TRANSLATE

Menhan Pamerkan Program Bela Negara ke Mahasiswa di Singapura

Selasa, 11 Juli 2017

Singapura – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu memamerkan program bela negara sebagai konsep dari strategi melawan ancaman terorisme. Ryamizard menyebutkan Pancasila sebagai nilai tertinggi yang terkandung dalam konsep bela negara.

“Saya selaku Menhan telah mendesain strategi pertahanan negara khas Indonesia yang dibangun berlandaskan kekuatan hati nurani. Kesadaran bela negara ini dilandasi oleh kekuatan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Pancasila, ideologi negara Indonesia,” kata Ryamizard dalam kuliah umum mahasiswa di Rajaratnam School of International Studies (RSIS), Singapura, Senin (10/7/2017).

Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura Shanmugan dan ahli teroris Singapura Profesor Rouhan Gunaratna turut mendengarkan pidato Ryamizard.

Ryamizard menyebut program bela negara sebagai smart power strategykarena bersifat defensif aktif untuk menghadapi ancaman perpecahan. Dia menjabarkan lagi, maksud dari sifat defensif aktif adalah menggabungkan antara soft power dan hard power.

“Saya definisikan sebagai strategi pertahanan smart power, yaitu strategi pertahanan negara yang bersifat defensif aktif,” terang Ryamizard.

“Yang merupakan penggabungan antara kekuatan soft power, yaitu melalui diplomasi pertahanan dan kekuatan hard power dengan sistem Perang Rakyat Semesta (Permesta),” sambung dia.

Program bela negara, jelas Menhan kepada para peserta kuliah umum, adalah pembangunan kekuatan jiwa, semangat, dan pikiran.

Menhan: Konten Radikal di Medsos Tarik 500 Simpatisan Per Hari

Singapura – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu menganalisis bahaya konten radikal di media sosial (medsos). Menurutnya, konten radikal bisa mempengaruhi 500 orang menjadi simpatisan paham radikal per harinya.

“Lewat medsos saja, satu hari bisa menarik 500 orang untuk bergabung dengan paham tersebut,” kata Ryamizard saat memberi kuliah umum kepada mahasiswa pascasarjana di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Senin (10/7/2017).

Ryamizard kemudian mengutip data CIA, Amerika Serikat, periode akhir tahun 2016. Data itu mencatat ada 31.500 anggota dan 11 ribu simpatisan kelompok ekstremis ISIS di dunia. Masih data CIA, lanjut Ryamizard, 1.000 dari 11.000 simpatisan berada di Asia Tenggara.

“Simpatisan ISIS di Asean, saya kira lebih dari 1.000 ya. Coba dibayangkan, Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia berjumlah sekitar 200 juta dari 250 juta penduduk. Satu persen saja direkrut (ISIS), sama dengan 2 juta orang,” terang Ryamizard.

Dia pun menyebutkan bahaya paham ISIS masuk dari Timur Tengah ke Asia Tenggara sudah diprediksi dia sejak 1,5 tahun lalu. Dia sudah menebak, ISIS akan menyasar Filipina Selatan.

“1,5 tahun lalu saya sudah sampaikan bahwa saat saya menangani perompak-perompak, akan ada ISIS. Perompak di Selatan pasti suka bergabung dengan ISIS . Prediksi saya ternyata terjadi 3 bulan lalu, di Marawi,” ujar dia.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini mengungkapkan saat ini ISIS berhasil membuktikan kekuatannya dengan menerobos negara-negara di Eropa dan Asia. Salah satu buktinya adalah serangan bom di Manchester dan Indonesia.

“(ISIS) Membuktikan kemampuannya menerobos sistem keamanan Eropa dan Asia yang sangat ketat. Terbukti dengan rentetan aksi bom mobil atau bom bunuh diri di Manchester, Indonesia, Mesir yang baru-baru ini terjadi,” ungkap dia.

Selain mahasiswa, Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura Shanmugan dan ahli teroris Singapura Profesor Rouhan Gunaratna turut mengikuti kuliah umum ini.

Sumber: detik

.

Beri Kuliah Umum di Singapura, Menhan Gagas Kerja Sama Intelkam

Liputan6.com, Singapura – Menteri Pertahanan Republik Indonesia Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu menggagas konsep kerja sama intelijen dan keamanan terintegrasi antar-negara di kawasan ASEAN.

Konsep itu digagas oleh Menhan Ryamizard saat memberikan kuliah umum untuk mahasiswa program doktoral di S Rajaratnam School of International Studies, Singapura, pada 10 Juli 2017.

Kuliah umum itu turut dihadiri dan disaksikan Menteri Dalam Negeri Singapura Kasiviswanathan Shanmugam. Demikian hasil reportase Wartawan SCTV, Esther Mulyanie, Senin (10/7/2017).

Saat menyampaikan materi kuliah umum, Ryamizard menilai bahwa ancaman terorisme yang merebak di Asia Tenggara dalam beberapa waktu terakhir, semakin mengkhawatirkan.

Seperti, memanasnya pertempuran kelompok pemberontak pro ISIS yang terjadi di Marawi, Filipina, dan dampak perluasan peristiwa itu ke wilayah sekitar, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Indonesia.

Guna menyikapi ancaman tersebut, seluruh negara di kawasan membutuhkan konsep kerja sama intelijen dan keamanan (intelkam) terintegrasi dalam tataran ASEAN. Konsep itu harus melibatkan lembaga penegak hukum dan militer seluruh negara di kawasan.

“Jadi, yang kita lakukan adalah membentuk seperti apa yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan sekutunya. Jadi kalau mata bersama, akan lebih kelihatan apa yang akan terjadi. Itu masih konsep, kalau Singapura setuju, mudah-mudahan yang lain setuju. Terutama yang 5 negara, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Brunei Darussalam,” kata Ryamizard.

Pada kesempatan yang sama, pakar dan peneliti terorisme Universitas Rajaratnam, Profesor Rohan Gunaratna, mengomentari gagasan konseptual yang diutarakan Menhan Ryamizard.

Menurut sang pakar, konsep yang serupa dilakukan oleh Amerika Serikat Cs tersebut, cocok diterapkan oleh seluruh negara di kawasan ASEAN.

“Konsep yang dicetuskan oleh sang menteri untuk melawan terorisme adalah brilian. Konsep itu tepat waktu dan akan mengurangi ancaman terorisme di kawasan. Konsep itu harus diterima secara terbuka oleh seluruh negara. Menteri Shanmugam juga menjelaskan bahwa dirinya senang untuk bekerjasama dengan Menhan RI,” jelas Profesor Gunaratna.

Sejauh ini, hanya tiga negara ASEAN yang sudah melaksanakan kerja sama menyerupai konsep yang dicetuskan Ryamizard. Tiga negara itu antara lain Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Ketiganya telah melaksanakan kerja sama trilateral di bidang keamanan serta border security atau keamanan perbatasan. Otoritas masing-masing intensif menjalankan patroli bersama di kawasan perbatasan tiga negara.

Dalam waktu dekat, Indonesia, Malaysia, dan Filipina juga akan melakukan latihan militer bersama guna menanggulangi merebaknya kelompok terorisme seperti ISIS di masing-masing kawasan.

Komitmen Tiga Negara

Sebelumnya, pada Kamis 22 Juni 2017, para pejabat tinggi dari Indonesia, Filipina, dan Malaysia mengadakan pertemuan trilateral yang bertempat di Manila.

Agenda utama pertemuan itu membahas isu keamanan dan terorisme di kawasan tiga negara.

Urgensi diangkatnya isu itu terkait situasi pertempuran di Marawi serta tumbuhnya terorisme di kawasan tiga negara.

“Pertemuan itu dihadiri oleh Menteri Luar Negeri, Panglima Angkatan Bersenjata, Kepala Kepolisian, badan penanggulangan atau kontra terorisme, dan badan intelijen dari masing-masing negara. Mereka membahas tentang perkembangan situasi di Filipina selatan, Marawi salah satunya, dan dampaknya terhadap kawasan tiga negara,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam konferensi pers di Jakarta, Juni 2017.

Poin pembahasan dalam pertemuan tersebut difokuskan pada tiga aspek. Pertama adalah pertukaran informasi tentang kondisi terkini, tantangan, hambatan, dan potensi kerjasama terkait situasi di Marawi.

Aspek kedua, ketiga negara menyampaikan masalah terorisme yang tumbuh di kawasannya menggunakan perspektif kewilayahan masing-masing.

Ketiga, pertemuan trilateral itu membahas prospek jangka panjang kooperasi tiga negara untuk melakukan pencegahan tumbuhnya terorisme, radikalisme, dan ekstremisme di kawasan masing-masing. Khususnya dalam konteks kontrol perbatasan, pertukaran intelijen, dan kooperasi penegakan hukum.

Pihak Kemlu RI menyampaikan bahwa pertemuan trilateral itu mampu menghasilkan hasil luaran yang beragam. Mulai dari kebijakan yang bersifat pencegahan dengan pendekatan pemberdayaan hingga keterlibatan otoritas penegakan hukum maupun angkatan bersenjata masing-masing negara untuk membantu isu terorisme di tiga kawasan.

Bahkan, Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dikabarkan berkomitmen akan menyatukan kekuatan militer untuk menggempur kelompok teroris pro-ISIS di kawasan kedua negara.

Lewat sambungan telepon, kedua presiden menegaskan kembali perlunya kooperasi untuk menghadapi ancaman yang ditimbulkan oleh terorisme dan kekerasan berbasis ekstremisme. Demikian seperti yang dikutp dari Xinhuanet.com, Kamis, 22 Juni 2017.

Mengutip perkataan Presiden Joko Widodo, Juru Bicara Kepresidenan Filipina Ernesto Abella menjelaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mendukung Filipina dalam melakukan kontra-terorisme, termasuk mengembalikan perdamaian dan stabilitas di Filipina selatan.

Di sisi lain, Presiden Duterte menyambut baik komitmen yang disampaikan oleh Jokowi. Presiden Filipina itu juga menegaskan keterbukaannya terhadap negara yang ingin terlibat dan bekerjasama –seperti Indonesia– untuk mengatasi isu terorisme di kawasan.

.

Di Singapura, Menhan RI Paparkan Strategi Ampuh Hadapi Terorisme

SINGAPURA – Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia (RI) Ryamizard Ryacudu memaparkan strategi paling efektif dalam menghadapi ideologi radikalisme di kawasan maupun internasional. Pemaparan itu dia sampaikan saat memenuhi undangan menjadi pembicara dalam kuliah umun di Sekolah Internasional S Rajaratnam di Singapura pada Senin 10 Juli 2017.

Ryamizard menjelaskan, strategi pertahanan keamanan paling efektif untuk menanggulangi ancaman global tersebut ialah dengan mengedepankan aktualisasi dan pemurnian ideologi yang berbasiskan filsafat idealisme.

“Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi idealism tidak akan pernah berubah sejak dulu, sekarang maupun yang akan datang. Oleh karena itu, konsep idealisme merupakan taktik paling ampuh dalam mencegah masuknya pengaruh-pengaruh radikalisme dan terorisme di kawasan,” serunya di Rajaratnam School of International Stadies (RSiS), Singapura, seperti dikutip dari rilis yang diterima Okezone, Selasa (11/7/2017).

Selain itu, Ryamizard juga menyoroti pentingnya menjalin kerjasama secara formal antarnegara. Sebab tidak dapat dimungkiri bahwa terorisme sudah menjadi ancaman dunia, tidak hanya di negara tertentu saja.

“Menyikapi berbagai ancaman terorisme tersebut, perlu juga adanya suatu format kerjasama keamanan yang konkret pada skala yang lebih luas dan komprehensif serta melibatkan negara-negara di kawasan,” urainya.

Ia mencontohkan kerjasama trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina sudah memulai penanggulangan bersama tersebut. Ketiga negara bersatu-padu mengatasi perompakan, penyanderaan di Laut Sulu, hingga mencegah berkembangnya kelompok radikal, khususnya yang berafiliasi kepada ISIS di Asia Timur.

“Tujuan dari mekanisme kerjasama tersebut adalah menyelesaikan setiap permasalahan dan tantangan bersama di kawasan serta mencegah konflik militer dan meluasnya konflik tersebut,” sambung dia.

Terkait ancaman semakin besarnya pengaruh ISIS di Asia Tenggara, Ryamizard berpesan agar seluruh negara ASEAN selalu waspada dan siap mengambil langkah pencegahan serta koersif untuk mengantisipasi hal tersebut.

Salah satu bentuk kerjasama yang Indonesia tawarkan guna menghadapi perluasan pengaruh ISIS di kawasan, memperkuat kerjasama intelijen antara negara di ASEAN, serta berkolaborasi dengan aparat penegak hukum dan kekuatan pertahanan atau militer.

Sumber: okezone

.

RI Tawarkan ‘Our Eyes’ ke Menhan di ASEAN Terkait Hadapi Ancaman ISIS

Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, menawarkan kerja sama di bidang intelijen ke Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura, Shanmugan. Kerja sama intelijen itu oleh Ryamizard diberi nama ‘Our Eyes’, yang disebut penyesuaian dari kerja sama intelijen ‘Five Eyes’ milik Amerika Serikat serta sekutunya.

“Tidak bisa dijauhi pentingnya kerja sama antar negara-negara di wilayah dalam menghadapi ancaman keamanan ini. Bentuk kerja sama antarnegara Asean itu kita sebut Mata Bersama atau Our Eyes, ” kata Ryamizard saat memberikan kuliah umum mengenai terorisme di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Senin (10/7/2017).

Tidak cuma pada Singapura, Ryamizard juga akan mengenalkan serta menawarkan ‘Our Eyes’ pada beberapa menteri pertahanan di negara wilayah Asean yang lain.

“Sama dengan rencana Five Eyes Amerika Serikat serta sekutunya yang melibatkan unsur hubungan kerja pertahanan militer, penegak hukum serta jaringan intelijen dengan, ” sambung Ryamizard.

Kerja sama intelijen Our Eyes dipercaya Ryamizard efisien untuk menghindar masuknya serta berkembangnya pemahaman ISIS di wilayah Asean. Menurut dia tidak ada satu negara yang dapat hadapi ancaman terorisme sendirian saat ini.

“Salah satu bentuk hubungan kerja konkret yang saya twarjan guna menghadapi berkembanganya dampak ISIS di wilayah kita. Saya percaya kalau tak ada satupun negara yang bisa menghadapi serta merampungkan tantangan non-tradisional ini dengan mandiri, ” ucap Ryamizard.

Mantan Kepala Staf TNI AD di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri ini lalu memaparkan selentingan berita yang dia dapat. Yakni mengenai ISIS yang juga akan menebarkan pahamnya ke Sabah, Brunei Darusallam, lalu ke Sulawesi.

“Beberapa wktu lalu saya juga memperoleh info, kalau jaringan ISIS ini juga akan memperluas serangannya dari wilayahFilipina Selatan ke Sabah serta Brunei Darussalam. Dan ke lokasi perairan Indonesia dengan tujuan wilayah Sulawesi, ” ungkap Ryamizard.

Tindakan militer Filipina yang berhasil memukul mundur kelompok militan Maute, afiliasi ISIS di Marawi, disebutnya memberi efek ketidakstabilan di wilayah Perairan Sulu. Maksud Ryamizard, simpatisan atau beberapa anggota proradikalisme berpeluang akan mencari basis baru.

“Disamping itu Singapura bertemu langsung dengan arus perdagangan dunia yang memiliki potensi ancaman baik kriminalitas ataupun terorisme, ” ucap dia. 

Sumber: https://breakingnews.co.id




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia