Menhan tekankan pentingnya kerja sama intelijen dalam kontra terorisme
Selasa, 6 November 2018Jakarta (ANTARA News) Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu mendesak agar seluruh negara baik Asia maupun Eropa mulai menitikberatkan pada kerja sama intelijen sebagai bentuk strategi masa depan Kontra Terorisme. Menhan mengatakan hal itu saat menghadiri acara “AsiaEurope Counter Terrorism Dialogue” ke III yang diselenggarakan 1217 Oktober 2018, yang merupakan rangkaian forum dialog bersama European External Action Service (EEAS), di gedung EAAS Building, Brussel, Belgia, Senin (15/10).
Ryamizard pun kembali menegaskan bahaya terorisme sebagai ancaman nyata terhadap keamanan negara. Dalam pertemuan dengan perwakilan delegasi North Atlantic Treaty Association (NATO), Ryamizard mengingatkan pentingnya kerja sama antar negara extra regional, dimana hal tersebut dilakukan dengan negaranegara di luar daripada wilayah regional ASEAN maupun benua Asia Raya. Dengan mengusung tema “Masa Depan Kontra Terorisme: Pergeseran dari Kerjasama menjadi Kolaborasi”, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) tersebut, berharap bahwa setiap negara harus mengambil Inisiatif dalam membangun arsitektur kerja sama keamanan baru antar negara extraregional untuk memperkuat mekanisme koordinasi dan kolaborasi dalam menghadapi ancaman bersama terorisme melalui penguatan kerja sama intelijen. Menurut Ryamizard, dampak luas yang ditimbulkan dari ancaman terorisme berdampak besar bagi sendisendi kehidupan bernegara.
“Sifat alamiah dari ancaman tersebut adalah tidak mengenal batas negara; tidak mengenal agama, tidak mengenal waktu serta tidak memilih korbannya,” ujar Menhan dalam siaran persnya, di Jakarta, Selasa. Menhan Ryamizard juga menyebutkan adanya kebutuhan untuk membangun arsitektur kerja sama keamanan antarnegara dan antarkawasan untuk mengatasi ancaman nyata secara bersama. “Langkah pertama dari embrio arsitektur kerja sama keamanan regional adalah perlunya kerangka pertukaran intelijen multilateral untuk mendeteksi perjalanan militan asing, pendirian kamp pelatihan, mengantisipasi penyebaran propaganda melalui media sosial, serta medeteksi aliran dana dan logistik kelompok teroris,” tegas Ryamizard. 11/6/2018 Menhan tekankan pentingnya kerja sama intelijen dalam kontra terorisme.
Sebagai sebuah pencapaian, di ASEAN sendiri Indonesia telah memilki Kerjasama Pertukaran Intelijen Our Eyes mirip seperti kerjasama Five Eyes negara Barat yang telah diresmikan di Bali pada tanggal 25 Januari yang lalu. “Respon kontra terorisme sebaiknya tidak hanya dibatasi pada aktoraktor negara. Pemerintah harus mempunyai pandangan ke depan untuk melibatkan organisasi sipil dan kemasyarakatan, akademisi, dan sektor swasta untuk mencegah dan melawan ekstrimisme kekerasan,” ucapnya. Di berbagai belahan dunia, aktoraktor tersebut telah terbukti kreatif dan efektif dalam membuat inisiatif untuk melawan kontra terorisme dan mempromosikan moderasi. Pemerintah harus memimpin dan mengkoordinasi usahausaha tersebut, tetapi aktoraktor dari kalangan sipil dan kemasyarakatan mempunyai jangkauan yang lebih baik di dalam komunitas mereka masingmasing, ucap Ryamizard Ryacudu.
.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu kembali menegaskan bahaya terorisme sebagai ancaman nyata terhadap keamanan negara.
Hadir dalam “Asia-Europe Counter Terrorism Dialogue” ke-III yang diselenggarakan 12 sampai 17 Oktober 2018, Menhan RI mendesak agar seluruh negara baik Asia maupun Eropa mulai menitikberatkan pada kerja sama intelijen sebagai bentuk strategi masa depan Kontra Terorisme.
Ryamizard menghadiri forum dialog bersama European External Action Service (EEAS) Bertempat di gedung EAAS Building,Brussel, Belgia, Senin, (15/10/2018), yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan dengan perwakilan delegasi North Atlantic Treaty Association (NATO).
Dalam pidato sambutannya Menhan mengingatkan pentingnya kerjasama antar negara extra regional, dimana hal tersebut dilakukan dengan negara-negara diluar daripada wilayah regionalASEAN maupun benua Asia Raya.
Dengan mengusung tema “Masa Depan Kontra Terorisme: Pergeseran dari Kerjasama menjadi Kolaborasi”, Ryamizard berharap bahwa setiap negara harus mengambil Inisiatif dalam membangun Arsitektur Kerjasama Keamanan baru antar negara extra-regional.
Menurutnya, hal ini untuk memperkuat mekanisme Koordinasi dan Kolaborasi dalam menghadapi ancaman Bersama terorisme melalui penguatan kerja sama intelijen.
Selanjutnya, Menhan mejelaskan dampak luas yang ditimbulkan dari ancaman terorisme berdampak besar bagi sendi-sendi kehidupan bernegara.
“Sifat alamiah dari ancaman tersebut adalah tidak mengenal batas negara; tidak mengenal Agama, tidak mengenal waktu serta tidak memilih korbannya,” ujar Menhan dalam keterangan pers yang diterima.
Kemudian Menhan juga mendasari kebutuhan untuk membangun Arsitektur kerjasama Keamanan antar Negara dan Antar Kawasan untuk mengatasi ancaman nyata secara bersama.
“Langkah pertama dari embrio arsitektur Kerjasama keamanan regional adalah perlunya kerangka Pertukaran intelijen multilateral untuk mendeteksi perjalanan militan asing, Pendirian kamp pelatihan, Mengantisipasi penyebaran propaganda melalui Media Sosial, serta medeteksi Aliran Dana dan Logistik Kelompok Teroris,” kata Ryamizard.
Sebagai sebuah pencapaian, di ASEAN sendiri Indonesia telah memilki Kerjasama Pertukaran Intelijen “Our Eyes” mirip seperti kerjasama “Five Eyes” negara Barat yang telah diresmikan di Bali pada tanggal 25 Januari yang lalu.
“Respon kontra terorisme sebaiknya tidak hanya dibatasi pada aktor-aktor negara. Pemerintah harus mempunyai pandangan ke depan untuk melibatkan organisasi sipil dan kemasyarakatan, akademisi, dan sektor swasta untuk mencegah dan melawan ekstrimisme kekerasan,” katanya.
Di berbagai belahan dunia, aktor-aktor tersebut telah terbukti kreatif dan efektif dalam membuat inisiatif untuk melawan kontra terorisme dan mempromosikan moderasi.
Pemerintah harus memimpin dan mengkoordinasi usaha-usaha tersebut, tetapi aktor-aktor dari kalangan sipil dan kemasyarakatan mempunyai jangkauan yang lebih baik di dalam komunitas mereka masing-masing.