TRANSLATE

Sangat strategis dipakai operasi laut, ini “alegori” penerbangan TNI AL

Jumat, 28 April 2017

LENSAINDONESIA.COM: Aslog Kasal, Laksamana Muda TNI Mulyadi, SPi, MAP melaksanakan kunjungan kerja di Fasharkan Pesud Puspenerbal.

Aslog Kasal didampingi Waasrena Kasal Laksamana Pertama TNI Muhammad Ali, Kadismatal Laksamana Pertama TNI Ir Aziz Ikhzan Bachtiar, MTr Han, Kadissenlekal Laksamana Pertama TNI Ir Cristianto Purnawan dan Kadislaikmatal Laksamana Pertama TNI Sudarmoko, SE, MM.

Komandan Puspenerbal, Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir, SE, MSc menyampaikan, dinamika lingkungan penerbangan TNI AL yang sarat dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Senantiasa membutuhkan kehadiran para pengawak sesuai kualifikasi penerbangan.

Dunia penerbangan, lanjut Manahan, sarat dengan teknologi dan regulasi penerbangan yang terus berkembang. Tuntutan akan ilmu pengetahuan senantiasa terus berkembang seiring perkembangan teknologi militer khususnya military aircraft.

“Sebagai salah satu unsur SSAT, penerbangan TNI AL memiliki peran yang sangat strategis dalam operasi laut,” katanya saat menyampaikan sambutan.

Menurutnya, peran penerbangan TNI AL dibuktikan dalam sejarah bahwa pesawat udara menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kapal perang atau pun Armada yaitu kepanjangan mata, telinga dan tangan. Dalam berbagai operasi laut pesawat udara dapat memberikan multiply fire power, mobility dan security. Bahkan, dapat melindungi Armada.

“Demikian juga penerbangan TNI AL yang terbentuk pada tahun 1956, membuktikan
Dharma Baktinya kepada Bangsa dan Negara. Unsur-unsur udara TNI AL menunjukkan
pengabdian dalam berbagai operasi militer untuk perang maupun operasi militer selain perang,” jelas Komandan Puspenerbal.

Dihadapkan perkembangan lingkungan strategis, Manahan menjelaskan, maka tantangan tugas penerbangan TNI AL ke depan semakin meningkat dan kompleks.

“Menyikapi kondisi tersebut, pembangunan kekuatan penerbangan TNI Angkatan Laut menuju kekuatan pokok Minimum (Minimum Essential Force), melalui berbagai upaya
antara lain pengadaan, pengalihan fungsi beberapa pesud, penghapusan serta peningkatan kemampuan secara bertahap sesuai fungsi asasi penerbangan dan memenuhi standar Full Naval Version,” kata Laksamana Pertama TNI ini.

Selain itu, menurutnya lagi, dunia penerbangan militer tidak dapat dipisahkan dari regulasi keselamatan kerja dan penerbangan yang memiliki resiko tinggi. Oleh karena itu, Zero Accident harus senantiasa menjadi habit dalam dunia penerbangan.

“The Sky Is Wide But No Room For Error, istilah itu tidak hanya sekedar slogan-slogan semata, namun hal itu harus menjadi Life Style atau The Way Of Life, dalam pembinaan kepada seluruh jajaran penerbangan TNI Angkatan Laut,” katanya.

Sejak dilaksanakannya alih bina satuan-satuan penerbangan TNI Angkatan Laut ke dalam jajaran Puspenerbal. Tahun 2008 hingga sekarang, Fasharkan Pesud yang pada awalnya merupakan Skuadron 900 di bawah Wing Udara, bertransformasi menjadi Fasharkan Pesud, satuan langsung dibawah Puspenerbal yang mengemban fungsi TNI AL di bidang pemeliharaan pesawat udara.

Akhir-akhir ini, berbagai perkembangan yang terjadi memang cukup menakjubkan hususnya
dalam bidang teknologi digital yang banyak menggantikan peran teknologi analog, dampak positif yang dirasakan salah satunya adalah perkembangan komputer.

Komputer pertama yang diperkenalkan adalah Eniac II, diinstalasi dan digunakan pada tahun 1946, setelah perang dunia kedua. Komputer ini merupakan sebuah rangkaian elektronika lampu tabung seberat 20 ton. Perkembangannya juga cukup menakjubkan, baik dalam ukuran dan kemampuan kerjanya.

Kini, ukuran komputer hanya dalam ukuran segenggam tangan. Dengan demikian, berbagai
proses mampu diolahnya, tidak hanya untuk melakukan proses yang berhubungan dengan
pengolahan perhitungan dan database, tetapi juga mampu dalam hal berkomunikasi dengan pengguna lainnya yang menggunakan perangkat yang tadinya masih merupakan pemisahan dari segi fungsi.

Teknologi digital kemudian mulai merambah ke berbagai rancangan teknologi yang iterapkan dan digunakan oleh manusia yang salah satunya adalah dunia penerbangan.

“Sejak teknologi digital diterapkan dalam system penerbangan, kita mengenal adanya glass cockpit, yang merupakan multi function display yang mampu menampilkan berbagai informasi seperti, flight instrument, engine instrument dan navigation instrument,” jelasnya.

Selaian kemudahan yang didapat pilot dalam mengoperasikan pesawat, terdapat juga kendala yang cukup berat bagi para teknisi untuk melaksanakan perawatan dan perbaikan.

“Fasharkan Pesud telah melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan SDM dengan
mengirimkan personelnya untuk menimba ilmu baik diluar negeri maupun dalam negeri. Namun akhir-akhir ini, kesempatan untuk menimba ilmu khususnya bidang avionic keluar negeri tidak ada lagi,” katanya.

“Mohon kiranya halini menjadi bahan pertimbangan para Pimpinan TNI AL untuk ditindaklanjuti,” tambah Komandan Puspenerbal.

Khusus di dalam negeri, lanjutnya lagi, anggota Fasharkan Pesud pernah mengikuti program sekolah di TNI AU (Program Ghanesa), namun sekarang sudah tidak ada lagi dan juga selalu mengikutsertakan anggotanya sebagai technical representative dalam setiap pemasangan avionic di pesawat baru maupun program modifikasi pesawat lama yang masih enggunakan system analog untuk dimodifikasimenjadi glass cockpit
system.

Semuaitu adalah usaha Fasharkan Pesud dalam memacu SDM untuk selalu bisa mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.

Turut hadir Wadan Puspenerbal Kolonel Laut (P) Guntur wahyudi, para Direktur jajaran Puspenerbal, Komandan Wing Udara 1, Komandan Lanudal Juanda, Kafasharkan Pesud dan Komandan Kolat Penerbal serta perwira staf Faharkan Pesud Puspenerbal.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia