TNI Dikirim ke Marawi Sebagai Upaya Amankan NKRI
Selasa, 11 Juli 2017VIVA.co.id – Ketua Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari, menilai rencana pengiriman TNI ke Marawi, Filipina, untuk menghadapi kelompok Negara Islam Irak dan Suriah, atau ISIS, ditujukan sebagai upaya mengamankan NKRI.
“Kita minta, agar Kemhan ikut aktif dalam mengamankan wilayah NKRI. Termasuk, apabila diminta bantuan oleh Filipina untuk kita terlibat,” kata Abdul di gedung DPR, Jakarta, Kamis 6 Juli 2017.
Ia menambahkan, soal bagaimana dan kapan pengiriman TNI tersebut akan dilakukan belum ada surat menyurat dari pemerintah ke DPR terkait hal ini. Sehingga, masih belum bisa dipastikan bagaimana operasi militer TNI berlangsung nantinya di Filipina.
“Tentuny,a dengan perhitungan. Tujuan kita kan, mengamankan negara kita. Bukan, kemudian ikut campur di sana. Karena itu, fokusnya mengamankan negara kita. bukan kemudian ikut campur dengan negara orang,” kata Abdul.
Menurutnya, pengiriman TNI ke Filipina juga bukan untuk memperpanas situasi. Ia meyakini adanya kekhawatiran dendam ISIS akibat langkah ini bisa dihindari.
Harus hati-hati
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi I Meutya Hafid meminta pemerintah berhati-hati dalam memberikan bantuan militer Indonesia untuk melawan kelompok ISIS di Filipina. Meskipun, diketahui ada permintaan dari pihak Filipina kepada militer Indonesia.
“Sebenarnya, ini ajakan dari pemerintah Filipina, tetap kita harus berhati-hati melihatnya. Karena, ada institusi di Filipina yang melarang itu. Jadi, walaupun pemerintah mengatakan iya,” kata Meutya di Senayan, Jakarta, Kamis, 6 Juli 2017.
Menurut Meutya, pemerintah wajib mengecek prosedur yang ada terlebih dahulu. Yakni, terkait apakah memberikan bantuan militer ke Filipina tersebut memungkinkan dari berbagai segi.
“Jadi, menurut saya perlu hati-hati, untuk sementara tidak perlu kita berangkat,” ujar Meutya.
Selain perlu berhati-hati, Meutya juga mempertanyakan keefektifan jika pemerintah mengirim militer ke Filipina. Dia khawatir, hal itu akan berdampak buruk ke Indonesia ke depan.
“Kalau pun masuk, kalau tidak berhasil dan menumpas, bisa saja terjadi ada efek buat Indonesia, memancing atau balas dendam di Indonesia,” kata Meutya.