Menhan: Kesadaran dan Peran Warga Negara Akan Memberikan Daya Gentar Bagi Negara Lain
Jumat, 22 Desember 2017TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, menjadi pembicara utama dalam seminar nasional bela negara, dalam rangka dies natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada.
Dihadapan mahasiswa dan mahasiswi UGM, Ryamizard menyampaikan materi tentang memahami ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan kedaulatan bangsa masa kini.
Ryamizard mengajak seluruh peserta yang hadir untuk ikut merasa bangga karena ditakdirkan menjadi warga bangsa Indonesia.
“Ungkapan syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME dan Negara tersebut kita wujudkan melalui bela negara,” kata Ryamizard dalam keterangan pers yang diterima, Selasa (19/12/2017).
Menurutnya, kesadaran bela negara itu penting untuk ditanamkan kepada seluruh warga negara.
Hal tersebut menjadi dasar revolusi mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas ancaman guna mewujudkan ketahanan nasional.
Ryamizard mengatakan, kesadaran setiap warga negara yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power bangsa.
Hal tersebut menjadi dasar revolusi mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas ancaman guna mewujudkan ketahanan nasional.
Ryamizard mengatakan, kesadaran setiap warga negara yang diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power bangsa.
“Bahkan akan memberikan daya gentar atau detterence effect bagi negara lain yang ingin mencoba mengganggu kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa,” katanya.
Menurutnya, bentuk persaingan yang dinamis ini dapat berdampak terhadap perubahan sistem politik, hukum, mental dan budaya, serta penghayatan terhadap ideologi suatu bangsa.
“Tentunya kita semua tidak ingin Indonesia kalah dan gagal dalam persaingan modernisasi dan global tersebut yang pada gilirannya dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara ini, karena dalam persaingan globalisasi, yang kuat keluar sebagai pemenang dan menjadi pemimpin serta pasti akan menjajah,” katanya.
.
Menhan Ungkap 2 Ancaman yang Patut Diwaspadai Indonesia
JAKARTA – Menteri Pertahahan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menghadiri seminar nasional bela negara dies natalis ke-68 Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa (19/12/2017). Turut hadir dalam seminar tersebut Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum (Ditjen Polpum) Kemendagri, Mayjen Soedarmo dan civitas-civitas Akademika UGM.
Dalam kesempatan tersebut, Ryamizard menyinggung soal ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan kedaulatan bangsa di masa kini. Menhan menyebut ada dua jenis dimensi ancaman yang akan dihadapi oleh Ibu Pertiwi. Ancaman tersebut termasuk perang terbuka atau konvensional serta ancaman terorisme dan radikalisme.
“Perang terbuka atau konvensional antar negara saat ini mungkin saja terjadi. Meskipun, ancaman ini terbilang masih sangat kecil. Tetapi, tetap harus dipersiapkan karena sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ancaman nyata apabila keutuhan dan kedaulatan serta keselamatan bangsa dan negara terganggu dan diserang,” ujar Ryamizard dalam pidatonya.
Sedangkan, ancaman terorisme, radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, kata Ryamizard, merupakan ancaman nyata yang saat ini sedang dihadapi oleh Indonesia.
“Pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, perang siber dan intelijen serta peredaran dan penyalahgunaan narkoba harus kita waspadai,” kata Menhan.
Selain ancaman fisik tersebut, Ryamizard melanjutkan, Indonesia juga akan mengahdapi ancaman nonfisik yang dampaknya akan lebih besar. Ancaman dan tantangan tersebut berupa serangan ideologis dengan kekuatan “soft power” yang berupaya untuk merusak “mindset” dan jati diri bangsa Indonesia.
Serangan ideologis inilah, tegas dia, yang sering disebut dengan istilah perang modern atau istilah saat ini proxy war, jenis perang baru tanpa perlu berhadapan secara fisik. “Mereka melalui upaya sistemik guna melemahkan dan menghancurkan benteng ideologi suatu bangsa,” ucapnya.
Ryamizard pun menekankan guna menghadapi potensi ancaman-ancaman tersebut di atas diperlukan adanya wawasan kebangsaan yang kuat dari seluruh Rakyat Indonesia agar tidak mudah dipengaruhi dan terprovokasi oleh upaya pencucian otak dari kelompok tertentu.
Karena itu, dirinya telah mendesain strategi pertahanan negara dengan mengedepankan nilai-nilai perjuangan yang lahir dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia yaitu perjuangan yang menerapkan konsep Perang Rakyat Semesta yang didukung oleh kekuatan TNI beserta alutsistanya.
“Strategi pertahanan tersebut merupakan strategi perang khas Indonesia yang telah menghantarkan bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya, dan menjadikannya suatu negara yang sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya di dunia,” jelas Menhan.
Selain itu, Ryamizard juga menyebut kesadaran bela negara juga sangat penting dalam upaya memerangi hal tersebut selaras dengan perang melawan kemiskinan dan kebodohan. Dengan kesadaran bela negara yang tinggi, tambah dia, maka akan dihasilkan warga negara Indonesia yang mengenal jati diri dan amanahnya bagi bangsa dan negara ini.
“Dengan demikian seluruh warga negara akan berupaya untuk terus belajar dan berkarya bahu membahu untuk membangun bangsa dan negaranya,” pungkas Menhan.
Sumber: https://nasional.sindonews.com