Menhan Beri Kuliah Umum Bela Negara di Universitas Trunojoyo Madura
Selasa, 22 Agustus 2017TRIBUNNEWS.COM, MADURA – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memberikan kuliah umum Bela Negara kepada mahasiswa dan dosen Universitas Trunojoyo, Madura, Jawa Timur.
Kuliah umum ini dapat memberikan bekal pengetahuan sekaligus membangun kesamaan berpikir dan cara pandang di dalam mewujudkan komitmen bersama untuk membela, membangun dan mewujudkan cita cita nasional Indonesia.
“Sejak proklamasi 17 Agustus 1945 bangsa kita tidak terlepas dari berbagai persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional karena dalam perjalanan sejarahnya, NKRI mengalami pasang surut dalam menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat,” ujar Menhan, Senin (21/8/2017),
Dalam merumuskan Strategi Pertahanan Negara, kata dia, Kemhan selalu mengacu pada kondisi aktual potensi ancaman Negara masa kini dan masa yang akan datang. Dari Penentuan Definisi Persepsi Ancaman tersebut,
Menhan Kemudian merumuskan dan menetapkan kebijakan Pertahanan Negara yang pelaksanaannya akan melibatkan semua komponen Bangsa dengan rumusan siapa berbuat apa.
Termasuk didalamnya merumuskan kebijakan (politik) penggunaan kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) beserta Alutsistanya sebagai Komponen Utama yang didukung oleh Sumber Daya Nasional lainnya sebagai Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung, yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama.
“Masih segar dalam ingatan saya pernyataan dari Presiden kelima Indonesia, ibu Megawati Soekarnoputri yang menggetarkan hati tahun 2004 saat beliau berkunjung ke Papua yang menyatakan “ Seribu kali pejabat Gubernur di Papua diganti, Papua tetap disana, seribu kali pejabat daerah dan Bupati Papua diganti Papua tetap disana, tetapi satu kali TNI dan Polri ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka,” bebernya.
Hal Ini merupakan refleksi betapa pentingnya dukungan segenap komponen bangsa terhadap TNI dan Polri sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
“Kesadaran Bela negara untuk memperkuat jati diri dan memperkuat persatuan Nasional merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi khususnya Bagi bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan telah bertekad untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan Kemerdekaan, serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Mantan KSAD era Presiden Megawati ini melanjutkan, ending state dari konsep Kesadaran Bela Negara ini pada prinsipnya adalah untuk dapat membangun karakter anak bangsa Indonesia yang disiplin, optimisme, taat hukum, bekerja keras untuk negara dan bangsanya, melaksanakan perintah Tuhan sesuai agamanya masing-masing, kerja sama dan kepemimpinan didalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
“Sebagaimana kita rasakan bersama, ancaman nyata sudah sangat kita rasakan sedang dan akan terus mengancam Bangsa dan Negara ini. Semakin meningkatnya peredaran dan penyalahgunaan Narkoba, paham radikal dan terorisme, perang cyber dan ancaman lainnya, merupakan bagian dari ancaman nyata yang disinyalir telah memasuki dunia kampus di Indonesia dengan membidik kaum intelektual, termasuk para mahasiswa baru,” ungkapnya.
Khusus mengenai terorisme dan radikalisme, Ryamizard menekankan bahwa semua agama tidak pernah mengajarkan terorisme dan radikalisme, dan tidak ada hubungannya terorisme dengan agama manapun.
“Perlu kita pahami bersama bahwa ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang merugikan, tetapi justru serangan propaganda Ideologi yang secara massif dapat mempengaruhi pola pikir dan pandangan masyarakat,” ungkapnya.
Serangan ideologis itulah yang lebih berbahaya. Pengaruh propaganda dan agitasi yang bernuansa kekerasan, permusuhan, penghasutan dan ajakan untuk bergabung dengan kelompok teroris ini telah banyak menyasar berbagai kalangan masyarakat dan profesi yang bertujuan untuk menghancurkan jiwa dan Ideologi bangsa yang pada akhirnya akan bermuara pada kehancuran Persatuan dan Kesatuan Nasional bangsa Indonesia.
“Pemerintah saat ini sedang merevisi Undang-Undang Penanggulangan Terorisme. Terlepas dari pro dan kontra terhadap rencana revisi tersebut, hal yang perlu kita sadari bersama bahwa Undang-Undang Terorisme hanya merupakan aspek pendukung dalam Penanganan aksi terorisme dan radikalisme,” terangnya.
Namun hal yang lebih penting dari semua upaya pencegahan maupun penanggulannya adalah bagaimana caranya agar akar permasalahan dari terorisme dan radikalisme tersebut dapat diselesaikan dengan tuntas.
“Cara yang paling efektif dan ampuh adalah melalui semangat dan Kesadaran Bela Negara serta penanaman nilai-nilai luhur idiologi Pancasila,” pungkasnya.
.
Menhan Teringat Pesan Megawati soal Bela Negara
VIVA.co.id – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengingatkan pentingnya kesadaran bela negara untuk memperkuat persatuan nasional. Ia tak bosan memberikan bekal pemahaman bela negara ke beberapa daerah seperti di Madura, Jawa Timur.
Dalam kuliah umum, Ryamizard menyampaikan pentingnya bela negara kepada mahasiswa dan dosen Universitas Trunojoyo, Madura, Jawa Timur. Mantan kepala staf TNI AD itu mengambil pesan Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri ketika melakukan kunjungan kepala negara ke Papua.
“Masih segar ingatan saya pernyataan Ibu Megawati Soekarnoputri yang menggetarkan hati tahun 2004 saat beliau berkunjung ke Papua yang menyatakan ‘Seribu kali pejabat gubernur di Papua diganti, Papua tetap di sana. Seribu kali pejabat daerah dan bupati Papua diganti Papua tetap di sana, tetapi satu kali TNI dan Polri ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka,” kata Ryamizard dalam keterangannya yang diterima VIVA.co.id, Senin, 21 Agustus 2017.
Dia menjelaskan, kesadaran bela negara merefleksikan pentingnya dukungan segenap komponen bangsa terhadap peran TNI dan Polri. Selain persatuan nasional, kesadaran bela negara sebagai cara membentuk jati diri.
“Kesadaran bela negara untuk memperkuat jati diri dan memperkuat persatuan nasional merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi khususnya bagi bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat,” lanjutnya.
Bagi Ryamizard, konsep kesadaran bela negara pada prinsipnya dapat membangun karakter anak bangsa Indonesia yang disiplin, optimistis, dan taat hukum. Kemudian, mengamalkan bekerja keras demi negara dan bangsanya.
Kondisi saat ini, menurut dia, sudah terdapat ancaman nyata terhadap negara. Beberapa persoalan seperti penyalahgunaan narkoba, paham radikal, hingga terorisme menjadi contohnya.
“Sebagaimana kita rasakan bersama, ancaman nyata sudah sangat kita rasakan sedang dan akan terus mengancam bangsa dan negara ini. Semakin meningkatnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba, paham radikal, serta terorisme, perangcyber dan ancaman lainnya,” jelasnya.
Ryamizard melihat ancaman nyata ini menyasar kaum intelektual yang berada di kampus-kampus.
“Ancaman nyata yang disinyalir telah memasuki dunia kampus di Indonesia dengan membidik kaum intelektual, termasuk para mahasiswa baru,” ungkapnya.
Terkait terorisme dan radikalisme, Ryamizard menekankan semua agama tak pernah mengajarkan dua paham tersebut. Dia mengatakan, tak ada hubungannya terorisme dengan agama mana pun.
“Perlu kita pahami bersama bahwa ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang merugikan, tetapi justru serangan propaganda ideologi,” tuturnya.
.
Hadapi Serangan Ideologi, Menhan Jelaskan Pentingnya Pancasila
Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan pentingnya untuk memperkuat identitas bangsa dalam menghadapi globalisasi dan modernisasi. Salah satu caranya lewat penguatan kesadaran bela negara dan penanaman nilai-nilai Pancasila.
Halitu disampaikan Ryamizard saat menyampaikan kuliah umum tentang bela negara di Universitas Trunojoyo, Madura, Jawa Timur. Di hadapan mahasiswa dan para dosen, Ryamizard mengatakan kesadaran bela negara penting untuk memperkuat jati diri bangda dan persatuan.
“Sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Khususnya bagi bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan telah bertekad untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan, serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,” ucap Ryamizard, dalam keterangan tertulisnya, Senin (21/8/2017).
Dia menjelaskan, di era globalisasi, Indonesia menghadapi berbagai ancaman baik fisik dan non-fisik. Ancaman non-fisik disebutnya lebih besar dan mengancam ideologi negara yakni Pancasila. Hal itu akan berpengaruh pada keutuhan dan ketahanan nasional.
“Ancaman dan tantangan tersebut berupa serangan ideologis dengan kekuatan soft power yang berupaya untuk merusak mindset dan jati diri bangsa Indonesia melalui pengaruh kehidupan ideologi asing yang beraliran materialisme. Idelogi berbasis Materialisme yang saya identifikasi berpotensi mengancam keutuhan Ideologi Pancasila di sini adalah ideologi liberalisme, komunisme, sosialisme dan radikalime agama,” jelasnya.
Untuk menghadapi serangan ideologis tersebut, Ryamizard mengatakan pentingnya implementasi nilai Pancasila lewat program kesadaran bela negara.
“Ideologi Pancasila ini merupakan satu-satunya Ideologi dunia yang berbasiskan Filsafat Idealisme. Nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi Idealisme tidak akan pernah berubah sejak dulu sekarang dan yang akan datang. Konsep idealisme Pancasila Inilah yang paling ampuh di dalam mencegah masuknya pengaruh-pengaruh ideologi materialisme,” kata Ryamizard.
Menutup kuliah umum, Ryamizard berpesan kepada para mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan.
“Sebagai mahasiwa yang nantinya dibentuk untuk menjadi manusia Indonesia yang berpikir rasional dan intuitif, Kalian harus mampu memilih dan memilah mana yang harus diterima dan mana yang harus ditolak. Jadikan Pancasila dan kesadaran bela negara sebagai standar dan landasan karakter dalam mengambil suatu sikap dan keputusan,” ucapnya.
Sumber: https://news.detik.com
.
Beri Kuliah di Universitas Trunojoyo, Menhan Ajak Perkuat Jati Diri
JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memberikan kuliah umum Bela Negara kepada mahasiswa dan dosen Universitas Trunojoyo, Madura, Jawa Timur, Senin (21/8/2017).
Kuliah umum diberikan Menhan untuk bekal pengetahuan sekaligus membangun kesamaan berpikir dan cara pandang dalam mewujudkan komitmen bersama membela dan mewujudkan cita-cita nasional Indonesia.
Menurut dia, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, Indonesia tidak terlepas dari berbagai persoalan yang berkaitan dengan ketahanan nasional.
“NKRI mengalami pasang surut dalam menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup sebagai sebuah bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat,” katanya, Senin (21/8/2017).
Dalam merumuskan Strategi Pertahanan Negara, kata dia, Kemhan mengacu pada kondisi aktual potensi ancaman negara masa kini dan masa mendatang. Dari penentuan definisi persepsi ancaman tersebut, Menhan merumuskan dan menetapkan kebijakan pertahanan negara yang pelaksanaannya melibatkan semua komponen bangsa.
Termasuk di dalamnya merumuskan kebijakan (politik) penggunaan kekuatan TNI beserta alat utama sistem persenjataan (alutsista) sebagai komponen utama yang didukung oleh sumber daya nasional lainnya sebagai komponen cadangan dan klomponen pendukung.
Komponen tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama. “Masih segar dalam ingatan saya pernyataan dari Presiden kelima Indonesia, Ibu Megawati Soekarnoputri yang menggetarkan hati tahun 2004 saat beliau berkunjung ke Papua yang menyatakan seribu kali pejabat gubernur di Papua diganti, Papua tetap di sana, seribu kali pejabat daerah dan bupati Papua diganti Papua tetap di sana, tetapi satu kali TNI dan Polri ditarik dari tanah Papua, besok Papua merdeka,” tuturnya seperti dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.
Menurut dia, hal tersebut merupakan refleksi betapa pentingnya dukungan segenap komponen bangsa terhadap TNI dan Polri sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Dia menegaskan kesadaran bela negara untuk memperkuat jati diri dan memperkuat persatuan nasional merupakan keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Khususnya, lanjut dia, bagi bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan telah bertekad untuk membela, mempertahankan, dan menegakkan Kemerdekaan, serta kedaulatan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini melanjutkan, ending state dari konsep kesadaran bela negara pada prinsipnya adalah untuk dapat membangun karakter anak bangsa Indonesia yang disiplin, optimistis, taat hukum, bekerja keras untuk negara dan bangsanya, melaksanakan perintah Tuhan sesuai agamanya masing-masing, kerja sama dan kepemimpinan di dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Dia menilai ancaman nyata sudah sangat terasa, antara lain meningkatnya peredaran dan penyalahgunaan narkoba, paham radikal dan terorisme, perang cyber dan ancaman lainnya.
Khusus terorisme dan radikalisme, Ryamizard menegaskan semua agama tidak pernah mengajarkan terorisme dan radikalisme, dan tidak ada hubungan terorisme dengan agama apa pun.
“Ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang merugikan, tetapi justru serangan propaganda Ideologi yang secara masif dapat mempengaruhi pola pikir dan pandangan masyarakat,” ungkapnya.
Menurut dia, serangan ideologis lebih berbahaya. Pengaruh propaganda dan agitasi bernuansa kekerasan, permusuhan, penghasutan dan ajakan untuk bergabung dengan kelompok teroris banyak menyasar berbagai kalangan masyarakat dan profesi yang bertujuan menghancurkan jiwa dan ideologi bangsa.
Kondisi tersebut dikatakannya akan bermuara pada kehancuran Persatuan dan Kesatuan Nasional bangsa Indonesia. “Pemerintah saat ini sedang merevisi Undang-Undang Penanggulangan Terorisme. Terlepas dari pro dan kontra terhadap rencana revisi tersebut, hal yang perlu kita sadari bersama bahwa Undang-Undang Terorisme hanya merupakan aspek pendukung dalam Penanganan aksi terorisme dan radikalisme,” tuturnya.
Hal lebih penting dari semua upaya pencegahan maupun penanggulannya, kata dia, mencari cara agar akar permasalahan dari terorisme dan radikalisme dapat diselesaikan dengan tuntas.
Sumber: https://nasional.sindonews.com