TRANSLATE

Pesawat Tempur F5 E/F Tiger II Pensiun setelah 35 Tahun Amankan Udara Indonesia

Rabu, 26 April 2017

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pesawat tempur F5 E/F Tiger II milikTNI AU harus pensiun setelah 35 tahun mengemban tugas mengamankan wilayah udara NKRI.

Pesawat yang dijuluki Sang Macan tersebut, menghiasi halaman Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala saat ini, berjejer dengan koleksi koleksi lainnya seperti Pesawat Tempur OV-10F Bronco, dan Hawk MK 53.

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang hadir dalam peresmian, Selasa (25/4), mengatakan harapannya agar monumen pesawat ini dapat mengisahkan sejarah dan kiprah pesawat yang merupakan kekuatan inti dari skadron udara 14 Lanud Iswahyudi.

Adapun Indonesia pada tahun 1980 membeli pesawat tempur buatan Northrop Co Amerika Serikat.

Delapan pesawat F5 Tiger II datang pada 21 April 1980 menyusul kemudian delapan sisanya pada 5 juli 1980.

Pada awal tahun 1990-an F5 Tiger masih mampu bersaing dengan pesawat-pesawat tempur terbaru saat itu, hanya saja kemampuan avionik dan sistem senjatanya harus ditingkatkan.

Hingga pada 1999 sampai 2001 dilakukan modifikasi sehingga pesawat ini tampil lebih modern dan setara dengan F16 Fighting Falcon.

“Si macan besi mampu jadi kebanggaaan angkatan udara dalam rangka pengabdiannya menegakkan hukum, mengamankan wilayah negara,” ujarnya.

Eagle, sebutan penunggang macan terbang ini berkali-kali dilibatkan dalam berbagai kegiatan latihan dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.

Antara lain Operasi Panah di wilayah Aceh, Elang Sakti di perbatasan NTT, Garuda Jaya, dan operasi Oscar yang merupakan operasi pengamanan wilayah perairan.

Hingga pada 28 April 2016 merupakan tahun terakhir sang macan melaksanakan penerbangan di langit Indonesia dalam misi Simulated Surface Attactk (phoenix flight).

Satu bulan kemudian, berdasarkan telegram pimpinan TNI AU terbit perintah penghentian pengoperasian (stop flying) kepada seluruh pesawat F5 E/F Tiger II di skadron udara 14 lanud Iswahyudi.

“F5 sudah mengabdi di angkatan udara dan memberikan kenyamanan kepada seluruh warga Indonesia. Setelah ini harapannya dapat menumbuhkan inspirasi bagi masyarakat yang melihat dan memegang secara langsung pesawat legendaris ini,” tukasnya.

.

Sang Macan Pernah Menjadi Kebanggaan Angkatan Udara

TRIBUNJATENG.COM — Pesawat tempur F5 E/F Tiger II milik TNI AU harus pensiun setelah 35 tahun mengemban tugas mengamankan wilayah udara NKRI. Pesawat yang dijuluki Sang Macan tersebut, menghiasi halaman Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta, berjejer dengan koleksi lainnya seperti jet tempur OV-10F Bronco, dan Hawk MK 53.

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang hadir dalam peresmian, Selasa (25/4), berharap agar monumen ini dapat mengisahkan kiprah pesawat yang merupakan kekuatan inti dari Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi Madiun.

Indonesia pada tahun 1980 membeli pesawat tempur buatan Northrop Co Amerika Serikat tersebut. Delapan pesawat F5 Tiger II datang pada 21 April 1980 menyusul kemudian delapan sisanya pada 5 Juli 1980.

Pada awal 1990-an F5 Tiger masih mampu bersaing dengan pesawat-pesawat tempur terbaru saat itu, hanya saja kemampuan avionik dan sistem senjatanya harus ditingkatkan. Hingga pada 1999 sampai 2001 dilakukan modifikasi sehingga pesawat ini tampil lebih modern dan setara dengan F16 Fighting Falcon. “Si macan besi mampu jadi kebanggaan Angkatan Udara,” ujarnya.

Eagle, sebutan penunggang macan terbang ini berkali-kali dilibatkan dalam berbagai operasi dan latihan. Seperti Operasi Panah di wilayah Aceh tahun 1990, Elang Sakti di perbatasan NTT tahun 1999, Garuda Jaya, dan operasi Oscar yang merupakan operasi pengamanan wilayah perairan. Sedangkan latihannya meliputi Latihan Elang Gesit, Angkasa Yudha, hingga latihan bersama dengan negara tetangga.

Hingga pada 28 April 2016 merupakan hari terakhir Sang Macan melaksanakan penerbangan di langit Indonesia dalam misi Simulated Surface Attactk (phoenix flight). Satu bulan kemudian, berdasarkan telegram pimpinan TNI AU terbit perintah penghentian pengoperasian (stop flying) kepada seluruh pesawat F5 E/F Tiger II Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi.

“F5 sudah mengabdi di Angkatan Udara dan memberikan kenyamanan kepada seluruh warga Indonesia. Setelah ini harapannya dapat menumbuhkan inspirasi bagi masyrakat yang melihat dan memegang secara langsung pesawat legendaris ini,” tukas Hadi Tjahjanto.

Dalam acara pagi itu, hadir juga para pilot yang memiliki pengalaman menerbangkan pesawat ini. Adalah Marsekal TNI (purn) Imam Sufaat menceritakan kesannya saat pesawat ini datang ke Indonesia untuk pertama kali. “Saat itu kita masuki era supersonik dan kita menyambut F5 dengan semangat tinggi,” paparnya.

Mantan Kasau ini mengatakan bahwa di Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi dirinya ditempa. Segala detil diperhatikan dalam menerbangkan pesawat tempur ini, mulai dari briefing sebelum terbang, dan analisis setelahnya.

“Saya merasa di skadron ini saya dibentuk betul-betul jadi Airman. Kalau kita salah melakukan aksi mungkin akan almarhum,” ucapnya.

Ia pun mengatakan bahwa 35 tahun masa pengabdian Sang Macan, terasa baru kemarin. Hal itu senada dengan apa yang diungkapkan Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto. “Ini pengabdian kedua dari F5, dari manuver di udara dan saat ini di darat untuk dinikmati khalayak ramai,” tukasnya.

Walaupun setelah ini pesawat tempur F5 E/F Tiger II akan digantikan dengan pesawat yang lebih canggih, Djoko mengatakan harapannya agar masyarakat dapat mengenal lebih jauh sosok Sang Macan dan lebih dicintai lagi.

Terkait penggantian alutsista (alat utama sistem pertahanan), Kasau Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan bahwa pihaknya sudah mengajukan ke Kementrian Pertahanan untuk mencari pesawat baru menggantikan F5 Tiger.

“Yang kami ajukan adalah pesawat dengan generasi 4,5. Nanti kementerian yang menentukan jenisnya apa. Yang jelas kami minta pesawat yang lebih canggih,” ujarnya.

Ketika disinggung apakah pengajuannya akan mengarah lagi ke pabrikan Amerika seperti F-5 E/F Tiger II, Hadi menjawab singkat, “Bisa (Amerika Serikat), kita bisa mengarah ke blok barat maupun timur,” katanya.

.

F-5 Tiger Pensiun, KSAU Usul Penggantinya Pesawat Generasi 4,5

Yogyakarta – Pesawat tempur F-5 E/F Tiger II kini sudah purna tugas setelah 35 tahun mengudara. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto menyampaikan telah mengajukan penggantinya kepada Kementerian Pertahanan.

“(Pesawat F-5) waktunya sudah habis. Kita sudah merencanakan untuk mencari penggantinya. Penggantinya sudah kita ajukan ke Kemenhan. Nanti Kemenhan yang akan menentukan,” ujar Hadi usai meresmikan Monumen F-5 E Tiger II di Museum Pusat Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta, Selasa (25/4/2017).

Pihak TNI AU telah mengirim spesifikasi pesawat yang dibutuhkan. Hadi menegaskan dia telah meminta pesawat yang lebih canggih dan sesuai dengan zamannya.

“Yang jelas kita minta pesawat yang lebih canggih, yang sesuai dengan zamannya. Mengarah pada generasi 4,5,” imbuhnya.

Lalu saat ditanya apakah akan mengarah pada buatan Amerika seperti F-5 E/F Tiger II, Hadi menjawab singkat, “Bisa (Amerika Serikat), kita bisa mengarah ke blok barat maupun timur,” katanya.

Pesawat tempur F-5 E/F salah satunya kini sudah resmi menjadi monumen di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta. Selain itu satu pesawat yang sama juga menjadi monumen di depan Markas Komando Pertahanan Udara Nasional, Jakarta.

Sumber: detik

.

TNI AU Masih Cek Spesifikasi Heli AW 101

Yogyakarta – Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Hadi Tjahjanto memastikan tidak ada masalah administrasi soal Helikopter Agusta Westland (AW) 101. Saat ini pihaknya sedang melakukan pemeriksaan spesifikasi helikopter tersebut.

“Kita beli pesawat, kita terima pesawat, tidak seperti kita beli kendaraan. Sehingga harus ada secara detail kita cari, apakah sesuai dengan spek yang kita kirimkan,” ujar Hadi usai meresmikan Monumen F-5 E/F Tiger II di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta, Selasa (25/4/2017).

“Ini sedang berjalan (pengecekan spesifikasi),” imbuhnya.

Mengenai soal penggunaannya, Hadi mengatakan sudah menyampaikannya kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI.

“Sesuai yang kita sampaikan ke Kemenhan adalah sebagai (helikopter) angkut dan SAR,” kata Hadi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Hadi pernah menyatakan bahwa pengalihan fungsi dari heli VVIP ke heli angkut masih beralasan. Sebab dalam postur TNI memerlukan 4 squadron heli angkut.

“Di renstra (rencana dan strategi) kedua menyatakan kita harus mengadakan 6 heli angkut dan 4 heli VVIP. Sehingga muncul itu tadi, kita pembelian rencananya satu dulu. Kemudian akan diikuti heli berikutnya dengan menambah heli VVIP dan heli angkut,” Hadi di Auditorium Denma Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (17/2).

Sumber: detik

.

Kasau: Peran Dan Tugas TNI AU Dalam Mendukung Pembanguan Nasional

SIAGAINDONESIA.COM Kasau Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, S.IP. hadir di tengah-tengah para sesepuh dan senior TNI Angkatan Udara dalam Rakornas Persatuan Purnawirawan Angkatan Udara (PPAU) sekaligus menyampaikan pandangan tentang Peran, Fungsi, tugas TNI Angkatan Udara dalam rangka mendukung pembangunan nasional, di Gedung Sabang Merauke AAU Yogyakarta, Selasa (25/4/17).

Kasau mengatakan, dalam membangun kekuatan TNI AU kedepan didasari pada perkembangan lingkungan strategis, Undang-Undang RI no : 34 tahun 2004 tentang TNI, khususnya dalam Bab IV, peran dan fungsi tugas TNI dan Pasal 10 tentang tugas TNI Angkatan Udara, 9 agenda pemerintah yang dikenal dengan Nawacita, dan hasil Rapim TNI tahun 2017 tentang pokok-pokok kebijakan Panglima TNI. Sesuai tugas TNI Angkatan Udara secara khusus pada Pasal 10 adalah menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah udara yuridiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan internasional yang telah di ratifikasi. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra udara serta melaksanakan pemberdayaan pertahanan wilayah udara.

“Terkait agenda 9 Nawacita ada tiga tugas TNI Angkatan Udara diantaranya menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan melindungi rasa aman kepada seluruh warga negara, membuat pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintah yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, serta memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya,”katanya.

Kasau menuturkan, bahwa dalam Rapim TNI 2017 pokok kebijakan antara lain memfokuskan pembangunan dan kemampuan TNI yang diarahkan pada program dan kegiatan yang salah satunya untuk memelihara serta meningkatkan kemampuan pengamanan di laut, udara, dan wilayah perbatasan serta pulau terluar.

“Langkah awal TNI AU adalah mempertimbangkan beberapa aspek diantaranya aspek geografis yang mampu fleksibel dalam pelaksanaan operasi baik di dalam negeri maupun luar negeri, dapat memberikan efek tangkal sebagai pencegah dan keleluasaan dalam menindak setiap ancaman, serta penataan kekuatan agar tidak terpusat di satu wilayah,”ujarnya.

Untuk itu,menurut Kasau, TNI AU mengoptimalkan dan mempertahankan alutsista pesawat tempur, angkut dan helikopter yang dimiliki melalui pemeliharaan dan perawatan secara berkala serta kedepan pembangunan beberapa alutsista TNI AU dan konsep tentang Network Centric Operation yang mensinergikan semua alutsista yang dimiliki untuk kegiatan operasi.

“Selain itu dalam rangka mendukung program pemerintah, juga akan dilakukan pengadaan Drone yang ditempatkan di Ranai, Pontianak dan Saumlaki sehingga dapat meng-cover ALKI I, ALKI II dan ALKI III. Penambahan radar hanud sebanyak 12 secara bertahap serta pengadaan radar pesawat dan persenjataan pesawat T-50 i maupun pengadaan pesawat angkut berat, helikopter, pesawat MRTT ( Multi Role Transport Tanker) untuk mendukung pesawat tempur sehingga menambah jarak jangkau dalam melaksanakan operasi serta pengadaan pesawat tempur generasi 4.5 untuk mengganti pesawat F-5 E/F,”pungkasnya.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia