Indonesia Sudah Mampu Produksi Peralatan Militer Canggih
Sabtu, 17 Maret 2018JAKARTA – Pameran berbagai jenis senjata canggih yang diproduksi oleh Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhatanas) berlangsung di Energy Building, kawasan SCBD Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Berbagai peralatan militer produk dalam negeri meliputi dari senjata serbu, sniper, pistol, drone, hingga rompi, dan jaket anti-peluru.
“Kita harus bersyukur bahwa putra bangsa sendiri telah berhasil memproduksi alat pertahanan dengan kualitas dunia, tidak kalah dari buatan luar negeri,” ujar Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu, saat membuka pameran sekaligus Rapat Umum Anggota Luar Biasa (RUALB), di Energy Building, SCBD, Jakarta, Rabu (21/2).
Seluruh peralatan tersebut adalah buatan dalam negeri, yang diproduksi Persatuan Industri Pertahanan Swasta Nasional (Pinhantanas), untuk memasok kebutuhan TNI dan sebagian juga diekspor ke luar negeri.
“Kita sudah mampu membuat peralatan militer canggih, ini tentu sangat membanggakan,” ujar Ryamizard. Menurutnya pemerintah sangat mendukung produksi peralatan militer dalam negeri. Bahkan, saat ini telah dianggarkan sebesar Rp 15 triliun melalui BUMN, seperti PINDAD, PAL, PTDI, PTLEN, dan lainnya, agar mampu meningkatkan produksi yang dibutuhkan Indonesia. “Pemerintah juga mendorong perusahaan nasional untuk bermitra dengan BUMN strategis, dalam hal alih teknologi dan muatan lokal,” kata dia.
Perwakilan produsen senjata militer dari PT Komodo Armament Indonesia, Dananjaya A. Trihardjo, mengungkapkan produksi senjata miliknya, memiliki kualitas tinggi yang tidak kalah dari produksi luar negeri. Bahkan, senjata produksi PT Komodo memiliki keunggulan lain, berupa harga yang lebih murah. “Hal ini karena bahan-bahan berkualitas yang digunakan untuk membuat senjata, berasal dari dalam negeri,” ujarnya. PT Komodo merupakan salah satu anggota Pinhantanas yang menggelar pameran tersebut.
Menurutnya PT Komodo siap memenuhi kebutuhan senjata untuk dalam negeri. Bahkan ke depan juga berencana melakukan ekspor ke luar negeri. “Produk berkualitas tinggi tapi harga lebih murah karena hampir semua kandungan material merupakan produk dalam negeri,” tandasnya pada acara yang dihadiri sejumlah pejabat negara, termasuk Ketua DPR RI Bambang Soesatyo.
Sumber: http://poskotanews.com/
.
Menhan: Kalau Industri Pertahanan Ingin Maju, Swasta Harus Terlibat!
Bisnis.com, JAKARTA – Industri pertahanan swasta nasional diminta berperan aktif untuk mendukung pemerintah dalam mewujudkan kemandirian industri pertahanan. Hal itu sejalan dengan misi pemerintah untuk mejuwudkan industri pertahanan nasional yang mandiri dan modern.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan industri pertahanan swasta nasional diharapkan berperan aktif mendukung pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan mewujudkan dan memajukan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
“Kami berharap Perkumpulan Industri Pertahanan Swasta Nasional [Pinhantanas] ikut mendukung pemerintah dengan membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia telah mampu untuk mandiri,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (22/2/2018).
Ryacudu menuturkan Kementerian Pertahanan akan terus berkomitmen untuk membangun industri pertahanan yang mandiri dan berdaya saing yang dapat memenuhi kebutuhan Alpalhankam pengguna dalam hal ini TNI. Selain itu, pemerintah memiliki visi agar Indonesia menjadi produsen alutsista alias alat utama sistem pertahanan yang mampu berkiprah di kancah Internasional.
Dia menjelaskan salah satu program pemberdayaan industri pertahanan yang sedang diintensifkan saat ini adalah Program Pengembangan Teknologi dan Industri Pertahanan (Bangtekindhan). Untuk itu, keterlibatan swasta sangat penting untuk memberikan kontribusi pada kemajuan industri.
Ryacudu menuturkan sejauh ini Pinhantanas telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam memajukan industri pertahanan di Indonesia dengan membuat terobosan-terobosan yang inovatif dalam pengembangan produk-produk alutsista yang baru guna memenuhi kebutuhan alutsista TNI didalam mendukung sistem pertahanan negara.
.
Komoditas Indonesia Akan Dibarter dengan Pesawat Sukhoi Rusia, Ini Syaratnya
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA – Indonesia dan Rusia dipastikan telah sepakat untuk imbal dagang atau barter pesawat tempur Sukhoi SU-35 dengan komoditas Tanah Air.
Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk imbal dagang menggunakan komoditas derivatif atau hasil pengolahan yang memiliki nilai tambah.
Namun tidak akan memakai komoditas mentah yang harganya murah.
“Misalnya (pakai) karet, saya tidak mau jual karet mentah. Lalu kalau crude palm oil (CPO) juga boleh, tapi derivatifnya,” ujarnya usai Seminar Quo Vadis Digital Ekonomi Indonesia, Rabu (21/2/2018).
“Saya juga menawarkan furniture dan kopi yang sudah diproses, bukan mentah,” imbuhnya.
Menurut Enggar, sapaan akrab Enggartiasto, tawaran imbal dagang menggunakan komoditas mentah cukup adil.
Pasalnya Indonesia bukan membeli onderdil pesawat dari Rusia, melainkan barang jadi yang sudah memilki nilai tambah.
“Saya sampaikan ke Rusia ini kan beli pesawat terbang, jadi saya akan negosiasi soal (memakai komoditas) yang sudah diberi nilai tambah,” terangnya.
Saat ini pemerintah dalam tahap menyiapkan kontrak imbal dagang tersebut. Rencananya Indonesia akan memberikan daftar mengenai komoditas yang dimiliki, sedangkan Rusia memilih komoditas apa saja yang dibutuhkan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto memastikan bahwa RI telah sepakat dengan Rusia terkait imbal beli atau barter pesawat tempur Sukhoi dengan komoditas Indonesia.
“Sudah (sepakat dan sudah ditandatangani),” ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (19/2/2018) lalu.
Harga pembelian 11 Sukhoi SU-35 dari Rusia mencapai 1,14 milar dolar AS atau Rp 15,3 triliun dengan kurs 1 dolar AS sama dengan Rp 13.500. (KOMPAS.com)