Menhan: Bela Negara Tumbuhkan Nasionalisme
Selasa, 6 September 2016Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengemukakan program bela negara untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pada seluruh anak bangsa. Pasalnya, saat ini sudah ada kelenturan dan kekurangan atas rasa nasionalisme terhadap bangsa ini.
“Sekarang banyak jiwa kebangsaannya tipis, tipis sekali,” kata Ryamizard dalam mengikuti rapat koordinasi (Rakor) bela negara di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (25/8).
Ia menjelaskan bela negara sebagai efek getar untuk menumbuhkan semangat nasionalisime. Ancaman terhadap bangsa ini bukan hanya masalah peperangan. Masalah radikalisme dan terorisme adalah ancaman serius saat ini. Masalah narkoba, pencurian sumber daya alam, bencana alam, proxy war, dan sebagainya adalah ancaman nyata saat ini yang harus dihadapi. Jika rasa nasionalisme dan bela negara berkurang maka ancaman-ancaman yang ada itu bisa menjadi masalah serius yang tidak bisa ditangani di kemudian hari.
“Bela negara beri efek ‘getar’ dan modal sosial. Kita buat program ini mulai Taman Kanak-Kanak hingga Perguruan Tinggi. Kita harapkan 20 tahun kedepan, bangsa ini sudah kokoh,” tuturnya.
Menurutnya, program bela negara juga akan merekrut anak jalanan, para preman, anak terlantar dan komunitas sosialnya. Pihaknya siap membolisasi seluruh lapisan masyarakat agar kembali bangkit rasa nasionalisme dan bela negaranya.
“Kita bina anak jalanan, preman. Jangan dibiarkan begitu saja. Saya menyusun pertahanan dengan melihat ancaman pertahanan negara,” tutupnya.
Sumber : berita satu
Ryamizard: Saya Bilang Sama Menhan Arab, Kiamat Dunia Ini
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menghadapi bahaya teror Islmaic State in Iraq and Syria (ISIS), Menteri Pertahanan (Menhan) RI, Jend TNI Purn Ryamizard Ryacudu tetap fokus mencegah perekrutan dari dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pembinaan Kesadaran Bela Negara yang dipimpinnya, di Kementerian Pertahanan RI, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Mengenakan batik bernuansa gelap, Mantan Kepala Staff Angkatan Darat (KSAD) itu menjelaskan, bahawa Undang Undang tidak memungkinkan untuk untuk memerangi ISIS secara agresif, dengan cara melakukan penyerangan layaknya negara-negara lain, di Eropa dan Timur Tengah.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara yang penduduk muslimnya tertinggi di dunia, menjadi target perekrutan gerakan-gerakan Islam radikal, khususnya ISIS.
Oleh sebab itu, dirinya akan tetap mengedepankan pencegahan perekrutan dari dalam negeri, untuk menghadapi bahaya ISIS.
Hal tersebut juga telah disampaikan kepada Pemerintah Arab Saudi, dalam kunjungannya beberapa waktu lalu, yang sempat mempertanyakan peran serta Indonesia dalam menghadapi bahaya ISIS tersebut.
“Sudah banyaklah yang memerangi ISIS di sini. Saya akan berada di Indonesia saja, kenapa?” katanya, menceritakan pertemuan dengan Menhan Arab Saudi beberapa waktu lalu.
“Di Indonesia itu, penduduknya 250 juta lebih. Yang Islamnya itu 200 juta lebih, ISIS itu tidak lebih dari 300 ribu. Tapi dunia ketakutan, menakutkan,” ujarnya.
“Ini sasaran dari ISIS untuk merekrut. Kalau terekrut satu persen saja dari 200 juta, itu kan 2 juta. Tiga ratus ribu aja menakutkan, 2 juta bagaimana ini? Saya bilang sama Menhan Arab (Saudi), kiamat dunia ini,” tambahnya