TRANSLATE

Kemhan Beri Pelatihan Bela Negara 1.031 Pelajar Asal Papua di Bogor

Kamis, 20 Juli 2017

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memberikan pembekalan kepada 1.031 pelajar Papua peserta pelatihan bela negara di Rumpin, Bogor, Jawa Barat. Para pelajar itu dilatih agar semakin setia terhadap Pancasila dan Tanah Air.

“Bela negara bagi orang asli Papua adalah untuk mewujudkan kader muda yang memiliki kesadaran sikap dan perilaku yang berkepribadian Pancasila dengan nasionalisme dan patriotisme yang tinggi,” ujar Ryamizard dikutip dari Antara, Rabu (19/7).
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menekankan bahwa terciptanya nilai-nilai cinta Tanah Air, setia pada Pancasila sebagai ideologi, serta rela berkorban untuk bangsa dan negara, merupakan tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan bela negara.
Menhan juga menilai pembekalan kemampuan bela negara yang dikembangkan secara psikis maupun fisik, kelak akan bermanfaat membangun karakter disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan yang mendukung pelajar Papua dalam proses pendidikan mereka.
Apalagi kata Ryamizard, saat ini pelajar di Papua masih kurang memperoleh akses pendidikan yang baik hingga ke perguruan tinggi.
“Program ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pertahanan dan TNI, tapi juga tanggung jawab seluruh pembina sumber daya manusia, yakni kementerian, lembaga, dan juga pemerintah daerah,” jelas Menhan.
Ryamizard menambahkan berdasarkan hasil evaluasi Kemenristekdikti, pembekalan bela negara juga akan meningkatkan nasionalisme dan karakter Pancasila, yang membantu pelajar untuk lebih mengenal dan menyerap nilai-nilai universal serta menghindari mereka untuk berpikir sempit dan pragmatis.
Kegiatan yang digelar hingga Senin (24/7) itu mengangkat tema ‘Melalui Kader Muda Bela Negara, Kita Wujudkan Generasi Emas Menuju Indonesia Emas 2045’ dan merupakan kerja sama Kemhan dengan Kemenristekdikti.
Kabadiklat Kemhan Mayjen TNI Hartind Asrin mengatakan, pendidikan dan pelatihan Bela Negara Program ADik ini juga merupakan program keberpihakan pemerintah kepada putra-putri asal daerah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal) dan orang asli Papua (OAP) untuk memperoleh pendidkan tinggi di perguruaan tinggi negeri (PTN).
Peserta Diklat Program ADik dan Orang Asli Papua ini merupakan pelajar yang berasal dari delapan kabupaten dan kota di Papua (Jayapura, Biak, Wamena, Merauke) serta kabupaten dan kota di Papua Barat (Manokwari, Sorong, Kaimana, dan Fakfak).
Pelajar asal Sarmi, Anjala Adadikam (17 tahun), mengaku bisa mengikuti pelatihan bela negara karena dia mengikuti ADEM (Akademi Afirmasi – program penjaringan siswa berbakat lulusan SMP untuk masuk SMAN berkualitas di Pulau Jawa).
“Senang sekali, kami dilatih banyak hal. Ini pengalaman pertama saya. Saya berharap bisa lebih baik ke depan lebih tegas, disiplin, dan tertata,” ucap Anjala.
“Saya bangga sekali menjadi anak Indonesia. Cita-cita saya adalah membangun Papua,” imbuh calon mahasiswa geologi pertambangan itu.
Hal senada disampaikan Ruben Ary Kamarea (18 tahun). Lulusan SMPN I Serui Kepulauan Yapen dan SMA 2 Mejayan Madiun itu, menyebut pelatihan bela negara penting untuk meneguhkan kecintaan pada negara.
“Sangat senang. Kami dilatih menjadi anak-anak yang wajib bela negara. Kegiatan ini sangat membantu kami untuk menjadi tertib dan cinta kepada negara. Tentu kami nanti akan ikut mendukung agar negara ini menjadi lebih baik tanpa membedakan ras atau suku,” papar Ruben.
Sumber: https://kumparan.com
.

Menengok kecintaan pelajar Papua pada Indonesia

 

Merdeka.com – Dengan pakaian adat dari tanah kelahirannya, Anjala Adadikam bergabung dengan 1.031 rekannya di Pusat Pendidikan dan Latihan Bela Negara Kementerian Pertahanan (Kemhan) di kawasan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/7). Gadis 17 tahun asal Jayapura ini merupakan calon mahasiswi Fakultas Geologi Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat Kalsel.

Bukan tanpa alasan dia memilih menekuni bidang pertambangan. “Tanah kami di Papua kaya akan emas, sehingga nanti saya bisa ikut kelola kekayaan di Papua,” ungkap Anjala.

Cita-citanya sederhana, namun sangat mulia. Dia tidak ingin konflik terus terjadi di tanah kelahirannya. Anjala juga menentang jika ada yang ingin memisahkan Papua dari Negara Kesatuan Indonesia.

“Saya bangga sekali menjadi anak Indonesia. Cita-cita saya adalah membangun Papua. Janganlah (berpisah), karena saya sangat menyayangi Indonesia,” tegas dia.

Untuk pertama kalinya, anak ketiga dari lima bersaudara ini mengikuti bela negara. Dia ingin menjadi pribadi lebih tegas dan disiplin. “Kami dilatih banyak hal. Ini pengalaman pertama saya. Saya berharap bisa lebih baik ke depan. Lebih tegas, disiplin, dan tertata,” ucapnya.

Ruben Ary Kamarea, datang dari Kabupaten Kepulauan Yapen. Dia bakal menjadi mahasiswa di Fakultas Perikanan jurusan Budidaya Perairan dan Perikananan, Univesitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Sama seperti Anjala, Ruben juga bercita-cita kembali ke kampungnya dan membangun daerahnya.

“Karena daerah asal saya dikenal sebagai daerah laut. Penghasilan utama penduduknya dari laut seperti ikan, dan lain-lain. Saya ingin membangun daerah saya dan bercita-cita menjadi sarjana perikanan.”

Bagi remaja 18 tahun ini, Papua dan NKRI adalah harga mati. Kalimat itu terucap untuk memberikan gambaran kecintaannya terhadap kampung halaman dan negaranya. “Rasa cinta saya sebesar dan seluas negara Indonesia. Bagi saya NKRI harga mati. Kalau ada yang ingin Papua berdiri sendiri, mereka harus diberi pemahaman dan tidak terpengaruh oleh hasutan orang luar,” ucapnya.

Dia juga berharap seluruh rakyat Indonesia bisa hidup berdampingan tanpa membedakan suku, agama, ras dan antar golongan.

Di mata Ludia Wallery Wakris, Indonesia terlalu indah, kaya, dan sangat luar biasa. Meski berdiri di atas segala perbedaan, rakyat Indonesia bisa hidup berdampingan tanpa batasan. “NKRI seratus persen buat saya,” kata Ludia.

Papua adalah bagian yang tak terpisahkan dari bangsa yang besar ini. Sehingga, tidak ada alasan lagi untuk memisahkan diri. “Bagi saya tidak perlu. Kita lebih baik jika bersatu. Semoga Papua terus menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tutupnya.

Untuk diketahui, sebanyak 1.031 calon mahasiswa asal Papua mengikuti kegiatan Pelatihan Bela Negara di Pusat Pendidikan dan Latihan Bela Negara Kementerian Pertahanan (Kemhan) di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan ini dimulai Selasa (18/7) hingga Senin (24/7).

Pelatihan Bela aNegara merupakan kegiatan Diklat Kader Muda Bela Negara bagi Orang Asli Papua (OAP) program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Tahun 2017.

“Bela Negara bagi orang asli Papua adalah untuk mewujudkan kader muda yang memiliki kesadaran sikap dan perilaku yang berkeperibadian Pancasila dengan nasionalisme dan patriotisme yang tinggi,” ujar Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Di hadapan remaja asal Papua, mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu menekankan pentingnya nilai-nilai cinta Tanah Air, setia pada Pancasila sebagai ideologi, serta rela berkorban untuk bangsa dan negara.

Dia juga menilai pembekalan kemampuan bela negara yang dikembangkan secara psikis maupun fisik pada para pelajar ini, kelak akan bermanfaat membangun karakter disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan yang mendukung pelajar Papua dalam proses pendidikan mereka.

“Program ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Pertahanan dan TNI, tapi juga tanggung jawab seluruh pembina sumber daya manusia, yakni kementerian, lembaga, dan juga pemerintah daerah,” jelas Menhan.

.

Kemhan Gelar Latihan Kader Muda Bela Negara Khusus Pelajar Papua

TEMPO.COBogor – Kementerian Pertahanan berkolaborasi dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menggelar pelatihan kader muda Bela Negara bagi orang asli Papua. Pelatihan itu diselenggarakan pada 18-24 Juli 2017 di Pusat Diklat Bela Negara Kementerian Pertahanan, Bogor. 

Pelatihan kader bela negara itu adalah bagian dari program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) Kementerian Riset tahun ajaran 2017. Program Bela Negara ADik, menurut Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, bisa menyiapkan para remaja pelajar dari daerah tertinggal dan terluar di Indonesia agar dapat memperoleh pendidikan tinggi. 

“Ini bertujuan membentuk kader muda Bela Negara di lingkungan pendidikan khusus untuk masyarakat asli Papua,” ujar Ryamizard di depan 1.031 peserta kegiatan tersebut, Rabu, 19 Juli 2017.

Menurut Ryamizard, program Bela Negara ADik akan dijadikan agenda prioritas yang berkelanjutan. “Kegiatan ini akan menjadi program prioritas yang diagendakan secara berlanjut setiap tahun.”

Bela Negara ADik pun dinilai bisa memberi pembekalan fisik dan nonfisik kepada pesertanya. Bela Negara, kata Ryamizard, dapat membangun karakter disiplin dan kepemimpinan bagi pelajar di daerah yang akses pendidikannya kurang. 

Pelatihan Bela Negara ADik 2017 untuk masyarakat asli Papua diikuti pelajar dari delapan kabupaten dan kota di Papua, yaitu Jayapura, Biak, Wamena, dan Merauke, juga di Papua Barat, yaitu Manokwari, Sorong, Kaimana, dan Fakfak. 




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia