TRANSLATE

Sikapi Hercules Jatuh, Anggota Komisi I DPR Minta TNI Audit Seluruh Pesawat

Selasa, 20 Desember 2016

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi I DPR Sukamtamenyampaikan duka atas jatuhnya Hercules milik TNI AU jenis C 130 A-1344 di Wamena, Papua.

Tercatat 13 prajurit TNI AU meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.

Sukamta menuturkan dalam catatannya, tahun ini setidaknya terjadi 5 kali kecelakan pesawat milik TNI.

Sejak tahun 2000 telah terjadi 5 kali kecelakaan yang menimpa pesawat Hercules berjenis C 130.

“Ini tentu harus jadi perhatian serius dari Pak Menhan dan juga jajaran TNI,” kata Sukamta melalui pesan singkat, Senin (19/12/2016).

Sukamta menilai perlunya evaluasi secara menyeluruh terhadap sistem penerbangan TNI.

Audit terhadap kelaikan perlu dilakukan, mengingat banyak pesawat TNI yang usianya lebih dari 30 tahun.

Kata dia, pernyataan Kepala Staf TNI AU bahwa pesawat masih dalam keadaaan layak terbang tetap harus ditindaklanjuti.

“Lakukan audit kondisi pesawat TNI untuk memastikan kondisi pesawat yang masih ada,” kata Politikus PKS itu.

Hal ini mengingat informasi yang pernah didapat, kata Sukamta, karena keterbatasan peralatan akibat embargo tidak jarang perbaikan pesawat TNI dilakukan dengan cara kanibal.

Sukamta menilai positif jika Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) dapat dilibatkan dalam melakukan analisa penyebab kecelakaan.

“Saya paham bahwa tidak ada kewajiban untuk mengumumkan secara detail penyebab kecelakaan militer karena ini menyangkut rahasia negara,” kata Sukamta.

Namun, ia berharap hasil investigasi bisa menjadi alat evaluasi.

Seluruh data kecelakaan yang selama ini terjadi bisa jadi alat ukur apakah terjadi karena faktor pesawat atau faktor lain seperti manusia, cuaca, misi dan manajemen.

Sebab itu, Sukamta berharap adanya perbaikan dari sisi SDM dan manajemen penerbangan pesawat TNI.

“Saya berharap, tidak ada lagi kecelakaan pesawat TNI di waktu yang akan datang,” kata Sukamta.

DPR minta TNI audit sistem penerbangan

Jakarta (ANTARA News) – Komisi I DPR meminta TNI mengevaluasi seluruh sistem penerbangan di institusi tersebut karena pada 2016 sudah terjadi lima kali kecelakaan pesawat milik TNI.

“Sejak 2000 telah terjadi lima kali kecelakaan yang menimpa pesawat transport berat C-130 Hercules,” kata anggota Komisi I DPR, Sukamta, di Jakarta, Senin.

“Ini tentu harus jadi perhatian serius dari Menteri Pertahanan dan jajaran TNI,” kata dia.

Menurut dia, audit terhadap kelaikan pesawat TNI perlu dilakukan, mengingat banyak pesawat di institusi itu yang usianya lebih dari 30 tahun.

Dia mengatakan pernyataan petinggi TNI AU bahwa pesawat C-130 Hercules masih dalam keadaaan layak terbang, harus ditindaklanjuti dengan melakukan audit kondisi pesawat TNI untuk memastikan kondisi pesawat yang masih ada.

“Hal itu mengingat info yang pernah kami dapat, karena keterbatasan peralatan akibat embargo tidak jarang perbaikan pesawat TNI dilakukan dengan cara kanibal,” ujarnya.

Sekretaris Fraksi PKS di DPR itu menyarankan agar Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi dilibatkan dalam melakukan analisa penyebab kecelakaan.

Dia memahami tidak ada kewajiban untuk mengumumkan secara rinci penyebab kecelakaan militer karena ini menyangkut rahasia negara.

“Namun saya berharap hasil investigasi bisa menjadi alat evaluasi. Seluruh data kecelakaan yang selama ini terjadi bisa jadi alat ukur apakah terjadi karena faktor pesawat atau karena faktor lain seperti faktor manusia, cuaca, misi dan manajemen,” katanya.

Sukamta juga berharap ada perbaikan dari sisi SDM dan manajemen penerbangan pesawat TNI dan setidaknya bisa dengan mengacu pola penerbangan sipil yang sejauh ini dapat berjalan baik dan sangat minim terjadi kecelakaan.

Dia berharap, tidak ada lagi kecelakaan pesawat TNI di waktu yang akan datang.

Selain itu Sukamta menyatakan turut berduka cita atas 13 korban prajurit TNI AU yang meninggal dalam kecelakaan pesawat transport berat C-130HS Hercules nomor registrasi A-1344, di Wamena, Minggu (18/12).

Hercules Jatuh, DPR Minta TNI Investigasi Perawatan Pesawat

TEMPO.CO, Jakarta – Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Charles Honoris, mengatakan TNI harus menginvestigasi secara komprehensif perawatan dan pengelolaan skuadron pesawat miliknya. Ia juga menambahkan, harus ada reformasi pengelolaan alat utama sistem persenjataan (alutsista), menyusul jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Papua, pada Ahad, 18 Desember 2016.

“Hercules tipe ini memang sudah tua karena diproduksi tahun 1964. Tetapi bukan berarti usia perawatan tersebut membuatnya tidak aman untuk diterbangkan,” ujar Charles, di Jakarta, Senin, 19 Desember 2016.

Dia mengatakan pesawat jenis Hercules dengan usia yang sama, masih banyak digunakan di berbagai negara dengan optimal. Tetapi, dengan catatan, perawatannya baik.

Selain keterbatasan anggaran, Charles mengatakan, ada antrean yang harus dilewati untuk pengadaan pesawat angkut militer baru. “Pascakecelakaan Hercules di Medan beberapa waktu yang lalu, kami mendapatkan informasi bahwa dari 24 unit pesawat Hercules yang kita punya hanya 11 yang dalam kondisi siap terbang,” katanya.

Menurut politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-Perjuangan) itu, dari total 50 pesawat angkut yang dimiliki Indonesia, hanya 24 unit yang bisa terbang. Hal itu tentunya harus menjadi bahan evaluasi bagi TNI AU terkait perawatan dan pengelolaan pesawat terbang TNI.

“Terkait kebijakan anggaran, untuk tahun 2017, anggaran untuk TNI AU memang paling kecil. Dari rencana anggaran Rp 108 triliun matra udara hanya mendapat alokasi Rp 13,8 triliun,” katanya.

Charles menegaskan fraksi PDI Perjuangan terus mendorong agar anggaran pertahanan dari tahun ke tahun terus meningkat dan seimbang sesuai dengan kebutuhan riil sektor pertahanan. Dia mendukung penuh pemerintah menaikkan anggaran pertahanan sampai 2019 sebesar Rp 250 triliun.

“Masih hangat dalam memori kita tentunya dalam setahun terakhir insiden kecelakaan yang melibatkan pesawat TNI baik itu penumpang maupun pesawat tempur sudah terjadi setidaknya 5 kali,” ujarnya.

Dia mengatakan prajurit TNI dilatih dan dididik untuk menghadapi ancaman dan musuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), bukan untuk mati karena kelalaian institusi sehingga jangan jadikan pesawat dan alutsista sebagai peti mati prajurit.

Pesawat Hercules milik TNI AU hilang kontak sekitar pukul 06.05 WIT pada Ahad, 18 Desember 2016. Pesawat itu terbang dari Timika menuju Wamena. Pesawat jatuh setelah diduga menabrak Gunung Tugima, di Kampung Minimo, Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya. Akibat kecelakaan ini, seluruh penumpang pesawat berjumlah 13 orang meninggal dunia.

Pesawat tersebut selain melaksanakan misi latihan navigasi, juga tengah membawa logistik untuk Pemerintah Daerah Papua.

DPR minta TNI investigasi komprehensif perawatan pesawat

Jakarta (ANTARA News) – TNI harus menginvestigasi secara komprehensif terkait perawatan dan pengelolaan skuadron pesawat miliknya dan harus ada reformasi pengelolaan alutsista, menyusul jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Papua pada Minggu (18/12), kata anggota Komisi I DPR Charles Honoris.

“Hercules tipe ini memang sudah tua karena pabrikan tahun 1964. Tetapi bukan berarti usia pesawat tersebut membuatnya tidak aman untuk diterbangkan,” katanya di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan Hercules usia seperti itu masih banyak digunakan di berbagai negara dengan optimal, dengan catatan perawatannya baik.

Menurut dia, selain memang adanya keterbatasan anggaran untuk pembelian pesawat baru, ada antrean yang harus dilewati untuk pengadaan pesawat angkut militer baru.

“Pascakecelakaan Hercules di Medan beberapa waktu yang lalu, kami mendapatkan informasi bahwa dari 24 unit pesawat Hercules yang kita punya hanya 11 yang dalam kondisi siap terbang,” katanya.

Menurut politikus PDI Perjuangan itu, dari total 50 pesawat angkut yang dimiliki Indonesia, hanya 24 unit yang bisa terbang. Hal itu tentunya harus menjadi bahan evaluasi bagi TNI AU terkait perawatan dan pengelolaan pesawat terbang TNI.

“Terkait kebijakan anggaran, untuk tahun 2017, anggaran untuk TNI AU memang paling kecil. Dari rencana anggaran Rp108 triliun matra udara hanya mendapat alokasi Rp13,8 triliun,” katanya.

Charles menegaskan Fraksi PDI Perjuangan terus mendorong agar anggaran pertahanan dari tahun ke tahun terus meningkat dan seimbang sesuai dengan kebutuhan riil sektor pertahanan. Dia mendukung penuh pemerintah menaikkan anggaran pertahanan sampai 2019 sebesar Rp250 triliun.

“Masih hangat dalam memori kita tentunya dalam setahun terakhir insiden kecelakaan yang melibatkan pesawat TNI baik itu penumpang maupun pesawat tempur sudah terjadi setidaknya 5 kali,” ujarnya.

Dia mengatakan prajurit TNI dilatih dan dididik untuk menghadapi ancaman dan musuh NKRI, bukan untuk mati karena kelalaian institusi sehingga jangan jadikan pesawat dan alutsista sebagai peti mati prajurit.

Sebelumnya, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Hadiyan Sumintaatmadja membenarkan, bahwa Pesawat Hercules tipe A 1334 milik TNI hilang kontak pada Minggu (18/12) sekitar pukul 06.05 WIT.

Pesawat tersebut jatuh setelah diduga menabrak Gunung Tugima, Kampung Minimo, Distrik Maima, Kabupaten Jayawijaya. Akibat kecelakaan ini, seluruh penumpang pesawat berjumlah 13 orang meninggal dunia.

Menurutnya, pesawat tersebut selain melaksanakan misi navigation exercise atau latihan, juga membawa dukungan pergeseran logistik untuk Pemerintah Daerah (Pemda) Papua.

Hercules Jatuh, DPR Desak Seluruh Alutsista TNI Dievaluasi

JAKARTA – DPR mendesak pemerintah melakukan evaluasi terhadap kelayakan seluruh alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Langkah itu diambil menyikapi jatuhnya Pesawat C-130 Hercules bernomor A-1334 di Wamena, Papua, Minggu 18 Desember 2016.

“Secara khusus DPR akan memberi perhatian besar terhadap kualitas seluruh alutsista khususnya milik TNI,” ujar Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan, Selasa (20/12/2016).

Meski pesawat yang jatuh di Wamena, Papua akhir pekan lalu telah berusia 30 tahun, Taufik mengatakan pesawat Hercules C-130 dalam kondisi baik dan layak terbang.

Dia menilai alutsista penting dalam mendukung operasi perang maupun operasi nonperang yang dilakukan oleh TNI.

Taufik mengungkapkan DPR akan mempertimbangkan penambahan anggaran untuk pengadaan serta pemeliharaan alutsista milik TNI.

“Kita akan menginventarisasi seluruh pesawat operasional, khususnya pesawat nonperang untuk kepentingan kemanusiaan dan transportasi TNI yang digunakan setiap hari,” ucap politikus Partai Amanat Nasional itu.

Taufik mengucapkan belasungkawa mendalam atas jatuhnya korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. “Semoga keluarga prajurit yang ditinggal agar selalu tabah dan sabar menerima ujian ini,” kata Taufik.

Panglima TNI Pastikan Pemerintah Tak Akan Beli Pesawat Bekas

MALANG – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan TNI tidak akan membeli pesawat terbang bekas. Hal tersebut ditegaskan Jenderal Gatot usai melepas 13 jenazah korban Hercules yang jatuh di Papua.

“Presiden sudah menjelaskan untuk selanjutnya, pesawat terbang tidak ada lagi kita membeli pesawat yang tidak baru. Semuanya harus baru,” kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur, Senin (19/12/2016) dini hari.

Menurut dia, pernyataan Presiden Joko Widodo itu disampaikan pasca jatuhnya pesawat Hercules di Medan beberapa waktu lalu. “Presiden sudah menyatakan demikian, harus kita praktikkan,” katanya.

Mengenai penambahan Hercules, Gatot Nurmantyo menegaskan dengan kondisi wilayah Indonesia, TNI AU masih membutuhkan banyak pesawat Hercules untuk mendukung kekuatan udara di wilayah Indonesia.

“Mengenai jenis pesawatnya nanti akan ada tim sendiri apa yang diperlukan,” ujar Gatot.

Sekadar diketahui, pesawat Hercules yang jatuh di Wamena, Papua merupakan pesawat bekas dari Australia. Ada lima pesawat yang berasal dari Australia dan resmi menjadi milik TNI AU pada Februari 2016. Tiga pesawat ditempatkan di Skadron 32 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, dan dua pesawat di Skadron 31 Jakarta.

 

Sumber:Sindo




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia