TRANSLATE

Pemerintah Jajaki Pemesanan Medium Tank Terbaru Pindad

Rabu, 16 Agustus 2017

TEMPO.CO, BANDUNG — Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksamana Madya TNI Widodo mengatakan, pemerintah tengah membahas rencana pembelian tank medium dan tank boat inovasi terbaru PT Pindad. “Masih dalam pembahasan, (kebutuhan) ini kan dikombinasikan antara beberapa jenis tank,” kata dia di sela kunjungannya di PT Pindad, Bandung, Selasa, 15 Agustus 2017.

Widodo mengatakan, medium tank yang dihasilkan dari kerjasama PT Pindad dan FNSS, produsen alutsista Turki, itu masih menunggu rampungnya prototipe sebelum bisa diproduksi masal. “Awal September ini direncanakan sudah datang ke Indonesia untuk ditampiokan pada parade (HUT TNI) 5 Oktober nanti. Tank kerjasama Pindad dengan NFSS Turki ini kita dorong terus bersama,” kata dia. 

Menurut Widodo, tank medium itu sudah memenuhi kebutuhan TNI. “Hanya nanti setelah produksi masal, tentunya ada penyesuaian sesuai dengan kebutuhan daerah operasi. Mungkin kalau derah operasinya di Kalimantan mungkin butuh pengurangan berat tank, kalau di Sumatera medium tank ini sudah cukup. Disesuaikan dengan kontur kita,” kata dia.

Kementerian Pertahanan juga tengah menjajaki penggunaan kendaraan tempur lain, termasuk sejumlah inovasi senjata baru yang tengah digarap Pindad. Widodo mengatakan, Kementeriannya dan TNI terus memberikan masukan untuk penyempuranaan produk senjata buatan Pindad itu.

Dia mencontohkan senapan bawah air khusus bagi pasukan khusus TNI AL masih bisa terus dikembangkan. “Ini sudah digunakan. Hanya mungkin beratnya dan metalurginya bisa terus dikembangkan agar penggunaannya makin nyaman. Seperti misal terlalu berat, Pindad harus punya inovasi agar bisa diringankan,” kata Widodo.

Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, baru 1 unit prototpe tank medium buatan Pindad dan NFSS Turki yang rampung. “Ini yang akan kita tampilkan di acara Parade Hari Angkatan Bersenjata (5 Oktober), kemduian sat lagi sedang dibuat. Taoi menunggu hasil ‘blasting-test’prototipe 1,” kata dia di Bandung, Selasa, 15 Agustus 2017.

Abraham mengatakan, jadwal “blasting-test” untuk medium tank itu dijadwalkan pada September 2017. Hasil tes itu akan menjadi dasar untuk membangun prototipe kedua, yang siap memasuki fase produksi masal. “Dari hasil ‘blasting’ itu ktia bangun prototipe di sini, itu jadi referensinya,” kata dia. 

Menurut Abraham, pemerintah juga tengah membahas rencana pembelian produk kendaraan tempur lainnya. Diantaranya tank amfibi yang ditargetkan bisa mulai memasuki proses pemesanan tahun depan, termasuk produk inovasi “tank boat” yang dirilis tahun lalu.

“Tank boat itu pengembangan kita bersama PT Lundin, karena dia yang ahli platformya. Kita melengkapi dengan senjata, tapi belum diputuskan apakah dengan meriam 105 milimeter atau cukup 30 milimeter. Tergantung operasional dan kebutuhan TNI,” kata dia.

Abraham mengatakan, pembahasan bersama Kementerian Pertahanaan saat ini untuk memastikan matra pengguna tank-boat tersebut. Prototipe tank boat produksi bersama Pindad dan PT Lundin asal Banyuwangi, serta CMI Defence asal Belgia itu sempat dipamerkan dalam pameran Indodefence tahun lalu. Wakil Presiden Jusuf Kalla bahkan sempat memberinya nama Antasena.

Menurut Abraham, kontrak pembeliannya masih dibahas. “Kita akan bicarakan end user-nya dimana, karena tank ini untuk digunakan di sungai yang kedalamannya 90 centimeter baru bisa manuver,” kata dia.

Abraham mengatakan, sejumlah negara sudah menyatakan ketertarikannya untuk memesan Tank Boat Antasena buatan Pindad tersebut. Diantaranya negara asal Timur Tengah dan Taiwan. “Pasarnya potensial. Sekarang kita sedang dikejar dari pihak luar untuk kerja sama dengan mereka, jadi malah untuk ekspor. Tpai kita akan mendahulukan kebutuhan dalam negeri,” kata dia. Taiwan misalnya berminat untuk mengembangkan Tank Boat Antasena ini menjadi Missile Boat.

.

Realisasi Kontrak Alutista Kemenhan-Pindad Rp 2,9 Triliun

TEMPO.CO, BANDUNG – Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, total kontrak pemesanan alutista pemerintah yang sudah dibayarkan pada PT Pindad menembus Rp 2,9 triliun. “Kerjasama dalam industri pertahanan ini kontraknya multi years. Tahun ini sudah on-hand Rp 2,9 triliun, sudah kita pegang,” kata dia di Bandung, Selasa, 15 Agustus 2017.

Abraham mengatakan, kontrak multiyears pemesanan pemerintah untuk alutsista itu dijadwalkan tuntas tahun 208-2019. “Kontrak multi-years seluruhnya sampai dengan Rp 3,4 triliun itu sampai tahun 2018-2019, tapi ini nanti bergulir kontraknya,” kata dia.

Menurut Abraham, beragam jenis alutsista yang tercakup dalam kerjasama kontrak multi-years tersbut. “Yang sudah selesai dikerjakan PT Pindad terhadap kontrak Kementerian Pertahan itu misalnya senjata bawah air, senapan doper, pengembangan tank boat, medium tank,” kata dia. Dalam waktu dekat produk Pindad itu akan ditampilkan seperti Tank Anoa, Badak, medium tank, kemudian peralatan anti ranjau.

Abraham mengatakna, porsi terbesar pemesanan itu berupa amunisi beragam kaliber. Namun dia tidak merinci nilainya. Kandungan lokal untuk produk amunisi Pindad itu dikalimnya sudah menembus 60 persen. “Kalau bicara teknologi dan produksi sudah di kita, tapi kalau bicara komponen atau material masih dfari luar. Itu yang harus di lokalkan ke depan,” kata dia.

Saat ini Pindad masih terus menggenjot produksi amunisi.  “Bahasanya pabrik kita, giling aja terus. Kita belum bisa memenuhi kebutuhan, maknay aktia tambah mesin, lakukan strategic-partnership untuk menambah kapasitas,” kata Abraham.

Abraham mengatakan, tahun ini produksi amunisi menembus 120 juta butir per tahun. Tahun depan ditargetkan bisa tembus 300 juta butir amunisi pertahun. “Kebutuhan dalam negeri besar sekali, mungkin sekitar 500-600 juta butir pertahun. Belum terpenuhi,” kata dia.

Kendati demikian, amunisi produksi Pindad ada yang di ekspor keluar negeri. Abraham tidak merinci jumlahnya. “Pasarnya sangat luas, oportunity-nya sangat luas. Makanya kita coba menambah kapasitas produksi. Kalau bisa produksi sampai 500 juta butir per tahun, paling tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor,” kata Abraham.

Abraham mengatakan, investas menambah mesin produksi sudah dilakukan sejak tahun lalu dengan memanfaatkan dana PMN yang diberikan pemerintah bertahap sejak tahun 2015 lalu yang rencananya menembus Rp 700 miliar. “Rencananya PMN sampai 2018 itu Rp 70 milair,” kata dia.

Dari dana yang sudah diserahkan pemerintah, Pindad menggunakan Rp 135 miliar untuk menambah mesin produksi amunisi kaliber besar, dan Rp 130 miliar untuk mesin produksi amunisi kaliber kecil. “Selain itu kita juga membuat velodrome untuk uji performance kendaraan tempur kita, juga untuk pengembangan industri. Pindad juga ditugaskan untuk membangun generator proyek 35 ribu MW,” kata Abraham.

.

Penuhi Kebutuhan Kemenhan, Pindad Berencana Produksi Medium Tank

INILAH, Bandung – PT Pindad (Persero) terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas untuk kemandirian alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia. Kini, perusahaan pelat merah ini terlibat dalam pembahasan medium tank dan tank boat.
Dirut Pindad Abraham Mose mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut pihaknya membahas langsung dengan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) sebagai pengguna.
“Khusus untuk medium tank, tadi ada statement dari Sekjen Kemenhan untuk bisa menampilkan produk ini di parade Hari TNI 5 Oktober nanti,” kata Abraham saat kunjungan Kemenhan ke Pindad, Selasa (15/8).
Terkait tank boat, dia mengaku saat ini masih dalam tahap pengembangan dan pembuatan prototipe. Untuk produk ini, Pindad melakukan pengembangan bersama dengan perusahaan luar negeri yang memiliki kapasitas untuk platform tersebut. Untuk tank boat ini, Pindad akan melengkapi dengan senjata yang hingga kini belum diputuskan akan menggunakan kaliber 105 atau 35 mm.
“Untuk itu, rombongan dari Kemenhan meninjau langsung progres rencana pengembangan dan pembuatan alutsista itu,” tambahnya seraya menyebutkan kandungan dalam negeri dalam setiap produsi mencapai 50-60%.
Terkait penyertaan modal negara (PMN) total sebesar Rp700 miliar, Abraham mengaku penggunaan terbesar dialokasikan untuk memproduksi munisi kaliber kecil (MKK) dan munisi kaliber besar (MKB). Untuk MKB itu dibutuhkan dana sekitar Rp135 miliar sedangkan untuk MKK itu membutuhkan dana sekitar Rp130 miliar.
Ke depan, pihaknya akan menambah sejumlah mesin untuk keperluan produksi massal. Perkiraan untuk pengembangan tersebut pihaknya menggunakan metode PMN dan strategy partnership. Hingga akhir 2018 mendatang, Pindad mampu memproduksi sebanyak 290 juta butir amunisi per tahun. Angka tersebut diakuinya masih di bawah kebutuhan TNI.
Sementara itu, Sekjen Kemenhan Widodo menegaskan pihaknya akan terus memacu Pindad untuk melengkapi teknologi yang dibutuhkan untuk keperluan mass production. Sejauh ini, target utama Pindad ini untuk memenuhi kebutuhan Kemenhan dan kementerian lain. Ke depan, mudah-mudahan pada 2019 mendatang Pindad bisa melakukan ekspor ke luar negeri.
“Kita ingin Pindad ini bisa mandiri sepenuhnya. Mulai dari pemenuhan raw material, produksi, packing, hingga pemasaran bisa dilakukan Pindad, Jadi, pada tahun 2019 mendatang diharapkan bisa ekspor,” sebutnya.
Dia mengaku, saat ini Uni Emirat Arab memesan 100 juta butir amunisi kecil. Untuk itu, Pindad akan membeli mesin untuk memproduksi itu.
Khusus mengenai medium tank, saat ini masih dalam proses negosiasi dan pembuatan prototipe. Negosiasi ini dibutuhkan untuk menyesuaikan keperluan dan kontur daerah operasi. Pembuatan prototipe medium tank ini mash dalam pembahasan karena harus melakukan sejumlah kombinasi.
“Harapannya, awal September nanti bisa jadi,” tambah Widodo.
.

Pemerintah Targetkan Ekspor Alutsista pada 2019

 

Warta Ekonomi.co.id, Bandung – Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan RI (Kemenhan) menargetkan ekspor alat utama sistem pertahanan (alutsista) pada 2019. Untuk itu, PT Pindad sebagai BUMN yang memproduksi alutsista agar mampu menghasilkan inovasi produk yang dibutuhkan oleh Indonesia maupun negara lain. 

Sekertaris Jenderal Kemenhan RI, Widodo menerangkan selama ini produk Pindad sudah digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) bahkan sudah mulai mengekspor alutsista ke manca negara.

“Pertama target kita memenuhi kebutuhan TNI dan kementerian kemudian pesanan dari negara-negara di Asia Tenggara bahkan negara lain di dunia,” katanya kepada wartawan di kantor Pindad, Bandung, Selasa (15/8/2017).

Widodo menilai banyaknya pesanan produksi buatan Pindad oleh manca negara merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi BUMN yang belokasi di Bandung tersebut.

“Ini tantangan bagi Pindad untuk lebih mandiri mulai dari pembuatan bahan, pengemasan dan pemasaran produk alutsista ke manca negara,” ungkapnya

Widodo mengaku PT Pindad sekarang tengah menggarap pesanan dari Uni Emirat Arab berupa 100 juta amunisi kaliber kecil. Namun, belum bisa terpenuhi karena Pindad harus membeli beberapa mesin produksi lagi agar bisa memenuhi pesanan tersebut. 

“PT Pindad harus membeli alat produksi lagi agar bisa memenuhi pesanan UEA,” tegasnya

Ada beberapa pesanan alutsista lain seperti medium tank yang telah dipesan oleh beberapa negara terutama dari negara Timur Tengah.

Perakitan medium tank ini merupakan kerja sama antara PT Pindad dan Turki. Direncanakan pertengahan September 2017 Prototypenya akan didatangkan ke Indonesia  dan diharapkan bisa ditampilkan pada 5 Oktober bertepatan dengan hari jadi TNI.

“Ini tantangan dari PT Pindad terutama produk buatan Indonesia ini harus dicintai oleh bangsa sendiri, sehingga nanti kalau sudah nyaman jika diekspor keluar juga akan lebih mudah,” tuturnya.

Selain itu, Dikatakan Widodo produksi medium tank ini diperuntukan bagi TNI yang disesuaikan dengan kontur wilayah Indonesia. Hingga kini Kemenhan masih mengkoordinasikan kebutuhan medium tank untuk TNI.

“Hingga saat ini kebutuhan medium tank untuk TNI masih kita diskusikan,” pungkasnya. 




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia