Ancaman Militer Bergeser ke Non Militer, Kemhan Ajak Semua Komponen Bangsa Terlibat Menghadapinya
Senin, 8 April 2019NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Analis Madya Dit. Bela Negara Kementerian Pertahanan (Kemhan), Kolonel Arh Luhkito Hadi Iswanto mengatakan bahwa saat ini ancaman militer telah bergeser ke ancaman non militer. Untuk itu ia mengajak semua komponen bangsa terlibat penuh menghadapinya.
Soal ancaman non militer di Indonesia, dirinya mencontohkan mengenai masalah berita hoaks yang tersebar melalui media sosial seperti di group WhatsApp. Selain itu ia juga menjelaskan mengenai kasus kehancuran negara Libya yang disebutnya dilakukan melalui kekuatan non militer.
“Bapak-bapak pernah denger negera Libya gak? Siapa presiden sebelumnya? Muammar Gaddafi. Apakah kehancuran Libya menggunakan militer? Tapi kok bisa hancur? Pakai kekuatan non militer,” tegas Luhkito Hadi saat menjadi narasumber dalam acara Sosialisasi Bela Negara Lingkup Pemukiman Jakarta yang digelar di The Hotel Media, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2019).
Dalam kegiatan Sosialisasi Bela Negara yang turut dihadiri anggota DPR I Komisi I, Charles Honoris itu, Luhkito menjelaskan soal kasus Libya, dengan waktu singkat negara tersebut dapat dihancurkan. Saat proses penghancurannya pun, lanjut dia, tidak ada satu pun militer yang dikirim ke Lybia.
“Aneh kan? Ini bisa terjadi di Indonesia,” jelasnya.
Menurut dia, Indonesia dengan keragaman budaya dan memiliki enam agama besar dianggap bisa menjadi modal kekuatan tapi sekaligus juga bisa menjadi kerawanan.
“Bapak kan bisa lihat kan situasi sekarang? Jadi ancaman militer bergeser ke ancaman non militer,” sambungnya.
Luhkito mengatakan kalau ancaman militer jelas TNI yang menghadapi. Namun situasinya sekarang yang muncul adalah ancaman non militer, apakah TNI bisa menghadapi ancaman non militer?
“Bisa gak tentara, tugasnya perang di hutan. Sehingga kementerian pertahanan berpikir, oh sekarang fokus ke militer, tapi kondisi sekarang kok sepertinya ancaman non militer yang dominan. Maka semua komponen bangsa itu harus perang menghadapi ancaman non militer,” tandasnya.
.
Kemhan dan Komisi 1 Bersinergi Sosialisasikan Pembinaan Bela Negara
BANGKAPOS.COM – Kementerian Pertahanan (Kemhan) Republik Indonesia menggelar Sosialisasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara.
Kegiatan dibuka Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Tandyo Budi R S Sos dan diikuti 110 peserta, berlangsung di Ballroom Puri Utama Hotel PIA Bumi Asih Pangkalpinang, Sabtu (30/3/2019).
Tandyo menjelaskan bahwa Komponen utama TNI yaitubela negara, komponen cadangan, komponen pendukung, mobilisasi dan demobilisasi.
Dikatakan Tandyo, pemerintah saat ini sedang menyusun Rancangan Undang-undang Komponen Cadangan Nasional.
“Pemerintah mendorong Komisi 1 DPR RI untuk disahkan,” ungkapnya.
Karena menurut Tandyo bahwa negara Indonesia yang besar dari Sabang-Merauke, Pulau Miangas hingga Pulau Rote yang memiliki regulasi untuk menggaungkan dan menanamkan serta mensosialisasikan tentang bela negara.
Lebih lanjut Tandyo mengemukakan sosialisasi Bela Negara dan empat konsensus dasar yang digelar Kemhan bersinergi dengan Komisi 1 DPR RI.
Dikatakan Tandyo, kehadiran mahasiswa/mahasiswi menjadi agen yang bisa memberikan nilai-nilai negara di lingkungannya.
“Adik-adik ini bisa menjadi agen perubahan serta sebagai kader-kader bela negara yang bisa menyampaikan pada lingkungannya. Baik lingkungan tempat tinggalnya, tempat mereka bersosialisasi dan tempat mereka sekolah,” ungkap Tandyo.
Sehingga nilai-nilai bela negara, jelas Tandyo, akan lebih mudah dan masih dapat diterima di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Di sisi lain Rudianto Tjen menjelaskan, bela negara merupakan program Kemhan.
Menurut Rudianto Tjen, hadirnya mahasiswa dapat memahami dan menyadari bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara perlu ada rasa nasionalisme.
“Kita harapkan bahwa negara kita tetap NKRI harga mati dan negara kita bertambah menjadi besar menjadi kuat dan kehidupan rakyat makmur dan sejahtera,” jelas Rudianto Tjen.
Dijelaskan Rudianto Tjen, adanya seminar ini sudah bisa membangun dan mengkader para kader muda untuk memahami tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Saya harapkan adik-adik ini akan menjadi agen negara untuk mensosialisasikan faham-faham kita berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.
Dikatakan Rudianto Tjen, dalam perkembangan sekarang, dimasa era digital ini bahwa kondisi negara ini diguncang oleh sistem digital yang meluas.
Apalagi menurut Rudianto Tjen adanya penyebaran-penyebaran berita hoax, berita fitnah dan ujaran kebencian.
Dalam hal ini, dikemukakan Rudianto Tjen bahwa pemerintah mengambil peran dan bergerak cepat bahwa ini suatu tanda yang tidak baik yang harus diluruskan dan mengajak generasi muda yang bermain gadget, pemain alat komunukasi digital agar mereka mempunyai pengetahuan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Saya berharap generasi muda bisa menjadi agen menyebarkan kesadaran kepada masyarakat bahwa ujaran kebencian, hoax dan fitnah bukan merupakan sesuatu yang baik. Tetapi bisa berdampak menghancurkan bangsa dan negara,” jelasnya.
Jadi diungkapkan Rudianto Tjen, Sebelum terlambat Kemhan mengambil peran yang penting untuk mengatasi masalah-masalah ini.
“Pemahaman ini disampaikan tentang sejarah serta tentang tata kita berbangsa dan bernegara,” katanya.
Rudianto Tjen mengatakan bahwa negara RI tetap NKRI harga mati dan Negara RI bertambah menjadi besar menjadi kuat dan kehidupan rakyat makmur dan sejahtera.
Dalam sosialisasi dihadiri Direktur Bela Negara Ditjen Pothan Kemhan RI Brigjen TNI Tandyo Budi R S Sos, Anggota Komisi 1 DPR RI Rudianto Tjen, Anggota DPD RI Bahar Buasan serta peserta.