TRANSLATE

Kementerian Pertahanan Fokuskan Pembuatan Kapal Selam di Dalam Negeri

Rabu, 16 Agustus 2017

JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Pertahanan memprioritaskan pengembangan teknologi kapal selam buatan dalam negeri.

Hal itu sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo bahwa industri pertahanan dalam negeri harus mandiri.

“Yang prioritas memang ada beberapa poin. Bahwa kami sedang mengembangkan teknologi kapal selam. Dan ini juga kapal selam yang ketiga dibangun di PT PAL,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksamana Madya Widodo usai membuka pameran produk industri pertahanan di Lapangan Bhineka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Minggu (13/8/2017).

Pengembangan kapal selam sebagai prioritas ini merupakan lanjutan kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah membuat kapal selam KRI Nagapasa 403.

Dikutip dari Harian Kompas, penamaan dan serah terima kapal selam tersebut dilakukan di dermaga Okpo, Korea Selatan, Rabu (2/8/2017) lalu.

Serah terima Nagapasa 403 itu dilakukan CEO & Presiden Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd, Jung Song-leep dan Menhan Ryamizard Ryacudu.

Hadir pula Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi, Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Supandi, Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didit Herdiawan, dan Ketua Pelaksana Komite Kebijakan Industri Pertahanan Sumardjono.

KRI Nagapasa 403 adalah kapal selam pertama yang diterima Indonesia dari tiga kapal selam yang dipesan.

Menurut rencana, dua kapal dibuat di pabrik DSME, sedangkan satu kapal terakhir dibuat di Indonesia (PT PAL) sehingga diharapkan terjadi transfer teknologi.

Pembuatan kapal selam ketiga di PT PAL juga dapat disebut sebagai produksi bersama. “Selanjutnya nanti juga mudah-mudahan pemerintah juga men-support itu untuk kita bisa mandiri,” kata Widodo.

Selain teknologi kapal selam, lanjut Widodo, industri pertahanan dalam negeri juga akan fokus dalam pembuatan peluru kendali, tank berukuran sedang dan roket yang telah menjadi program nasional.

“Itu semua juga kami kembangkan agar tidak tergantung lagi oleh negara lain khususnya peluru kendali ini,” ucap Widodo.

.

Kemhan Siapkan Kapal Selam Bersenjata Monster Bawah Laut

Jakarta, CNN Indonesia Kementerian Pertahanan menyatakan sedang fokus pada pembangunan kapal selam sebagai penyokong alat utama sistem persenjataan (alutsista) Republik Indonesia.

“Kami sedang mengembangkan teknologi kapal selam, itu merupakan prioritas. Ini kapal selam ketiga yang dibangun di PT PAL. Mudah-mudahan pemerintah juga mendukung itu agar kami bisa mandiri,” kata Sekretaris Jenderal Kemhan Laksamana Madya Widodo pada Pameran Alutsista Industri Pertahanan di Lapangan Bhinneka Tunggal Ika Kemhan, Jakarta, Minggu (13/8).

Kapal selam yang dimaksud yaitu KRI Nagapasa 403 hasil kerjasama RI dengan Korea Selatan. Widodo mengatakan, alutsista itu diperkirakan tiba di Surabaya pada 28 Agustus 2017. Kapal selam ini dilengkapi dengan senjata Torpedo dan Black Shark.Torpedo adalah senjata bawah air mematikan yang bisa diluncurkan dari kapal selam, kapal permukaan, pesawat udara, dan helikopter. Sedangkan Black Shark disebut-sebut sebagai monster bawah laut, adalah wujud dari torpedo canggih di kelas kaliber 533 mm.

Widodo menambahkan, kedua senjata ini disesuaikan dengan konfigurasi kapal selam dan spesifikasi teknis yang dibutuhkan TNI Angkatan Laut.

Kapal tersebut merupakan salah satu dari tiga kapal selam yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan dengan menyertakan transfer teknologi. Armada ini juga dilengkapi peluru kendali antikapal permukaan. Hal itu merupakan modernisasi kapal selam TNI Angkatan Laut.

Selain kapal selam, Kemenhan juga menyatakan sedang mengembangkan alutsista lain seperti peluru kendali, medium tank, propellan, dan roket radar yang diproduksi secara mandiri oleh industri pertahanan dalam negeri.

“Karya industri pertahanan ini patut dihargai dan perdayakan untuk mewujudkan TNI yang unggul dengan kemandirian. Produk-produk yang dipamerkan ini merupakan bukti kemandirian untuk tidak tergantung dari pihak asing,” kata Widodo.

Pameran dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-72 ini, sejumlah produk industri pertahanan dalam negeri dipertunjukkan koleksi terbaiknya. Alutsista yang dipamerkan di antaranya buatan PT Pindad, PT PAL Indonesia, dan PT Dirgantara Indonesia maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) lain.

.

Dilengkapi Torpedo Paling Canggih, KRI Nagapasa 403 Segera Tiba

jpnn.com, JAKARTA – TNI AL membutuhkan 12 kapal selam, sesuai Minimum Essential Force (MEF). Dua di antaranya sudah dan sedang dibangun produsen kapal perang dari Korea Selatan (Korsel) Daewoo Shipbuilding and Marine Engginering (DSME).

Sedangkan sepuluh lainya bakal dikerjakan PT PAL Indonesia. Kementerian Pertahanan (Kemhan) optimistis, BUMN itu mampu membuat kapal selam untuk menambah kekuatan matra angkatan laut.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Laksamana Madya TNI Widodo menuturkan, instansinya terus berupaya memaksimalkan potensi dalam negeri.

Salah satunya melalui kesepakatan transfer of technology (ToT) dalam kontrak jual beli kapal selam dengan DSME.

“Untuk mengembangkan industri pertahanan dalam negeri,” ungkapnya kemarin (13/8). Pada tahap awal, Kemhan mempercayakan PT PAL membangun satu dari total tiga pengadaan kapal selam dari DSME.

Guna menuntaskan tugas tersebut, BUMN yang bermarkas di Surabaya itu bakal dipandu oleh DSME. Selanjutnya, Kemhan berniat menugaskan mereka membangun sembilan kapal selam lainnya.

“Mudah-mudahan 2019 kemandirian industri pertahanan sudah bisa diraih,” jelas Widodo. Dengan modal ToT serta dukungan pemerintah, mereka yakin PT PAL sanggup memenuhi kebutuhan TNI AL. Sesuai kerja sama dengan DSME, kapal selam yang dibangun adalah Chang Bogo Class.

Dua hari lalu (12/8) kapal selam pertama yang sudah tuntas dibangun oleh DSME bertolak dari Korsel. Kapal selam yang diberi nama KRI Nagapasa 403 dijadwalkan sudah merapat di markas Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Timur (Koarmatim) pada Senin (28/8).

Meski kedatangan Nagapasa sempat tertunda, Kemhan tetap menyambut baik. “Nanti langsung diterima di Surabaya,” ucap perwira tinggi TNI AL dengan tiga bintang di pundak itu.

Nagapasa bukan hanya menambah kekuatan Satuan Kapal Selam (Satkalsel) Koarmatim. Melainkan juga melengkapi KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402 yang sudah bertugas sejak Perang Dunia II itu.

Agar dapat beroperasi secara optimal, Kemhan sudah memesan senjata untuk Nagapasa. “Mudah-mudahan di 2017 ini sudah datang senjatanya,” tutur Widodo.

Senjata yang dia maksud adalah torpedo black shark 533 mili meter buatan Whitehead Sistemi Subacquei (WASS), Italia. Torpedo paling canggih di kelasnya.

Menurut Widodo, torpedo black shark 533 mili meter sangat cocok untuk Nagapasa. Juga sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi teknis yang diserahkan TNI AL kepada Kemhan.

Lalu jika Nagapasa dijadwalkan tiba di tanah air akhir bulan ini, kapan torpedo tersebut terpasang di delapan tabung peluncur kapal selam generasi terbaru itu? “Paling lambat November atau Desember tahun ini,” jawab pejabat kelahiran Malang tersebut.

Dengan begitu, kapal selam yang diawaki 41 prajurit TNI AL tersebut sudah bisa beroperasi dengan kekuatan penuh tahun depan. Sejalan dengan itu, Kemhan bersama TNI juga terus mengembangkan pangkalan kapal selam.

Tujuannya tidak lain agar alat utama sistem persenjataan (alutsista) andalanTNI AL tidak hanya bermarkas di Surabaya.

“Ada beberapa titik yang dikembangkan,” ucap Widodo. Di antaranya di Palu, Sulawesi Tengah dan Natuna, Kepulauan Riau.

Alumnus Akademi Angkatan Laut (AAL) 1983 itu itu menyebutkan, ke depan setiap Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) dilengkapi pangkalan kapal selam. “Paling tidak ada home base kapal selam,” imbuhnya.

Senada, Kepala Badan Sarana Pertahanan(Kabaranahan) Kemhan Laksamana Muda TNI Leonardi optimistis dengan kedatangan Nagapasa.

Dia yakin kapal selam tersebut mampu bertahan seperti KRI Cakra 401 dan KRI Nanggala 402. “Teknologi tinggi, barang mahal, kami berharap nggak ada kendala,” kata dia.

.

Indonesia Beli Sistem Persenjataan Kapal Selam dari Italia

Metrotvnews.com, Jakarta: Indonesia akan membeli sistem persenjataan kapal selam dari Italia. Persenjataan itu untuk melengkapi  kapal selam KRI Nagapasa 403 yang dibeli dari Korea Selatan.
 
Sekretaris Jendral (Sekjen) Kementerian Pertahanan, Laksamana Madya Widodo, mengatakan, KRI Nagapasa  akan tiba di tanah air akhir bulan Agustus 2017. Namun, kapal selam canggih tersebut belum dilengkapi sistem persenjataan.
 
Sistem persenjataan KRI Nagapasa akan dipesan dari Italia. Salah satunya, rudal luncur torpedo.  “Senjata torpedo black shark, jadi mungkin mudah-mudahan tahun ini bisa masuk,” kata Widodo di Lapangan Bhineka Tunggal Ika, Kemhan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Minggu 13 Agustus 2017.
 
Senjata Black Shark Torpedo jenis torpedo kelas berat. Diproduksi oleh Whitehead Sistemi Subacquei (WASS), Finmeccanica Company, Italia. Torpedo ini dijuluki sebagai monster laut yang diberi label IF21.

Widodo mengatakan, jenis black shrak dipilih karena memiliki spesifikasi yang paling cocok dengan KRI Nagapasa. Meskipun kapal selam ini didesain untuk segala macam senjata. Black Shark pun dinilai cocok dengan kebutuhan operasional TNI AL.

Kemhan menargetkan bulan November atau Desember 2017, black shark torpedo sudah tiba di tanah air. Menyusul pasangannya KRI Nagapasa yang lebih dulu tiba sekitar akhir bulan ini.

Sementara untuk tenaga energinya, KRI Nagapasa menggunakan tenaga baterai. Kemhan sedang mengembangkan baterai untuk kapal selama ini bisa diproduksi didalam negeri.

“Kita juga lagi kembangkan baterainya kita buat dari dalam negeri, khusus untuk baterai kapal selam ini,” pungkasnya.

KRI Nagapasa-403 adalah kapal selam yang dilengkapi dengan peluncur torpedo 533 mm. Kapal selam ini pun dilengkapi peluru kendali anti-kapal permukaan dan merupakan bagian dari modernisasi kapal selam TNI Angkatan Laut.

Adapun, penamaan Nagapasa sendiri  diambil dari anak panah Indrajit yang dahsyat. Dengan harapan diyakini akan mampu melaksanakan tugas dan fungsinya dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI.
 
KRI Nagapasa-403 satu dari tiga kapal selam yang dibangun di galangan Kapal Selam Diesel Elektrik (DSME), Pulau Geoje, Korea Selatan. Dengan kesepakatan kontrak, dua unit diselesaikan di DSME dan satu kapal lainnya diselesaikan di PT PAL. Kapal selam ini berbobot 1400 ton, memilki panjang 61.3 meter dan lebar 7,6 meter dengan kecepatan 21 knot di bawah air.
 
Kapal selam DSME209 produksi DSME ini merupakan kapal selam dengan Latest Combat System, Enhanced Operating System, Non-hull Penetrating Mast and Comfortable Accommodation, serta dilengkapi dengan peluncur torpedo yang mampu meluncurkan torpedo 533 mm dan peluru kendali anti kapal permukaan yang merupakan modernisasi armada kapal selam TNI Angkatan Laut.
 
Perjalanan panjang pembangunan Kapal Selam Diesel Elektrik DSME 209 ini meliputi kegiatan steel cutting KRI Nagapasa-403 pada 3 Desember 2013, keel laying pada 9 April 2015, serta peluncuran pada 24 Maret 2016 yang kemudian dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan sea trial serta pelatihan awak KRI Nagapasa-403 selama satu tahun.
 
Pada peresmiannya, 2 Agustus lalu oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Korea Selatan juga dilaksanakan pengukuhan Komandan yaitu Letkol Laut (P) Hari Setyawan dan pengawak KRI Nagapasa -403.
 
Kepada komandan kapal dan para pengawak KRI Nagapasa-403, Menhan menekankan agar kapal selam ini dapat dirawat dengan penuh tanggung jawab dengan memahami betul pengoperasian kapal secara tepat.
 
TNI AL juga diminta mengadakan latihan terus menerus, bertahap dan berlanjut guna meningkatkan profesionalisme pengawak KRI Nagapasa-403.
.

Kapal selam KRI Nagapasa-403 berlabuh di Surabaya akhir Agustus 2017

Merdeka.com – Pemerintah Indonesia telah membeli dua buah kapal selam dari Korea Selatan. Ini untuk memenuhi kebutuhan kapal selam di Indonesia sebanyak 12 unit. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Laksamana Madya Widodo mengatakan kapal selam itu rencananya tiba di tanah air pada 28 Agustus.

“Estimasi tanggal 28 Agustus ini. Langsung di Surabaya, sementara langsung Surabaya,” kata Widodo di lapangan Bhineka Tunggal Ika Kemenhan, Jakarta Pusat, Minggu (13/8).

Kapal selam itu dilengkapi senjata pertahanan yang diimpor dari Italia. Mulai dari torpedo dan black Shark.

“Untuk senjata jadi khusus kapal selam ini dari Italia kemudian untuk baterainya kita upayakan nanti. Kita juga lagi kembangkan baterai, kita buat dari dalam negeri, khusus untuk baterai kapal selam ini,” ujarnya.

Widodo menambahkan, persenjataan untuk kapal selam itu sudah didesain khusus sesuai dengan spesifikasi dari TNI Angkatan Laut. “Spesifikasi teknis dan operation requirementnya sehingga senjata. Tadi itu memang cocok untuk kebutuhan operasionalnya TNI AL maupun TNI,” ucapnya.

Untuk diketahui, pemerintah harus menggelontorkan dana sekitar Rp 2,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan kapal selam Indonesia sebanyak 12 buah. Dalam kerja sama ini, pemerintah akan membeli dua kapal selam dari Korea Selatan. Selanjutnya untuk 10 selanjutnya, alutsista tersebut akan dibuat sendiri oleh PT. PAL Indonesia.

Kerja sama ini sendiri menggunakan skema transfer of technology (TOT) dengan PT PAL. Nantinya ke depan, PT PAL akan mampu membuat sendiri kapal selam made in Indonesia.

Pemerintah memilih Korea Selatan sebagai tempat pembelian kapal selam karena pertimbangan harga yang lebih murah dari negara lain. Untuk harga 3 kapal selam dari Korea Selatan sebesar USD 1 miliar, sedangkan dari negara lainnya harga per unit bisa mencapai USD 450 juta- USD 500 juta.

“Salah satunya lebih murah, 3 kapal selam dari Korsel itu harganya USD 1 miliar. Dengan angka itu enggak mungkin dapat dari Eropa. (Negara) yang lain itu sekitar USD 450 – USD 500 juta untuk satu kapalnya,” ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Rahmat Lubis usai rapat kerja dengan Komisi I DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (17/2).




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia