Kemenhan Libatkan 65 Lembaga dan Kementerian
Senin, 19 Oktober 2015JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pertahanan menggandeng 65 lembaga dan kementerian untuk berpartisipasi dalam pelatihan bela negara. Dari semua instansi itu, setiap instansi ditargetkan memiliki dua pelatih inti yang selanjutnya akan menyalurkan pengetahuan bela negara kepada calon kader di setiap instansi.
Adapun pelatih inti merupakan kader yang dilatih langsung oleh Kemenhan. Pelatihan dilakukan di resimen induk kodam (rindam) pada 2015, sedangkan mulai 2016 pelatihan pelatih inti akan dipusatkan di Pusat Pendidikan Pelatihan dan Pendidikan Bela Negara di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Setelah menjalani pelatihan selama sebulan, para pelatih inti akan mendidik kader di daerah atau instansi masing-masing. Pelatihan dilakukan intensif selama lima hari. Materi pelatihan menekankan wawasan kebangsaan, pengetahuan bela negara, dan pelatihan baris berbaris.
Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kemenhan Mayor Jenderal Hartind Asrin menuturkan, selain menjalankan pelatihan di 45 kabupaten dan kota, Kemenhan juga melibatkan 65 lembaga dan kementerian untuk memberikan pelatihan di setiap kementerian.
“Kami menyerahkan sepenuhnya kepada kementerian dan lembaga tersebut. Kementerian Pertahanan hanya memberikan standardisasi, serta menyiapkan dua pelatih inti dari setiap kementerian/lembaga itu,” kata Hartind di Jakarta, Jumat (16/10).
Untuk pelaksanaan pelatihan para kader yang dilakukan kementerian dan lembaga, kata Hartind, anggaran pelatihan berasal dari dana instansi tersebut terkait pendidikan dan pelatihan. Lokasi pelatihan pun dilakukan di pusat pendidikan dan pelatihan (pusdiklat) setiap instansi.
“Apabila kementerian dan lembaga ingin melakukan pelatihan di Pusdiklat Bela Negara, kami siap memfasilitasi,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menegaskan, pelatihan bela negara adalah hak dan kewajiban seluruh warga negara Indonesia. Karena itu, seluruh pihak akan dilibatkan agar memahami nilai-nilai kebangsaan sehingga mereka memiliki sikap rela berkorban terhadap bangsa dan negara.
“Bela negara bukan untuk berperang, melainkan membangun bangsa. Bagaimana bisa membangun kalau tidak cinta bangsanya?” tutur Ryamizard.
.