Bangga pada Kopasuss
Kamis, 16 April 2015KOPASSUS berulang tahun yang ke-63, 16 April ini. Inilah pasukan khusus TNI AD yang pernah mengukir sejumlah prestasi gemilang dalam menjalankan tugas-tugasnya. Namanya sempat tercoreng terkait dengan kasus pelanggaran HAM menjelang berakhirnya era Orde Baru.
Prestasi yang pernah diukir Kopassus antara lain operasi penumpasan pemberontakan DI/TII, operasi militer PPRI/Permesta, operasi Trikora, operasi Dwikora, penumpasan G-30-S/PKI, operasi Pepera di Irian Barat, operasi Seroja di Timtim, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang, Thailand, Operasi GPK Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, dan berbagai operasi militer lainnya.
Sejak berdiri tahun 1952 dengan nama Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT), Kopassus dikenal sebagai tempat persemaian perwira-perwira muda potensial. Nama-nama seperti Benny Moerdani, Sintong Panjaitan, Yunus Yosfiah, Agum Gumelar, Hendropriyono, Sutiyoso, Prabowo Subianto adalah perwira-perwira yang pernah berprestasi ketika berada di Kopassus dan nama lain yang tidak bisa disebut satu per satu.
Kopassus memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan antiteror. Baret merah, itulah ciri khas pada prajurit Kopassus yang memiliki moto Berani, Benar, Berhasil. Rakyat Indonesia patut bangga memiliki salah satu pasukan elite militer yang cukup terpandang di dunia ini.
Sebagaimana TNI secara keseluruhan, Kopassus lahir dari rakyat dan bagian dari rakyat. Kopassus adalah milik seluruh rakyat Indonesia. Kopassus mencatatkan pengabdian dirinya dalam menjaga keutuhan NKRI sejak berdirinya.
Sebagai pasukan elite, Kopassus telah pula mendapat pengakuan dari dunia. Tahun 2008, misalnya, Kopassus dinobatkan oleh Discovery Channel Military sebagai pasukan elite terbaik ketiga di dunia setelah Special Air Service (SAS) Inggris dan Mossad Israel.
Kopassus pernah pula dinobatkan menjadi pasukan terbaik kedua di dunia dalam hal keberhasilan operasi intelijen dalam pertemuan Elite Forces in Tactical, Deployment, and Assault di Wina, Austria. Kopassus hanya kalah dari Delta Force AS.
Keahlian prajurit Kopassus di atas rata-rata pasukan elite negara lain. Mereka tidak terlalu bergantung dan mengandalkan teknologi canggih. Setiap personelnya dituntut memiliki kemampuan bela diri yang cakap, bertahan hidup, melakukan kamuflase, berstrategi, bergerilya, membuat perangkap, dan lain-lain. Hal ini berbeda dengan pasukan negara maju seperti Amerika Serikat yang terlalu mengandalkan kecanggihan teknologi.
Itulah sebabnya, Kopassus disegani militer negara lain. Sejumlah negara bahkan meminta Kopassus melatih pasukan militernya. Negara-negara Afrika Utara, misalnya, 80 persen pelatih militernya dari Kopassus. Kamboja juga telah lama menggunakan pelatih militer dari Kopassus.
Hal itu menunjukkan Kopassus tak saja sebagai pasukan elite Indonesia, tapi juga dunia. Tugas kita semualah sebagai rakyat Indonesia untuk terus mendukung dan menjaga Kopassus sebagai pasukan elite yang memiliki tugas menjaga kesatuan NKRI.
Selamat berulang tahun Kopassus.
Sumber : http://poskotanews.com/2015
.
Cerita Intel Kopassus Ditembaki Pasukan TNI di Sarang GAM
JAKARTA – Hari ini pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merayakan hari jadinya yang ke-63. Banyak operasi militer yang sukses dilakukan korps baret merah tersebut. Di antaranya, pembebasan sandera Tim Lorenz di Mapenduma, penangkapan pimpinan Fretelin Xanana Gusmao di Desa Lahane, Dili dan operasi pembebasan sandera di Bandara Don Mueang Bangkok.
Okezone mengulas sejumlah kisah unik dan heroik yang luput dari pemberitaan media.
Satuan intelijen Kopassus atau Sandha Kopassus saat pencabutan status daerah operasi militer (DOM) akhir tahun 1998, berhasil masuk ke lingkaran kekuasaan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Bahkan, prajurit Kopassus dipercaya sebagai kepercayaan Panglima GAM.
Sebagai seorang prajurit komando yang terlatih, Sersan Badri ditugaskan untuk menyusup ke markas GAM. Dia berhasil masuk ke lingkaran GAM dengan menyamar sebagai tukang buah.
“Prosesnya sungguh panjang untuk memperoleh kepercayaan GAM. Selama setahun saya memetakan situasi lapangan di Aceh, khususnya di Lhokseumawe yang menjadi basis kekuatan militer GAM,” ujar Badri seperti ditulis Iwan Santosa dan E.A Kertanegara dalam buku Kopassus untuk Indonesia.
