TRANSLATE

Kemhan: Perang Modern Bisa Membelokkan Pemahaman Ideologi Negara

Senin, 19 Desember 2016

Padang – Perang ideologi dan pemikiran menjadi bagian dari perang modern. Perang modern ini bisa dicegah dengan program bela negara.

“Esensi dari program bela negara adalah bagaimana menanamkan dan menumbuhkan kesadaran bela negara kepada seluruh rakyat Indonesia. Sehingga, setiap rakyat memiliki sikap dan sikap rela berkorban demi bangsa dan negaranya,” ujar Sekjen Kemhan Laksamana Madya Widodo.

Widodo membacakan materi dari Menhan Ryamizard Ryacudu yang berhalangan hadir dalam kuliah umum di Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (18/12/2016).

Di depan ratusan mahasiwa, Widodo mengingatkan perang modern yang saat ini sedang berlangsung. Perang itu adalah perang ideologi dan pemikiran.

“Perang modern itu mempengaruhi hati dan pikiran rakyat untuk membelokan pemahaman terhadap ideologi negara,” kata Widodo.

Perang modern tersebut, lanjut Widodo, salah satu strateginya adalah melakukan adu domba antarmasyarakat Indonesia. Namun, tujuan akhir adalah menguasai sektor ekonomi.

“Muara akhir perang modern ini adalah menguasai sumber-sumber perekonomian, termasuk menguasai sistem tata kelola dan aturan hukum negara,” jelas Widodo.

“Strateginya murah meriah, modal sarana media-media dan kata-kata tertentu, masyarakat terpengaruh mengikuti paham yang disebarkan,” sambungnya.

Sementara itu Gubernur Sumbar Irwan Prayitno membanggakan perjuangan masyarakat Sumbar dalam mempertahankan kemerdekaan. Salah satunya peristiwa Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi.

Peristiwa itu terjadi pada 19 Desember 1948. Peristiwa itu pun diperingati sebagai Hari Bela Negara.

“Ini (hari bela negara) diangkat dari sebuah cerita meneruskan Republik Indonesia saat Presiden (Soekarno), Wakil Presiden (Moh. Hatta), dan pejabat negara ditangkap Belanda. Ada mandat untuk membuat pemeritah darurat yang ibu kotanya berada di Bukittinggi,” kata Irwan dalam sambutannya.

Irwan mengatakan, PDRI adalah hasil perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan Republik Indonesia. Mereka melakukan perlawanan secara gerilya.

“Para pejuang dari Sumatera Barat dan lainnya membela negara dan mereka banyak yang mati,” kata Irwan.

Irwan pun berpantun di hadapan peserta terkait program bela negara.

“Pergi memancing di pantai, di pinggir tebing. Ombaknya besar tak pernah jera. Membela negara bukan hanya perang, menjaga NKRI juga membela negara,” kata Irwan.

KEMENHAN: Pancasila Cegah Perpecahan Bangsa

Kabar24.com, PADANG -Ideologi Pancasila diyakini sebagai perekat yang mencegah Indonesia dari perpecahan.

Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Laksmana Madya TNI Widodo menyebutkan bahwa Pancasila adalah pencegah terjadinya perpecahan bangsa.

“Pancasila adalah Ideologi yang berbasis filsafat idealisme. Di dalamnya para pendiri republik telah merumuskan kebutuhan bangsa berdasarkan kondisi yang ada,” katanya membacakan amanat Menteri Pertahanan Jenderal (Pur) Ryamizard Ryacudu, dalam kuliah umum yang digelar di Universitas Negeri Padang (UNP), Sumatera Barat (Sumbar) Minggu (18/12/2016).

Nilai-nilai pancasila, katanya tidak pernah berubah dari dulu, sekarang, dan masa yang akan datang.

“Dengan tetap berpegang dan berpedoman pada Pancasila sebagai dasar negara yang menyatukan, diharapkan perpecahan tidak akan terjadi,” tegasnya.

Ia menyebutkan salah satu implementasi Pancasila adalah program bela negara yang menjadi prioritas Kementerian Pertahanan. Program yang salah satunya mengusung strategi pertahanan rakyat semesta.

Kemenhan membagi dua jenis ancaman pertahanan yang terjadi saat ini. Pertama adalah ancaman nyata, dan ancaman belum nyata.

Ancaman belum nyata adalah perang antarnegara. Sementara ancaman nyata adalah radikalisme, separatis pemberontakan bersenjata, bencana alam dan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, pencurian Sumber Daya Alam (SDA), dan lainnya.

Sementara Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno, di hadapan mahasiswa mengingatkan agar mahasiswa senantiasa menjaga kesatuan bersama.

“Dengan kondisi negara kita yang memiliki keragaman, baik agama atau budaya, sehingga berpotensi menimbulkan perselisihan. Jangan sampai Indonesia sebagai negara kesatuan terpecah belah dan berperang sesama kita,” katanya.

Ia juga mengingatkan agar para pemuda bijak menyikapi pengaruh global yang ada. Seperti perkembangan media sosial, serta paham-paham dari luar yang berpotensi menimbulkan perpecahan.

“Sejarah telah membuktikan bahwa Indinonesia kuat karena perjuangan bersama. Sebut saja peringatan Hari Bela Negara saat ini, yang di dalamnya terdapat peristiwa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI),” katanya.

Sedangkan Rektor UNP Ganefri, menyebutkan pihaknya akan memperbanyak porsi bela negara untuk meningkatkan rasa cinta tanah air. Salah satunya dengan melibatkan TNI pada masa orientasi mahasiswa di kampus itu.

Kuliah umum diikuti ratusan mahasiswa UNP, serta sejumlah mahasiswa Universitas Andalas, Institut Teknologi Padang (ITP), dan lainnya.

Sumber : Antara




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia