TRANSLATE

PT Pindad dan Dirgantara Indonesia Akan Direlokasi ke Lahan Baru Seluas 10.000 Ha

Rabu, 23 Agustus 2017

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) yang masuk sektor industri strategis akan direlokasi ke satu tempat yang lokasinya terintegrasi.

Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo mencontohkan, fasilitas pabrik yang dimiliki PT Pindad di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, saat ini lokasinya tidak begitu luas untuk sebuah pabrik persenjataan.

“Ini kan tempatnya kecil, perlu direlokasi ke tempat. Ke satu lokasi yang ada pelabuhan, bandara dan sebagainya,” ujar Gatot Nurmantyo di acara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP)  di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Di kesempatan sama, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan lokasi seluas 10.000 ha yang cocok untuk dijadikan pusat pengembangan indutri strategis, termasuk untuk PT Pindad, PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia (DI).

“Saya sudah siapkan sepuluh ribu hektar untuk PT DI Pindad ada PT PAL. Nanti pindah ke situ,” katanya.

Ia menyebutkan, fasilitas pabrik Pindad saat ini hanya sekitar 30 – 40 ha di Kabupaten Bandung. Di lokasi baru, PT Pindad akan mendapatkan lahan seluas 3000 ha.

“Nanti kita kasih tiga ribut hektar, lebih gede kan.”

Di mana lokasi baru tersebut, Ryamizard Ryacudu enggan membeberkan. Ia menyebut lokasi itu sudah ada dan saat ini tengah diatur bagaimana memindahkan fasilitas produksi industri strategis tersebut ke lokasi yang baru.

 

 

 

 

.

Markas Pindad dan PT DI Bakal ‎Pindah ke Lampung

Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah tengah mendorong perkembangan industri pertahanan guna mewujudkan Indonesia sebagai salah satu negara eksportir produk-produk pertahanan atau alutsista. Dukungan ini ditunjukkan dengan merelokasi pabrik produsen alat-alat pertahanan, yakni PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia (DI), dan PT PAL.

Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan, dalam meningkatkan industri pertahanan nasional, kualitas sumber daya manusia menjadi faktor penting. Selain itu, memindahkan basis perusahaan yang selama ini memproduksi alat-alat pertahanan.

“Membenahi yang sudah tidak feasible lagi, industri seperti PT Pindad di Bandung, kan tempatnya kecil. Jadi perlu direlokasi ke lokasi yang dekat dengan pelabuhan, bandara, dan lainnya,” kata Gatot saat menghadiri Peluncuran dan Bedah Buku KKIP di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Hal ini dibenarkan Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu. Ia mengatakan, pemerintah akan merelokasi pabrik PT DI, dan Pindad dari Bandung, Jawa Barat serta PT PAL di Surabaya Jawa Timur. Lampung merupakan lokasi yang dipilih sebagai basis produksi ‎tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu.

“PT DI, PAL, Pindad nanti pindah dari situ (Bandung dan Surabaya). Setelah ini saya mau ke Lampung untuk melihat,” tutur Ryamizard.

‎Menurutnya, pemerintah sedang mencari tanah atau lahan di Lampung seluas 10 ribu hektare (ha). Pemerintah akan memberikan lahan ribuan ha kepada tiga BUMN tersebut untuk meningkatkan produksi dalam rangka pengembangan industri pertahanan nasional.

“Kalau lahan sudah didapat 10 ribu ha, bah‎kan kalau lebih dari itu lebih bagus. Karena sekarang kan Pindad luasnya cuma 26 ha sampai 40 ha, tapi nanti kita kasih sekitar 3 ribu ha. Lebih besar kan,” jelasnya.

Menhan mengaku, rencana relokasi pabrik Pindad, PAL, dan PT DI masih dalam proses. Targetnya segera, dan relokasi ini akan dibiayai dari anggaran negara.

“Ini masih proses, butuh waktu 2-3 tahun, tapi kita harap bisa secepatnya. Untuk anggaran belum tahu, yang pasti dari negara. Karena kalau lima tahun lagi (realisasi pemindahan), tidak akan ada lagi tanahnya, jadi harus cepat,” pungkas Ryamizard.

.

Menhan Minta BUMN Strategis Tak Lambat Garap Order Alutsista

Liputan6.com, Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan), Ryamizard Ryacudu meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis, seperti PT PAL, PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, PT Dahana untuk serius menggarap pengadaan alat utama sistem kesenjataan (alutsista) dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Harapannya jangan ada lagi keterlambatan penyelesaian alutsista.

“Ini adalah kebijakan yang harus dilaksanakan. Kalau yang lalu-lalu kurang baik, lambat, ke depan tidak boleh lagi seperti itu. Jangan terlambat lagi,” tegas Ryamizard usai membuka Peluncuran dan Bedah Buku KKIP di kantornya, Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Saat ini adalah momentum bagi BUMN industri strategis untuk memenuhi pesanan-pesanan alutsista dari Kemenhan, TNI dan Polri. Ryamizard tak segan-segan untuk mengingatkan BUMN untuk menyelesaikan order tepat waktu.

“Kita ingatkan dulu, kan saya sering kumpulkan BUMN. Mari kita bekerja sama dengan baik karena ini untuk bangsa dan negara,” paparnya.

Kemenhan, lanjut Ryamizard juga telah menggandeng pemangku kepentingan lain, seperti perguruan tinggi untuk mendorong industri pertahanan di dalam negeri.

“Kita harus mendukung industri pertahanan. Perguruan Tinggi diajak kerja sama bikin drone, kapal selam tanpa awak, dan lainnya,” tegasnya.

.

Pemerintah Siapkan 10.000 Hektar Lahan untuk Industri Pertahanan

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah terus berupaya mengembangkan industri pertahanan nasional. Menteri PertahananRyamizard Ryacudu mengatakan, pihaknya saat ini telah menyiapkan lahan untuk membangun sentra industri pertahanan.

“Saya sudah siapkan 10.000 hektare untuk PT DI (Dirgantara Indonesia), PT PAL (Penataran Angkatan Laut), PT Pindad (Perindustrian Angkatan Darat),” kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (23/8/2017).

Namun, Ryamizard enggan menyebutkan lokasi lahan yang sudah disiapkannya.

“Lokasi masih rahasia. Setelah ini saya ke Lampung lihat (lokasi),” tambah dia.

Menurut Ryamizard, PT Pindad saat ini memiliki lahan sekitar 26 sampai 40 hektar. Rencananya, akan ditambah menjadi 3000 hektar agar lebih luas.

Terkait anggaran, ia mengaku belum bisa menjelaskan. Namun yang terpenting saat ini, lanjut Ryamizard, pihkanya fokus pada penyiapan lahannya terlebih dahulu. Jika tidak disiapkan sejak saat ini, nantinya akan sulit mendapatkan lahan.

“(Anggaran) belum tahu. Saya siapkan dulu lah. kalau 5 tahun lagi enggak akan bisa, karena enggak ada tempat lagi. (Siapkan) anahnya dulu,” kata dia.

Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyampaikan, TNI sebagai pengguna alutsista menilai bahwa industri pertahanan Indonesia saat ini cukup baik. Namun, masih perlu perbaikan dan pengembangan.

Ia juga mengakui bahwa upaya tersebut tidak dapat dilakukan secara instan.

“Industri strategis ini bertahap tidak bisa langsung, kita alih teknologi sebagainya. Tapi kemajuan juga pesat, contohnya kapal selam, pesawat tempur juga kita sudah mulai, radar (juga sudah),” ucap Gatot.

Gatot berharap, Indonesia ke depan bisa mandiri dalam pengadaan kebutuhan alutsista dan tidak perlu bergantung pada negara lain.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia