TRANSLATE

Tahun Depan, Pindad Produksi 100 “Medium Tank” Pesanan Kemenhan

Selasa, 19 September 2017

BANDUNG, KOMPAS.com – PT Pindad bersama FNSS Turki tengah membuat dua unit purwarupa medium tank. Satu medium tank saat ini sudah selesai dan segera menjalankan tes ledak.

“Satu dibuat di Turki satu dibuat di Indonesia. Prototipe pertama sudah selesai dan akan ditampilkan dalam parade 5 Oktober 2017 (HUT TNI) mendatang,” ujar Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose seusai sarasehan industri pertahanan di PT Pindad, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Senin (18/9/2017).

Abraham menjelaskan, purwarupa pertama akan menjalani tes ledak setelah dipamerkan 5 Oktober 2017. Tes ledak akan menyempurnakan purwarupa kedua yang akan dibuat di Indonesia. 

“Apa akan terjadi perubahan deformasi. Kalau terjadi deformasi baru kita lanjutkan prototipe kedua sehingga betul-betul sempurna,” tuturnya. 

Setelah sempurna, PT Pindad akan mulai memproduksi pesanan medium tank dari Kementerian Pertahanan sebanyak 300 unit. Pengerjaan dilakukan 2018 mendatang.

“Kebutuhan (Kemenhan) paling tidak sampai 300 unit. Tapi tahun pertama 100 dulu,” jelasnya.

Abraham menambahkan, PT Pindad dipastikan tidak bekerja sendiri dalam memproduksi 100 unit medium tank pesanan Kementrian Pertahanan.

Meski sudah memesan,  PT Pindad belum bisa membeberkan nilai kontrak produksi 100 unit medium tank. Sebab hingga kini, harga jualnya belum diketahui.

“Tahap pertama belum bisa sendiri. Kerja sama dengan siapa, kita akan tetapkan nanti untuk menyuplai baja dan lain-lain,” ungkapnya. 

Mengenai keunggulan produk, Abraham mengatakan, medium tanktidak jauh berbeda dengan tank leopard yang sudah diproduksi sebelumnya. “Medium tank ini lebih kecil sedikit dari Leopard. Kurang lebih sama kemampuannya, battle tank medium,” tandasnya. 

.

Menhan Ryamizard Tinjau Turret di PT Pindad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meninjau kesiapan turret dalam mendukung medium tank pertama buatan dalam negeri hasil pengembangan bersama FNSS Turki pada acara sarasehan industri pertahanan di PT Pindad, Bandung, Senin (18/9).

Ryamizard meninjau secara langsung kesiapan perkembangan tank medium beserta turret 105 mm kerja sama dengan CMI Defense Belgia. Sarasehan itu juga dihadiri oleh direktur utama beserta direksi dari industri strategis dan swasta.

Proyek medium tank adalah program negara yang termasuk pada Tujuh Pengembangan Strategis Kemenhan. Proyek medium tank dimulai pada 2015, dan pada 5 Oktober 2017 nanti akan tampil dalam puncak perayaan HUT ke-72 TNI di Cilegon.

Ryamizard dalam sambutanya mengatakan, pengembangan ini merupakan wujud konkret dari upaya untuk membangun kemandirian industri pertahanan dalam memenuhi kebutuhan alutsista TNI. “Langkah ini juga untuk menjawab tantangan ke depan yang semakin berat dan kompleks. samping itu, ini juga merupakan wujud nyata dari bela negara segenap insan teknologi yang diwadahi dalam industri pertahanan,” ujar Ryamizard.

Dia pun tidak ingin Indonesia kalah dan gagal dalam persaingan modernisasi, yang pada gilirannya dapat mengancam eksistensi dan keutuhan negara Republik Indonesia. “Karena dalam persaingan globalisasi, yang kuat keluar sebagai pemenang dan menjadi pemimpin serta pasti akan menjajah, sementara yang lemah akan kalah dan menjadi pecundang dan akan terus terjajah,” kata Ryamizard.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose mengapresiasi dukungan Menhan yang terus mendorong industri pertahanan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan alutsista negara.

“Sarasehan ini merupakan atensi dari Menhan terhadap perkembangan terkini dari kesiapan indhan khususnya BUMNIS dalam mendukung alutsista TNI dan Polri. Pindad merancang medium tank ini untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan alutsista dalam menjaga kedaulatan NKRI,” ujar Abraham.

.

Menhan Ryamizard Ryacudu: Indonesia Butuh 500 Medium Tank

TEMPO.CO, Bandung – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, Indonesia membutuhkan lebih dari 500 medium tank, produk baru buatan bersama PT Pindad dan FNSS Turki.

“Kita harapkan tank lama diganti. Kita ada beberapa batalion, sayalupa lagi, tpai yang jelas kita memerlukan di atas 500 tank,” kata Ryamizard di sela sarasehan industri strategis di PT Pindad, Bandung, Senin, 18 September 2017.

Ryamizard mengatakan, pada tahap pertama, pemerintah akan memesan 100 unit. “Tahap awalnya 1 dulu (prototipe). Nanti kalau sudah, untuk kemudian jelas paling tidak 2 batalion, 1 batalion itu 50-an (tank) biasnaya. Sekitar 100-an (unit),” kata dia.

Menurut Ryamizard, anggaran pembelian itu sudah tersedia. Di antaranya berasal dari pinjaman dalam negeri yang disiapkan pemerintah untuk pembelian alutsista dalam negeri oleh Kementerian Dalam Negeri yang dalam lima tahun ini disediakan Rp 15 triliun. “Dari Rp 15 triliun itu sudah Rp 9 triliun dipakai. Pinjaman dalam negeri itu, masih 2 tahun lagi sampai 2019,” kata dia.

Ryamizard mengatakan, pemerintah akan menggunakan alutsista yang bisa dibuat di dalam negeri. “Pokoknya apa yang bisa kita buat, kita tidak perlu beli (dari luar negeri) lagi,” kata dia. Selain program tank medium misalnya, pemerintah mendorong industri pertahanan membuat roket dan radar. 

Medium tank yang dibuat bersama Pindad dan FNSS Turki itu dinilai paling pas untuk Indonesia. “Ini untuk tank, ini paling baik di sini. Kalau yang besarnya, Leopard, kalau di bawa ke Sumatera itu ambrol jembatannya. Kalau musuh mau ke sini juga, dia tidak akan bawah (tank besa), dia tidak bisa jalan di sini. Kalau yang ini (medium tank), bagus,” kata Ryamizard.

Ryamizard mengatakan, bobot tank medium 37 ton dinilainya ideal. “Kalua Leopard itu 150 ton. Saya rasa yang medium ini palign tepat untuk Indonesia. Keadaan medannya, apalagi di Sumatera dengan di Jawa, jembatannya tidak mampu di lintasi oleh (kendaraan dengan bobot di atas) 40 ton,” kata dia.

Satu unit medium tank, dari 2 unit prototipe yagn disiapkan oleh Pindad dan FNSS Turki itu akan hadir dalam perayaan Hari Ulang Tahun 5 Oktober. Ryamizard sengaja berkunjung ke Pindad untuk menyaksikan kesiapan bagian turet tank medium itu yang tengah dibuat di pabrik senjata di Bandung itu.

Dalam acara yang sama dengan Ryamizard Ryacudu, Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, nilai kontrak kerjasama Pindad dan FNSS Turki membuat 2 prototipe itu Rp 300 miliar. “Pemerintah Indonesia punya share Rp 150 miliar. Jadi separuh-separuh, 50 persen-50 persen,” kata dia.

.

Menhan: Tank Medium Paling Tepat untuk Indonesia

Liputan6.com, Bandung – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menilai, medium tank hasil pengembangan bersama PT Pindad dan FNSS Turki sesuai dengan kebutuhan daerah operasi Indonesia.

Menhan menuturkan, medium tank memiliki spesifikasi berat hingga 37 ton. Tank kelas menengah ini lebih ringan dibanding tank Leporad yang beratnya bisa mencapai 60 ton.

“Medium tank paling tepat di Indonesia. Dengan keadaan medan seperti di Sumatera dan Jawa jembatannya tidak bisa dilalui lebih dari 40 ton,” kata Ryamizard usai sarasehan industri pertahanan di Pindad, Senin (18/9/2017).

Dia optimistis produksi medium tank selanjutnya akan sepenuhnya dilakukan di Indonesia. Menhan berharap tank yang akan diproduksi itu dapat mengganti tank lama milik TNI.

“Kita memerlukan di atas 500 unit,” kata Ryamizard.

Selain tank, Menhan mengaku saat ini tengah memprioritaskan pembuatan roket dan radar. “Untuk roket kita sudah uji coba terus,” ujar Ryamizard.

.

2018, Lahan Sentra Industri Pertahanan Mulai Disiapkan

TEMPO.CO, BANDUNG — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, penyediaan lahan untuk sentra industri pertahanan akan dimulai tahun depan. “Tahun depan sudah mulai beres-beresin lahannya. Lahan sudah ada, tapi lahan itu bergunung-gunung. Mana yang harus bergunung, mana yang tidak, itu nanti kita beresin,” kata dia di Bandung, Senin, 18 September 2017.

Ryamizard mengatakan, sentra industri pertahanan itu dipersiapkan untuk PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, dan PT PAL. “Saya sudah nyiapin di Lampung. Ada (untuk) PT DI, PT PAL, Pindad, di sana semua. Ada 10 ribu hektare,” kata dia.

Menurut Ryamizar, sentra industri pertahanan itu ditujukan untuk mengantisipasi kemajuan dalam industri pertahanan. “Industri pertahanan itu makin maju. Yang dibuat pun yang moderen. Perlu tempat yang besar,” kata dia.

Ryamizard mencontohkan, untuk pengembangan pesawat misalnya PT Dirgantara Indonesia butuh landasan pacu yang panjang. “Sekarang PT DI di sini (Bandung), landasannya 2,5 kiloemter. Kalau pertama terbang itu (resikonya) mendarat di rumah orang. Jadi kita perlu membuat paling tidak 5 kilometer. Paling, gak bisa terbang, dia mendarat lagi di situ,” kata dia.

Menurut Ryamizard, pembiayaan untuk membangun sentra industri pertahanan itu akan dibiayai pemerintah. “Ya pastilah. Kalau namanya industri pertahanan dari pemerintah,” kata dia.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan, masih menunggu soal kepindahan ke sentra industri pertahanan di Lampung. “Kalau kepindahan ke Lampung itu nunggu perintahnya Kemhan (Kementerian Pertahanan). Kita ngikutin aja,” kata dia pada Tempo di Bandung, Senin,  18 September 2017.

Elfien mengatakan, saat ini dirinya masih berkonsentarasi untuk membalikkan rugi yang diperoleh perusahaan itu. “Kitamasi memetakan, melihat seluruh proses bisnis ktia satu pers atu, namanya persuahaan itu harus untung. Kita harsu lakukan langkah-langkah supaya PT DI itu bisa untung. Bagaimana ‘cost-structure’, hubungan antar unit masing-masing proes. Harus efisien seusuai yang direncanakan. Ini yang sedang kita petakan,” kata dia.

Menurut Elfien, rugi PT DI terjadi karena perusahaan masih berkonsentrasi berinvestasi dari dana Penyertanan Modan Negara (PMN) yang diterima. Dia tidak merinci modal setoran pemerintah itu. “Namanya PMN itu diberikan untuk investasi, untuk pengembangan SDM, segala macam pembaruan dari fasilitas produksi juga. Itu perlu proses. Sekarang sudah mulai didapatkan, sudah mulai bisa memperbaiki struktur,” kata dia.

Elfien mengatakan, tahun lalu misalnya pendapatan PT DI sempat anjlok. “Pada tahun lalu ada penundaan banyak pesanan pesawat, produk. Jadi akhirnya juga menjadikan pendapatan kita turun,” kata dia. “Tahun ini, Semester 1 kita ada rugi sedikit. Kita coba recovery, kita efisiensi mana proses-proses yang memang harus diperbaiki. Karena sudah masuk akhir tahun, dan kontrak pesawat multiyears langsung di serap semuanya. Kita coba.”

Sementara Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, masih menunggu soal kepindahan ke sentra industri pertahanan ke Lampung. “Itu (rencana) Pak Menteri (Pertahanan), kita prajurit, ikut saja,” kata dia di Bandung, Senin, 18 September 2017.

Abraham mengatakan, persiapan yang akan dilakukan perusahaannya diantaranya mempersiapkan kebutuhan lahan untuk PT Pindad. “Paling tidak kesiapan kita dengan konsultan, kalau (kebutuhan) Pindad itu seperti apa sih. Gunung-gunungkah, seperti apa?” kata dia.

Sebagai industri militer, menurut Abraham, PT Pindad berharap masih mempertahankan fasilitas yang dimilikinya di Bandung khusus untuk pengembangan industri non militer. “Bisa saja indstri (non-militer) di kembangkan di sini, seperti ekskavator, marine, kereta api, masih tani dan lain-lain, bisa tumbuh, bisa lebih me-leverage pendapatan lagi untuk Pindad,” kata dia.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia