TRANSLATE

Ryamizard Ryacudu Pimpin Upacara Sambut Kedatangan Menhan AS Pagi Ini

Sabtu, 17 Maret 2018

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menyambut kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis dengan sebuah prosesi upacara bendera di Kantor Kemenhan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).

Upacara bendera di halaman Kantor Kemenhan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB.

Di tengah pelaksanaan upacara, keduanya memasuki arena upacara dan dipandu menggunakan karpet merah menuju tengah-tengah lapangan.

Kunjungan hari ini merupakan upaya kedua negara untuk mempererat kerjasama di bidang pertahanan.

Sebelumnya kedua Menhan ini pernah bertemu di sela-sela kegiatan ADMM dan ADMM PLUS 2017 di Clark, Filipina pada Oktober 2017.

Pertemuan hari ini juga merupakan tindak lanjut dari persetujuan kerjasama pertahanan yang dinamakan Joint Statement in Comprehensive Defence Cooperation yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo di Washington DC tanggal 26 Oktober 2015, terutama kerjasama di bidang Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista).

Pertemuan antara Ryamizard Ryacudu dan James Mattis dilaksanakan di Gedung Jenderal Soedirman dengan tema pembahasan antara lain visi Indonesia sebagai Poroa Maritim Dunia, Kerjsama Bilateral dan Multirateral di Kawasan dalam Patroli Terkoordinasi Trilateral dan Kerjasama “Our Eyes”, Persetujuan Keamanan Informasi Militer (GSOMIA), dan pengadaan alutsista serta kebijakan maritim.

.

Sudah tepat Menhan RI tak silau beli senjata dari AS

Merdeka.com – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Ryamizard Ryacudu menerima kedatangan Menteri Pertahanan AS Jim Mattis. Mereka membahas kerja sama pertahanan dan soal terorisme. AS juga menawarkan untuk menjual persenjataan canggihnya pada AS.

Namun Menhan Ryamizard terlihat tak terlalu antusias untuk memborong aneka alutsista dari Amerika Serikat. Menhan menyebut F-16 memang penting, tapi tak perlu terlalu banyak. Karena saat ini ancaman terbesar justru datang dari terorisme.

“Yang alutsista yang mutakhir itu perlu juga tapi enggak banyak-banyak, kita mau perang sama siapa? Kita perangnya sama teroris,” ujar Ryamizard, Senin (22/1) lalu.

Menhan menyebut perlu ada hitung-hitungan budget dulu sebelum Indonesia memutuskan membeli pesawat dari AS. “Ya kalau ada duitnya,” imbuhnya.

Pengamat Militer Universitas Padjajaran Muradi menilai sikap Menhan Ryamizard tak silau dengan senjata buatan AS memang tepat. Dalam penjualan senjata, ada dua hal yang dinilai merugikan Indonesia. Pertama AS selalu mendikte negara pembeli dengan aneka syarat. Kedua, AS pun pelit dalam proses transfer teknologi atau ToT.

“Ke AS itu kita hanya membeli saja, tak dapat ilmu atau teknologi apa-apa dari AS. Syaratnya pun membuat kita tidak nyaman. Misal dilarang digunakan di Papua atau di Aceh,” kata Muradi.

Muradi menambahkan berbeda dengan AS, pembelian senjata dari negara lain selalu diikuti dengan transfer teknologi. Sebagai negara berkembang, ini yang diperlukan Indonesia untuk meningkatkan kualitas produksi dalam negeri. Selama ini Indonesia mendapatkan ToT dari Korea, Brazil, Turki atau Swedia.

Tindakan Indonesia yang membeli Sukhoi ke Rusia juga ternyata membuat AS tak suka. Namun Muradi malah melihat ini sebagai bargaining menguntungkan untuk Indonesia. Membuka mata mereka jika AS tak mau menurunkan syarat dan harga persenjataan mereka, dengan mudah Indonesia akan memilih negara lain.

“Kalau saya jadi menhan, saya pun akan bersikap serupa soal ini untuk bargaining,” kata Muradi.

Namun Muradi juga melihat ada sejumlah hal positif dengan kedatangan menteri pertahanan AS ke Indonesia. Selain kerja sama pertahanan, dia melihat kunjungan ini juga bisa mencairkan hubungan Indonesia-AS yang kemarin sempat menghangat saat Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ditolak masuk AS.

“Yang perlu ditingkatkan lagi adalah soal kerja sama dalam operasi militer selain perang. Misalnya penanggulangan bencana,” kata dia.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia