Menhan: Narkoba Lebih Mengancam Negara Ketimbang Perang
Kamis, 20 Agustus 2015JAKARTA – Menteri Pertahanan RI, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan, Indonesia harus siap menghadapi ancaman nyata yang dapat menggerus pertahanan negara.
Namun, Ryamizard tidak memasukkan isu perang sebagai salah satu ancaman buat RI. Termasuk jika ada persengketaan dengan negara-negara tetangga se-kawasan ASEAN (Asia Tenggara).
“Kita sepakat, negara ASEAN kalau ada masalah diselesaikan secara damai. Sudah 48 tahun itu terjaga dan bisa dilaksanakan,” katanya dalam acara ‘Silaturahmi Menteri Pertahanan RI dengan Media Massa’ di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (18/08/2015)
“Hubungan dengan Malaysia baik. Diplomasi pertahanan kita harus baik. Dengan demikian, ancaman perang belum ada,” lanjut putra pejuang Mayjen (Anm) Musannif Ryacudu tersebut.
Ia menegaskan, justru ancaman nyata bangsa ini adalah ancaman bencana alam, teroris, pencurian ikan, wabah penyakit dan tak ketinggalan, narkoba.
“Tiap hari 50 orang (pengguna narkoba). Satu tahun sudah 15 ribu. Harus kita pahami dan sama-sama mencegah. Kalau tidak, pertahanan kita akan goyah. Ancaman nyata ini harus kita pikirkan,” tambah Menhan.
Dalam kesempatan itu, Menhan juga menyampaikan prioritas program kementerian pertahanan ke depan. Di antaranya, penanaman bela negara, peningkatan pengadaan perangkat militer, dan pembangunan di daerah perbatasan.
“Kita tidak melakukan wajib militer, tetapi ada undang-undang yang mengatur setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban membela negara,” pungkasnya.
Sumber : http://news.okezone.com/
.
Menhan: Laut Cina Selatan Bergolak, Indonesia Kena Dampaknya
Jakarta, GATRAnews – Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu berharap ketegangan yang terjadi di Laut Cina Selatan mereda karena bila terjadi pergolakan di wilayah utara Indonesia itu terjadi, maka Indonesia juga akan terkena dampaknya.
“Kita harapkan agar Laut Cina Selatan damai terus, karena kalau memanas kita juga kecipratan,” ujar Menhan di Kantor Kemhan, Jakarta, Rabu (19/8).
Selain Indonesia, jalur perdagangan lewat laut bisa terganggu bila stabilitas keamanan di Laut Cina Selatan terganggu.
“Saya harapkan agar ketegangan yang terjadi mereda agar jalur laut tersebut lancar. Karena disitu ada kepentingan Utara-Selatan, Barat-Timur,” ucap Ryamizard.
Seperti diketahui, Cina selama ini mengklaim sebagian besar wilayah di Laut Cina Selatan. Cina bahkan melakukan reklamasi untuk pembangunan pulau buatan di wilayah itu. Selain Cina, Taiwan dan beberapa negara ASEAN, yaitu Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei, mengklaim wilayah yang sama.
Laut Cina Selatan merupakan jalur perdagangan yang strategis dan salah satu jalur dagang paling gemuk di dunia. Selain itu, Laut Cina Selatan kaya akan sumber daya alam.
Kawasan Laut Cina Selatan sendiri merupakan jalur perdagangan kapal yang sangat strategis dan bernilai US$ 5 triliun setiap tahun.