TRANSLATE

Menhan Minta Optimalkan Perawatan dan Pemeliharaan Pesawat

Kamis, 17 September 2015

Metrotvnews.com, Bandung: Guna memastikan perawatan dan pemeliharaan alutsista (alat utama sistem senjata), khususnya di lingkungan TNI Angkatan Udara, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu meminta jajarannya tak setengah-setengah.

Hal tersebut diungkapkan Ryamizard saat mengecek Satuan Pemeliharaan (Sathar) 15 Depo 10 Lanud Husein Sastranegara, Bandung, yang menjadi pusat pemeliharaan pesawat Hercules C-130.

“Pesawat baru kalau perawatannya jelek tidak akan bagus, tapi pesawat tua jika perawatan bagus, pasti bagus,” kata mantan kepala staf TNI Angkatan Darat itu, Kamis (27/8/2015).

Peninjauan langsung ini, menurut Menhan, untuk melakukan mendeteksi dini alutsista, sesuai perintah Presiden. “Perintah beliau (Presiden), jangan ada lagi kecelakaan pesawat. Pemeliharaan dan perawatan harus menjadi prioritas utama,” jelas Ryamizard mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo.

Meski Indonesia tertinggal jauh dari negara lain untuk jenis pesawat angkut, pihaknya akan mengusahakan perawatan maksimal. “Kalau memang anggaran pemeliharaan kurang, kita akan cari solusinya,” ujar dia.

Komandan Pemeliharaan Materiil TNI AU, Marsda Robert Soret Marut, mengatakan kunjungan Menhan ke sana merupakan kehormatan tersendiri.

“Sejak NKRI berdiri, baru pak Ryamizard yang melakukan kunjungan ke Sathar. Ini kehormatan tersendiri bagi kami TNI AU,” jelasnya. Saat ini, di Sathar ada 18 unit pesawat Hercules yang sedang diperbaiki.

.
Pengadaan Alutsista Terimbas Lesunya Ekonomi, Ini Langkah Menhan

Liputan6.com, Yogyakarta – Menurunnya ekonomi dunia dengan melemahnya rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat berimbas pada pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Indonesia.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengatakan, kondisi melemahnya ekonomi dunia itu dapat berpengaruh pada penggunaan anggaran pertahanan Indonesia. Saat ini penghematan dilakukan, bahkan ditempuh Kementerian Pertahanan sejak pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto.

“Dari dulu ngirit, kita sudah (kencangkan) ‘ikat pinggang’, (kini) kita tambah lagi. Dari zaman Pak Harto, dulu ekonomi dululah kalau sudah siap baru tentara. Itu prinsip, jadi kita enggak ngotot-ngotot. Yang penting kepentingan nasional dulu yang mendesak itu dulu. Perang juga belum kelihatan perang kan,” ucap Ryamizard Ryacudu di Baseop Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, Rabu 26 Agustus 2015.

Menhan menjelaskan, saat ini secara umum alutsista Indonesia sudah cukup baik. Namun begitu memang ada beberapa harus diganti dan diperbaharui. Seperti penambahan 12 pesawat baru Jupiter.

Selain itu, sambung mantan Kepala Staf TNI AD atau KSAD tersebut, rencana penggantian pesawat Hercules sudah dijadwalkan. Pembelian pesawat Sukhoi juga telah direncanakan. Namun rencana itu tergantung keputusan presiden apakah menyetujui semua rencana tersebut.

“Baik ya tapi ada perlu diganti misalnya pesawat baru perlu ditambah. 12 Pesawat Jupiter. Lalu satu tim untuk akrobat sendiri. Kita punya anggaran tinggal kita pilah-pilah. Tapi tergantung presiden” ujar Ryamizard.

Jenderal purnawirawan TNI AD itu juga mengatakan, jika ada beberapa pesawat yang tidak digunakan kembali sebaiknya dijual. Hal ini bisa menambah anggaran untuk membeli pesawat baru, sehingga jika tidak menambah anggaran untuk membeli pesawat baru tak begitu banyak.

“Kalau enggak mau pakai ya dijual aja. Daripada dipajang di markas, mending dijual aja kalau ada yang beli. Seperti pesawat 737 kan, nah kalaupun nambah enggak banyak,” lanjut Ryamizard.

Menhan juga mengatakan alutsista Indonesia cukup memenuhi untuk pertahanan negara dengan ribuan pulau ini. Namun, negara mana pun akan berpikir ulang jika akan berperang melawan Indonesia.

Sebab, sambung Ryamizard, selain peralatan perang yang mumpuni, jumlah rakyat Indonesia mencapai 200 juta orang. Dengan demikian, tidak hanya menghadapi militer tapi juga masyarakatnya yang disebutnya sebagai perang semesta.

“Jadi siapa pun mau berbuat di sini mikir kenapa karena melawan 200 juta orang, jangan main main,” pungkas Menhan Ryamizard Ryacudu.

.
Tinjau ‘Garasi’ Pesawat Hercules, Menhan Inginkan Perawatan Maksimal

Indopos.co.id- Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu mengunjungi ‘garasi’ atau hangar pesawat hercules di Depohar 10, Lanud Husein Sastranegara, Bandung. Ada beberapa pesawat jenis itu yang sedang direparasi di bengkel tersebut. Menhan mengamanatkan pada Dandepohar 10 untuk mengoptimalisasi perawatan pesawat.

Meski pesawat-pesawat itu adalah hibah dari negara lain, perawatan yang diberikan harus bagus. RR menilai percuma jika pesawat baru namun perawatannya jelek. Dengan perawatan prima, pesawat baru maupun lama akan bekerja dengan baik.

“Pokoknya saya minta perawatan harus bagus. Pesawat baru perawatan ga bagus pun percuma,” ujar Ryamizard di Lanud Husein Sastranegara, Bandung (27/8).

Tiga pesawat terlihat sedang dipercantik di ruangan sebesar separuh stadion GBK itu. Ada yang sudah selesai dan baru akan direparasi. Setiap pesawat hercules memiliki jatah kontrol tiga bulan sekali.

Biasanya pesawat yang ditempatkan di Depohar 10 ini adalah Hercules yang melakukaan reparasi enam tahunan. Isi dan keseluruhan pesawat dirombak total. Salah seorang staff mengaku harus memenuhi 284 kartu kerja untuk tiap hercules.

Kartu tersebut berisi komando-komando reparasi dan peremajaan pesawat. Untuk diketahui, Menhan mengunjungi Hangar atas perintah Presiden Joko Widodo guna menginspeksi kelayakan pesawat. Hasilnya, ada konsentrasi aanggaran yang diperintahkan RR dalam sidak itu.

Ia menyebut, Depo harus mengerjakan segala sesuatunya dengan teliti dan menyeluruh. “Betul-betul teliti, tidak terlalu cepat ga apa apa, tapi bagus. Sparepart baru, mesin, baling-baling. Walau tua tp mesin sayap itu baru,” imbuh Menhan.

Kalau perlu, anggaran untuk peremajaan lima pesawat dipakai hanya mereparasi empat pesawat saja. Hal ini lebih baik ketimbang mengerjakan lima pesawat namun tak maksimal.

“Anggaran saya yang mengeluaarkan. Kalau ada 5 yg diperbaiki tapi nanggung mending 4 saja tapi sempurna,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemenhan, Leonardi, mengungkapkan anggaran yang digelontorkan pemerintah untuk peremajaan cukup besar. Ia menjelaskan, untuk total pagu anggaran Kemenhan sebesar Rp 106 triliun pada tahun ini, perawatan dan peremajaan sudah dianggarkan dalam pembelian alutsista sebesar 30 persen. Ia berharap, ke depan penetapan anggaran untuk elemen ini akaan diperbesar.
“Kita berharap lebih besar dong mas,” ujarnya.

Sumber : : http://www.indopos.co.id/2015/08/%e2%80%8etinjau-garasi-pesawat-hercules…

.
Percakapan Tiga Jenderal NATO, Begini Tanggapan Menhan Ryamizard

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kekuatan militer Indonesia mendapat pengakuan tiga jenderal yang targabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu terjadi dalam sebuah diskusi dengan mahasiswa, yang bertanya tentang penempatan marinir AS di Darwin, Australia, apakah berkaitan untuk menekan Indonesia.

Jenderal Tommy Franks, salah satunya yang memimpin operasi penumpasan Taliban di Afganistan menjawab, banyak risiko yang harus ditanggung kalau marinir AS ‘menyerang’ Indonesia. Pasalnya, kalau menyerang Indonesia, tidak hanya menghadapi TNI beserta pasukan khususnya saja, melainkan juga seluruh rakyatnya.

Hal itu diceritakan Menhan Ryamizard yang mendapat informasi video percakapan tersebut dalam berbagai kesempatan saat temu wartawan di Kemenhan.

Ketika dikonfirmasi ulang, Ryamizard menjawab diplomatis tentang percakapan tiga jenderal tersebut yang memuji kekuatan militer Indonesia. Menurut dia, tentara AS pasti berpikir berkali-kali kalau gegabah mengganggu Indonesia.

“Bukan tidak mau (menyerang), nanti mereka marah. Jadi kalaju perang di sini, dia (AS dan NATO) akan berpikir, yang berperang bukan tentara saja, tapi seluruhnya karena menganut sistem perang semesta,” kata Ryamizard kepada Republika Online, Rabu (26/8).

Menurut dia, bela negara yang menjadi sistem pertahanan bangsa Indonesia demi menjaga kedaulatannya secara tidak langsung melibatkan seluruh rakyat ketika kondisi negara terancam. Karena itu, kalau ada serangan fisik maka tidak hanya TNI yang bergerak, kader bela negara yang berjumlah 100 juta orang bisa ikut bergerak.

“Siapa pun yang mau berbuat di sini, mikir-mikir melawan 250 juta orang (penduduk Indonesia). Itu tidak main-main menembak, pelor-pelor pun tak akan cukup,” kata mantan KSAD tersebut.

Dia mencontohkan, Israel yang berpenduduk sekitar 7 juta orang sanggup bertahan, meski ancaman datang dari kiri dan kanannya. Hal itu terjadi karena seluruh rakyatnya siap bersatu membela negara. “Kalau mereka tidak kuat, bisa terdorong ke laut”

Ryamizard melanjutkan, kalau saja seluruh warga Indonesia sadar dengan bela negara, dapat dipastikan tidak ada negara yang berani mengganggu NKRI. “Kalau saja 50 juta atau 100 juta (siap bela negara), bangsa Indonesia tidak akan goyah. Berapa puluh pun bangsa menyerang kita, kita akan tetap eksis,” kata mantan panglima Kostrad itu.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia