2022, Indonesia Resmi Punya ‘Tentara’ Penjaga Wilayah Udara
Selasa, 22 Agustus 2017VIVA.co.id – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menyatakan pesawat tanpa awak MALE atau Medium Altitude Long Endurance, sudah dalam tahap produksi pada 2022.
Oleh karena itu, MALE akan memasuki tahap purwarupa (prototype) di tahun depan. Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo mengatakan, program pengembangan drone MALE ini sebenarnya sudah dimulai sejak 2015.
Kemudian, pada tahun berikutnya, tahapan preliminary design (gambar), tahun ini memasuki tahap detail design (perancangan), serta pada 2019 proses integrasi,ground check dan uji terbang.
Periode 2020-2021, lanjut Wahyu, akan menjadi tahapan proses sertifikasi, sehingga diharapkan pada 2022, Indonesia resmi memiliki drone buatan anak bangsa.
“MALE merupakan drone yang diciptakan BPPT untuk mengawasi wilayah kedaulatan Indonesia. Pendanaan riset dibantu Kementerian Pertahanan,” kata Wahyu, di Jakarta, Senin, 21 Agustus 2017.
Ia menyebut keunggulan MALE adalah mampu terbang dalam waktu 24 jam dan jangkauan jelajah operasi lima ribu kilometer tanpa henti pada ketinggian di atas 15 ribu kaki.
Berat MALE sekitar 1,3 ton ketika terbang dari landasan, dengan panjang sayap sekitar 18 meter serta berbahan bakar avtur.
Wahyu menambahkan, drone MALE memiliki banyak keuntungan, seperti lebih ekonomis dan meminimalisasi risiko, terutama menyangkut jiwa.
.
Indonesia Bikin Drone 24 Jam untuk Awasi Kawasan Perbatasan
KOMPAS.com – Indonesia mengembangkan pesawat tanpa awak (drone) Medium Altitude Long Endurance untuk mengawasi kawasan perbatasan. Pengembangan telah dimulai tahun 2015 dan ditargetkan bisa memasuki tahap produksi pada 2022.
Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Wahyu Pandoe mengungkapkan, pengembangan drone bertujuan mengurangi ketergantungan alat pengawasan pada produk luar negeri. “Selama ini ketergantungan kita tinggi,” katanya.
Pengembangan akan dilakukan lewat kerjasama antara BPPT, Kementerian Pertahanan, PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, dan Institut Teknologi Bandung. Total biaya proyek drone tersebut mencapai Rp 90 miliar, berasal dari BPPT dan Kemenhan.
Dibanding dengan drone Alap-alap dan Sriti yang telah dikembangkan sebelumnya, MALE punya kelebihan. “Ini bisa terbang 24 jam hingga ketinggian lebih dari 15.000 kaki,” kata Bona P Fitrikananda, Manager Program Pesawat Terbang Tanpa Awak di PT Dirgantara Indonesia.
MALE bakal dirancang untuk mampu membawa muatan hingga 300 kg. sejumlah sensor dan perangkat yang bakal dipasang nantinya adalah kamera, sensor inframerah, Synthetic Aperture Radar (SAR), signal dan electronic intelligent.
“Kita harapkan pemantauan kawasan perbatasan nanti bisa tercover. Dengan inferamerah kita bisa melihat apa yang terjadi di bawah. Katakanlah ada oknum yang bersembunyi, nanti bisa terlihat<” ujar Bona dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (21/8/2017).
Ditargetkan, nantinya akan ada 11 pangkalan untuk mengontrol drone MALE, tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Bona mengatakan, saat tiba fase produksi nanti, Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai 75-80 persen.
.
2022, Indonesia akan Punya Drone Canggih Buatan Dalam Negeri
TEMPO.CO, Jakarta – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan Indonesia memiliki pesawat nir awak atau drone mata-mata ketahanan tinggi buatan dalam negeri pada 2022. Hal tersebut sesuai dengan target Program Pengembangan Drone Medium Altitude Long Endurance (MALE) Nasional yang saat ini sedang dikembangkan.
Program pengembangan Drone MALE ini akan dilakukan sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia dan dilakukan di dalam negeri dengan segala sumberdaya yang ada. Untuk merealisasikannya, BPPT membentuk konsorsium dengan Kementerian Pertahanan dan TNI AU sebagai pengguna, ITB sebagai mitra perguruan tinggi, PT Dirgantara Indonesia sebagai mitra industri pembuatan pesawat, serta PT LEN Persero yang akan mengembangkan sistem kendali dan muatan