Panglima TNI: Indonesia Mengalami Erosi Mental dan Ideologi
Rabu, 12 Agustus 2015Jakarta – Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengemukakan bangsa ini sedang mengalami erosi atau krisis mental dan ideologi. Erosi mental berupa munculnya mental dan perilaku yang menyimpang seperti malas, culas, tidak mau bekerja keras, korup, dan sebagainya. Sementara erosi ideologi berupa hilang atau lunturnya kepercayaan terhadap ideologi yang dianut bangsa ini yaitu Pancasila.
“Yang terjadi sekarang ini adalah erosi mental dan ideologi. Pemahaman dan penegakan Pancasila sebagai dasar negara sudah memudar. Ini memprihatinkan kita semua,” kata Gatot saat memimpin acara pelantikan pengurus pusat keluarga besar Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/POLRI (FKPPI) di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa (11/8) malam. Presiden Jokowi batal hadir pada acara tersebut. Dia hanya mengirim perwakilannya yaitu Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu.
Meski Jokowi tidak hadir, sejumlah tokoh tampak hadir seperti mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang juga Ketua Umum PDIP, mantan Wakil Presiden Try Soetrisno, dan salah satu tokoh pendiri FKPPI yang juga Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Tampak pula Ketua DPR Setya Novanto dan mantan Panglima TNI Djoko Santoso.
Gatot menjelaskan erosi atau krisis terjadi karena nilai-nilai asli atau pokok dari bangsa ini sudah mulai dilupakan. Sebagai contoh, sistem pemilihan lewat musyawarah untuk mufakat diganti dengan sistem voting. Kemudian semangat gotong royong sangat jarang digunakan. Yang terjadi malah orang bersifat individualistis.
Dia mengingatkan seluruh lapisan masyarakat, terutama para anggota FKPPI agar ingat pesan dari Presiden pertama bangsa ini yaitu Soekarno. Dia pernah mengatakan bahwa bangsa lain akan iri terhadap negara Indonesia. Hal itu karena Indonesia kaya akan sumber daya alam.
Dalam kondisi seperti itu, jika di antara kita telah terjadi erosi mental dan ideologi maka negara ini tinggal tunggu waktu untuk hancur.
Dia tetap yakin FKPPI hadir untuk menyelamatkan kecendrungan-kecenderungan negatif tersebut. Dia meminta kader FKPPI agar kembali menghargai nilai-nilai lokal kita seperti sistem pemilihan bukan dengan voting tetapi lewat musyawarah. Kemudian mengembangkan semangat gotong royong dalam bekerja.
Sumber : Suara Pembaruan