TRANSLATE

Menhan: Alutsista Bukan Tolok Ukur Kekuatan Militer

Jumat, 7 Agustus 2015

JAKARTA – Menteri Pertahanan (Menhan) RI Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, mengatakan banyaknya Alat Utama Sistem Pertahanan (Alutsista), tak menjadi satu-satunya tolok ukur kekuatan militer suatu negara.

Menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini, diperlukan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, sebagai “man behind the gun”, yang menjadi salah satu tolok ukur kekuatan militer.

“Ini bukan tentang alutsista aja, tapi soal mekanisme. Karena kekuatan ditentukan melalui manusianya. Alutsista banyak, tapi enggak ada manusia yang memakai, ya enggak ada gunanya,” ujar Ryamizard saat memberikan pidato Forum Group Discussion dengan tema ‘Bela Negara’, di Kemenhan, Jumat (31/7/2015).

Oleh sebab itu, Kemenhan bersama Lemhanas, menginisiasi gerakan ‘Bela Negara’, melalui Pusdiklat yang akan segera dibentuk, yang merupakan program Nawa Cita Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hak itu dikatakan sebagai cerminan revolusi mental. “Dengan mengusung tema melalui diklat bela negara, kita tingkatkan kesadaran bela negara dalam mendukung program nawacita,” tambah putra pahlawan Mayjen TNI (Anm) Musannif Ryacudu tersebut.

Berdasarkan hasil riset, Menhan menjelaskan bahwa kekuatan militer Indonesia berada di posisi 12, pada jajaran kekuatan pertahanan dunia dan urutan sembilan di kawasan Asia-Pasifik.

“Masalah kekuatan kita, betapa orang mencermati bahwa kekuatan kita itu masalah bela negara,” tutup Menhan.

Sumber : http://news.okezone.com/

.
Menhan: Australia Bukan Ancaman, Australia yang Anggap Kita Ancaman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai, kesadaran bela negara wajib terus digelorakan dalam setiap insan masyarakat.

Kondisi itu perlu dilakukan demi menjaga keutuhan NKRI. Kesadaran bela negara itu hakikatnya bersedia berkorban ketika menghadapi ancaman negara lain.

Meski ancaman militer dari negara tetangga hampir tidak mungkin terjadi, kata dia, kesadaran bela negara wajib tertanam dalam setiap komponen bangsa. Hal itu merupakan wujud nasionalisme tindakan bela dan cinta negara.

“Australia bagi kita bukan ancaman, Australia yang anggap kita ancaman. Itu tidak masalah. Kecuali kalau kedaulatan kita terrganggu,” kata Ryamizard saat membuka ‘focus group discussion Bela Negara’ di Kementerian Pertahanan, Jumat (31/7).

Menurut dia, komponen bela negara merupakan modal bagi Indonesia untuk terus tegak berdiri dalam menghadapi segala ancaman. Sehingga, kekuatan pertahanan itu tidak hanya dibebankan kepada TNI saja. Dengan begitu, kalau terjadi serangan maka musuh akan menghadapi seluruh daya bangsa Indonesia, tak cuma kekuatan militer.

“Kekuatan itu ditentukan manusianya. Alutsista canggih juga tergantung orangnya. Singapura itu alutsistanya tidak cukup ditaruh di sana sampai dititipkan ke Selandia Baru. Garasi kita kosong, tapi yang penting jiwanya terisi,” kata mantan kepala staf Angkatan Darat (KSAD).

Atas dasar itu, ia melanjutkan, tiga jenderal Amerika Serikat yang memiliki pengalaman perang di Irak menyatakan, ketidakberaniannya kalau tentara mereka menyerang NKRI. Pasalnya, ketiga jenderal senior itu mengakui kekuatan Indonesia. Risiko menggangu Indonesia, kata Ryamizard, tentu akan berhadapan dengan 250 juta rakyat.

“Israel saja 7 juta orang bersatu, negaranya kuat, Apalagi Indonesia, umpama 100 juta orang saja, itu tak ada negara yang berani serang kita,” katanya.




Hak Cipta © Kementerian Pertahanan Republik Indonesia