TRANSLATE

Tanamkan Nilai Bela Negara, Kemhan Luncurkan Film Seteru

Kamis, 15 Desember 2016

JAKARTA – Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan (Ditjen Pothan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) melaunching film kebangsaan berjudul ‘Seteru’. Film yang akan direlease di bioskop pada Februari 2017 mendatang, berisi tentang nilai bela negara.

Film yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menggambarkan perseteruan dua kelompok pelajar dari dua sekolah berbeda yakni, SMA Kesatuan Bangsa dan Budi Pekerti yang terlibat permusuhan selama bertahun-tahun.

Pelajar SMA Kesatuan Bangsa merupakan sekolah yang didominasi siswa-siswa ekspatriat kalangan menengah ke atas. Sedangkan, SMA Budi Pekerti didominasi siswa pribumi dari kalangan menengah ke bawah.

Untuk menghentikan perseteruan tersebut, kedua sekolah bersepakat melakukan pelatihan Bela Negara di Yonif 403 Yogyakarta, Kodam IV Diponegoro. Para siswa yang selama ini berseteru dan terlibat tawuran dididik nilai-nilai kebangsaan dan bela negara. Hingga akhirnya mereka bersatu di atas perbedaan.

Meski diwarnai adegan kekerasan seperti tawuran, namun film tersebut juga disisipi beberapa adegan humor yang membuat penonton bakal terhibur. Adapun pemain yang terlibat dalam film tersebut adalah aktor senior Mathias Muchus.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengaku, bangga dengan terobosan film ini karena mengandung pesan persatuan dan kesatuan. Film ini menunjukkan bahwa aktris dan aktor memiliki tanggung jawab menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan dan mentransformasi nilai Bela Negara kepada masyarakat.

“Kita harus bersyukur diberikan tanah, laut dan Tanah Air yang kaya. Kita harus berterima kasih pada negara karena memberikan kehidupan. Kita lihat di Lebanon ada 2,5 juta pengungsi di tenda-tenda yang sudah hampir 5 tahun meninggalkan tempat lahirnya karena tempatnya tidak lagi aman,” kata Ryamizard, di Jakarta, Jumat (9/12/2016).

Sumber: Sindo

‘Seteru’ Jadi Cara Kemhan Perluas Kesadaran Bela Negara

Jakarta, CNN Indonesia — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengapresiasi pembuatan film berjudul Seteru yang bertemakan bela negara. Film tersebut, menurutnya, sebagai media untuk mendorong kesadaran bela negara masyarakat Indonesia.

“Saya bangga atas upaya terobosan pembuatan film Seteru yang bertemakan bela negara dan mengandung pesan-pesan tentang persatuan dan kesatuan,” ujar Ryamizard di Jakarta seperti dikutip Antara, Jumat (9/12).

Program Kesadaran Bela Negara merupakan salah satu program prioritas Kementerian Pertahanan. Melalui Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kemhan bersama PT Dapur Film pimpinan Hanung Bramantyo membuat film Seteru untuk menyebarluaskan kesadaran bela negara.

Pembuatan film ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya membangun karakter bangsa Indonesia. Ryamizard mengatakan, kesadaran bela negara harus dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, termasuk seniman.

Ryamizard berharap, film ini dapat mentransformasikan nilai nasionalisme kepada seluruh masyarakat khususnya generasi muda. Dia menyatakan, setiap warga negara bertanggung jawab menjaga persatuan serta melindungi bangsa dari ancaman seperti terorisme dan radikalisme.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat ini mengatakan, di tengah situasi global yang sedang dilanda konflik di timur tengah, bangsa Indonesia perlu bersyukur karena masih bisa menjaga kesatuan.

“Terima kasih dan syukur itu apa wujudnya? Wujudnya adalah bela negara. Kalau enggak mau bela negara keluar aja dari negara ini,” kata Ryamizard.

Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan Timbul Siahaan mengatakan film Seterumerupakan film layar lebar program Kemhan dari anggaran 2016. Film ini akan diputar di bioskop. Sementara penyebarluasan film ini akan menggunakan anggaran 2017.

“Film bela negara Seteru merupakan upaya kreatif yang dilakukan melalui pembinaan kesadaran bela negara di tengah teknologi yang berkembang,” katanya.

Film Seteru yang disutradarai Hanung Bramantyo ini menceritakan siswa dari dua sekolah menengah atas (SMA) yaitu SMA Kesatuan Bangsa dan SMA Budi Pekerti. SMA Kesatuan Bangsa didominasi siswa keturunan multietnis, sedangkan SMA Budi Pekerti didominasi siswa lokal pribumi.

Selama bertahun-tahun kedua sekolah terlibat permusuhan. Namun pada akhirnya mereka mampu bersatu dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika. Permusuhan tersebut berganti menjadi persahabatan yang erat.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia