TRANSLATE

Patroli Laut Tiga Negara Dimulai, Apa Saja Rencana Ryamizard ?

Selasa, 27 Juni 2017

TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, mengatakan peresmian patroliterkoordinasi antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 19 Juni 2017 lalu difokuskan untuk mengamankan laut. Itu menjadi bagian dari antisipasi pergerakan teroros ISIS di Asia Tenggara yang telah dipantau sebelumnya.

“Kita memang sudah siap dan sudah kemarin bertemu di Tarakan. Untuk langkah selanjutnya, laut sudah, tinggal darat dan udara,” kata Ryamizard saat ditanyai di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu, 21 Juni 2017.

Ryamizard tidak menutup kemungkinan adanya kolaborasi militer di darat, khususnya di kawasan Filipina Selatan, yang terindikasi menjadi basis ISIS. Namun, Ryamizard mengatakan, penjajakan itu masih terhambat hukum teritorial yang berlaku di Filipina

“(Operasi darat) sedang kita pikirkan karena payung hukumnya belum ada. Saya ketemu Presiden (Rodrigo) Duterte dan Menhan Filipina, dia dukung penuh. Silahkan saja katanya, tapi Kongres dan segala macam kan belum tentu (setuju),” kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu.

Solusi yang diusulkan Ryamizard berupa rencana latihan bersama antar militer ketiga negara.

“Paling tidak kita latihan di Kalimantan, di Serawak (Malaysia), kemudian kita latihan di rangkaian kepulauan di Filipina Selatan. Tujuannya mencegah (ISIS) meluas ke (kawasan) selatan,” kata Ryamizard.

.

Menhan sebut Duterte Izinkan RI Ikut Gempur ISIS di Filipina Selatan

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudumengatakan, Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengizinkan Indonesia terlibat dalam operasi militer untuk menggempur ISIS yang bercokol diMarawi, Filipina Selatan.

Ryamizad mengakui opsi operasi militer tersebut menjadi salah satu poin yang dibicarakan dalam pertemuan trilateral antara Menteri Pertahanan Indonesia, Malaysia dan Filipina di Tarakan, Kalimantan Utara pada 19 Juni 2017 lalu.

Operasi tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran kekuatan kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS.

“Presiden Filipina Duterte sudah mengiyakan. Saya sudah bertemu Presiden Filipina dan Menhan Filipina. Dia dukung penuh, silahkan saja katanya,” ujar Ryamizard saat ditemui di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (21/6/2017).

Meski demikian, lanjut Ryamizard, rencana operasi militer tersebut masih menunggu pembentukan payung hukum yang tepat.

Selain itu, berdasarkan hukum Filipina, operasi militer yang melibatkan negara lain harus mendapatkan persetujuan dari unsur parlemen, meski presiden sudah menyetujui.

“Sedang kami pikirkan karena payung hukumnya belum ada. Walaupun Presiden mengiyakan, tapi itu kan presiden, yang lain kan, seperti kongres belum tentu,” kata Ryamizard.

Menurut nantan Kepala Staf Angkatan Darat itu, rencana operasi militer bertujuan untuk membantu Filipina dalam mencegah meluasnya kekuatan ISIS ke bagian Selatan.

Selain itu, Indonesia juga telah menjalin kerjasama Patroli Maritim Terkoordinasi Trilateral atau Trilateral Maritime Patrol Indomalphi.

Patroli terkoordinasi tersebut merupakan langkah konkret yang dilakukan ketiga negara untuk menjaga stabilitas di kawasan dalam menghadapi ancaman nyata non-tradisional seperti perampokan, penculikan, terorisme dan kejahatan lintas negara lainnya di kawasan maritim.

“Tapi ada satu payung hukum di negara manapun bisa latihan bersama paling tidak kita latihan di Kalimantan, di Serawak, kemudian kita latihan di rangkaian kepulauan di Filipina Selatan,” kata Ryamizard.

“Kita tak punya tujuan lain selain membantu filipina dan mencegah meluas ke selatan. Jadi banyak gunanya kita menjalin kerjasama trilateral,” tambahnya.

.

Menhan: Presiden Filipina Beri Izin Indonesia Ikut Gempur ISIS

Liputan6.com, Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu telah mengadakan pertemuan dengan sejumlah menteri Pertahanan Asia Tenggara di Tarakan, Kalimantan Timur, Senin 19 Juni kemarin.

Ia mengungkapkan, semua Menhan Asia tenggara telah memerangi ISIS, termasuk di antaranya patroli bersama di laut.

“Kita memang sudah siap dan langkah selanjutnya. Kita sudah kemarin bertemu di Tarakan. Untuk langkah-langkah selanjutnya laut sudah, tinggal darat dan udara,” ucap Ryamizard di kantornya, Jakarta, Rabu (21/6/2017).

Apalagi, ia mengungkapkan, untuk gempur ISIS di Filipina sudah mendapat izin dari Presiden Dueterte. Namun masih mencari dasar hukumnya.

“Lagi kita pikirkan karena payung hukumnya belum ada. Walaupun Presiden Filipina Dueterte sudah mengiyakan. Saya ketemu Presiden Filipina dengan Menhan Filipina, dia dukung penuh. Silakan saja katanya. Tapi itu kan Presiden. Yang lain kan, kongres segala macam belum tentu,” ungkap Ryamizard.

Meski demikian, dia membeberkan ada celah untuk membantu. Salah satunya dengan melakukan latihan militer bersama.

“Ada satu payung hukum di negara mana pun bisa latihan bersama. Paling tidak kita latihan di Kalimantan, Serawak. Kemudian kita latihan di rangkaian Kepulauan di Filipina Selatan,” jelas Ryamizard.

Dia menegaskan tak ada maksud lain. Hanya ingin membantu Filipina terbebas dari ISIS.

“Kita tak punya tujuan lain. Yang pertama membantu Filipina dan mencegah meluas ke Selatan. Dan kita kan terus berusaha ada tahanan kita di sana, ada sipil. Itu harus terpikir. Jadi banyak gunanya kita trilateral,” tandas Ryamizard.

.

Patroli Maritim, Menhan Gandeng Malaysia dan Filipina

VIVA.co.id – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menandatangani perjanjian trilateral antara Indonesia, Malaysia, dan Filipina, dalam patroli maritim terkoordinasi atau disebut Trilateral Maritime Patrol Indomalphi. Perjanjian itu diteken oleh Ryamizard bersama Menhan Malaysia Dato Sri Hishammuddin Tun Hussein dan Menhan Filipina Delvin Lorenzana di Tarakan, Kalimantan Utara, pada Senin, 19 Juni 2017.

Peresmian ditandai dengan demonstrasi Indomalphi Quick Response, Sailing Pass yang melibatkan kapal perang dari ketiga negara danflying pass. Ryamizard menegaskan bahwa Trilateral Maritime Patrol itu menjadi tonggak bersejarah untuk meningkatkan persatuan di negara-negara Asia Tenggara dalam mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan.

“Kami ingin mencegah agar daerah perairan di Asia Tenggara ini tidak jadi ajang teror seperti bajak laut di Somalia,” kata Ryamizard, dalam keterangan resminya, Rabu, 21 Juni 2017.

Selain itu, kata purnawirawan bintang empat ini, kerja sama itu bisa menangkal masuknya kelompok teror global ISIS. Seperti diketahui, saat ini pemerintah Filipina sedang gencar menghadapi perang melawan kelompok simpatisan ISIS di Marawi.

“Kerja sama ini sangat diperlukan dan diperluas, bukan saja pada operasi laut, juga di darat dan udara, serta melibatkan negara ASEAN lainnya,” kata Ryamizard.

Alasannya, untuk menghadapi ancaman faktual teror global dan ISIS, diperlukan persatuan bagi negara-negara ASEAN. Sebagai kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang terus tumbuh, ASEAN wajib untuk terus meningkatkan stabilitas keamanannya, agar bisa mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Kerja sama ini bisa memberikan manfaat optimal bagi ketiga negara dan keamanan kawasan ASEAN,” tutur Ryamizard.

.

MMC Untuk Mewujudkan Keamanan Perairan Sulu

jpnn.com, TARAKAN – Peresmian Maritime Command Center (MCC) Tarakan merupakan upaya yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menindaklanjuti Deklarasi Bersama di Yogyakarta. Deklarasi tersebut bertujuan untuk mewujudkan keamanan di wilayah perairan Sulu dan sekitarnya sebagai solidaritas sesama Negara anggota ASEAN.

Demikian disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo pada saat peresmian Maritime Command Center (MCC) di Markas Komando Lantamal XIII Tarakan, Kalimatan Utara, Senin (19/6) lalu.

Panglima TNI menyampaikan pertemuan di Yogyakarta pada tanggal 5 Mei 2016 menghasilkan suatu Deklarasi Bersama. Kemudian dilanjutkan dengan Pertemuan Para Menteri Pertahanan Ke-3 Negara di Denpasar, Bali, pada tanggal 2 Agustus 2016.

“Pertemuan Trilateral Para Menteri Pertahanan tersebut sepakat untuk mengembangkan lebih luas mengenai SOP (Standard Operating Procedures) pada Trilateral Maritim Patrol, latihan bersama ketiga Negara, sharing informasi dan intelijen, pemasangan alat automatic identification system (AIS) pada semua kapal yang melintas melalui transit koridor, dan penetapan perwira penghubung (L.O.) pada MCC,” ujarnya.

Menurutnya, langkah tersebut merupakan bukti nyata keseriusan TNI dalam mendukung kebijakan Presiden RI yang menegaskan bahwa Indonesia merupakan Poros Maritim Dunia dan sebagai aplikasi tanggung jawab Indonesia sebagai bagian dari ASEAN. TNI akan senantiasa menjaga stabilitas keamanan di wilayah nasional Indonesia dan regional.

Menurut Jenderal Gatot, jalur komunikasi yang terjalin antara MCC Tarakan di Indonesia, MCC Tawao di Malaysia dan MCC Bungao di Filipina merupakan pusat Sharing Informasi dan Intelijen yang menjadi faktor penting dalam mendukung pelaksanaan Trilateral Maritime Patrol Indomalphil.

“Penetapan MCC di tiga kota di tiga negara tersebut diharapkan akan mampu meredam dan sejauh mungkin dapat meminimalisir insiden yang mungkin terjadi di wilayah perairan dan menjadi perhatian bersama ketiga negara,” ujarnya.

Panglima TNI menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah membantu perwujudan pelaksanaan pembentukan MCC di Tarakan, sekaligus bersamaan dengan peresmian MCC di Tawao Malaysia dan MCC di Bungao Filipina.

Menurutnya, langkah kemitraan strategis tiga negara yang dilaksanakan di Tarakan, Indonesia, akan menjadi titik awal dari tekad kita bersama dalam kontribusinya pada upaya mewujudkan perdamaian dan stabilitas keamanan di wilayah kita masing masing. Juga sebagai bagian dari upaya dalam ikut serta mewujudkan keamanan regional dan lebih luas lagi ketertiban dunia.

Pada kesempatan tersebut, Panglima TNI mengucapkan selamat dan bangga atas prestasi dari AFP yang telah mampu meredam teroris di Marawi dan membunuh sebanyak 257 teroris.

“Ini Warning agar kita juga siap setiap saat menghadapi hal yang sama, karena sel-sel tidur sudah ada di negara kita masing masing,” tegasnya.

Panglima TNI menekankan betapa pentingnya kerja sama dan perjanjianTrilateral yang dilakukan oleh Indonesia, Malaysia dan Philipina.

“Dengan adanya kerja sama Trilateral itu akan mempermudah tukar menukar informasi dan lain-lain, karena kecepatan dan ketepatan informasi sangat diperlukan untuk langkah antisipasi sejak dini, termasuk data kemungkinan pelarian yang menyamar sebagai pengungsi yang keluar dari Marawi,” ujarnya.

Menurut keterangan tertulis Kabidpeninter Puspen TNI Kolonel Laut (KH) Edys Riyanto, turut hadir pada acara peresmian MCC antara lain, Menhan RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, Menhan Malaysia Dato’ Seri Hishammuddin Tun Hussein, Menhan Filipina Delfin N. Lorenzana, Panglima Angkatan Tentera Malaysia Jenderal Tan Sri Raja Mohamed Affandi bin Raja Mohamed Noor. Selain itu, hadir Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Eduardo M.Ano, Kasad Jenderal TNI Mulyono, Kasal Laksamana TNIAde Supandi, Kasau Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia