awas terhadap wabah penyakit. Ia berkata, virus ebola yang menjangkiti ribuan penduduk Afrika dan menyebar ke berbagai negara itu tergolong sebagai ancaman pertahanan yang nyata.
“Itu jangan dianggap remeh. Ebola tidak ada obatnya. Bahkan dokter dan perawat yang mengobati pasien terjangkit ebola juga meninggal,” ucapnya.
Pada buku putih pertahanan yang masih disusun Kemhan, bencana alam, perompakan, pencurian sumber daya alam, perang siber dan kejahatan narkotika juga tergolong sebagai ancaman potensial terhadap stabilitas negara.
Untuk menanggulangi seluruh ancaman tersebut, Kemhan menempatkan bela negara sebagai salah satu strategi utama.
Ditemui pada kesempatan serupa, Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan Mayor Jenderal Yoedhi Swastono berkata, bela negara dilaksanakan untuk menggalang kewaspadaan warga negara terhadap tindakan-tindakan menyimpang.
“Bela negara bukan untuk menghadapi negara lain, melainkan ancaman yang muncul dari dalam negara sendiri, misalnya radikalisme dan terorisme,” ujarnya.