Serangkaian uji kesetian oleh GAM dijalani Badri selama tiga bulan lebih. Dia bahkan meloloskan anggota GAM ke Malaysia dan menyembunyikan istri Panglima GAM.
Demi penyamaran yang sempura, Badri dan rekan-rekan beberapa kali mengecoh patroli TNI agar tidak bisa menyergap GAM. Penyamaran Badri masuk ke markas GAM hanya diketahui oleh unsur pimpinan. “Berulangkali saya ditembaki teman sendiri ketika GAM dikepung oleh prajurit TNI,” ungkapnya.
Selepas Hari Raya Idul Fitri 2004, turun perintah menangkap hidup atau mati tiga pimpinan GAM, yaitu Muzakir Manaf, Sofyan Dawood dan Said Sanan.
“Semua tokoh kunci yang menjadi sasaran berada di Cot Girek. Saya masih sempat memberikan informasi terakhir kepada induk pasukan. Hari H dan jam J serangan ditetapkan,” ungkapnya.
Markas GAM di rawa-rawa Cot Girek diserbu Kopassus dari semua arah. Namun, Muzakir Manaf dan Sofyan Dawood telah menyingkir sebelumnya. Gubernur GAM Said Adnan dan ajudannya seorang desersi TNI tewas akibat tembakan di dada dan perut.
“Sofyan Dawood dan Muzakir Manaf lolos dari sergapan menyingkit ke kawasan Nisam,” tutupnya.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2015
.
Misi apa yang bikin Kopassus diakui dunia?
Merdeka.com – Komando Pasukan Khusus, atau disingkat Kopassus merayakan hari jadi ke-63 hari ini. Mereka memulai dari titik nol kini menjelma menjadi pasukan elite dunia. Berbagai macam misi dijalankan tim elite ini, dimulai dari operasi-operasi militer di awal kemerdekaan, merebut Irian Barat (sekarang Papua), penangkapan pimpinan pemberontak hingga pembebasan sandera.
Keberhasilan-keberhasilan yang mereka raih tak hanya mendapat pujian dari dalam negeri, bahkan negara-negara lain sempat memasukkan Kopassus sebagai satu dari tim elite terbaik dunia. Pujian ini tak lepas dari kegiatan operasi mereka yang minim membawa korban dari sipil, dan berhasil melumpuhkan lawan-lawan mereka.
Dengan membawa motto 3B, yakni Berani, Benar, Berhasil menjadi pegangan pasukan ketika menjalani misi di medan tugas paling berat sekalipun.
Berikut misi-misi Kopassus yang pernah dijalani Kopassus hingga diakui dunia:
1.Pembebasan di Woyla
Merdeka.com – Indonesia dikejutkan dengan aksi pembajakan lima orang teroris yang menamakan diri ‘Komando Jihad’. Kelompok yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein ini membajak pesawat DC-9 Garuda Indonesia rute Palembang-Medan ini dipaksa terbang menuju Kolombo, namun bahan bakar yang tidak cukup membuat pesawat ini mendarat di Woyla, Thailand.
Setelah empat hari berlangsung, pasukan komando Kopassandha (sekarang Kopassus) di bawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan menggelar serbuan kilat pada 31 Maret 1981. Seluruh pasukan langsung menyerbu ke dalam dan menembaki sejumlah teroris.
Tidak ada satu pun sandera yang terluka ataupun tewas dalam operasi pembebasan ini. Alhasil, operasi komando ini mendapat pujian dunia.
Pilot pesawat Garuda, Kapten Herman Rante, dan Achmad Kirang, salah satu anggota satuan Para-Komando Kopassandha, meninggal. Sementara lima teroris seluruhnya tewas.
2.Pembebasan sandera di Mapenduma
Merdeka.com – Sekelompok peneliti yang tergabung dalam Tim Ekspedisi Lorentz di belantara Papua tiba-tiba disergap oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mendapat sejumlah sandera, mereka lantas mengajukan tuntutan kepada pemerintah RI, yakni mengakui kemerdekaan Negara Melanesia Barat.
Upaya pembebasan sandera dipimpin Danjen Kopassus Mayjen Prabowo Subianto. Setelah mendapatkan persetujuan dari pusat dan negara-negara yang ikut dalam negosiasi, pasukan elite TNI ini langsung bergerak untuk membebaskan mereka.
Sebelum operasi pembebasan dimulai, Prabowo membeberkan hasil statistik yang diungkap oleh Federal Bureau of Investigation (FBI). Lembaga ini menilai upaya pembebasan sandera dengan operasi bersenjata 50 persen akan gagal. Alhasil, TNI mengupayakan pendekatan persuasif, namun upaya ini berkali-kali dimentahkan dan diingkari OPM.
Tepat hari ke-130 penyanderaan, Kopassus dibantu pasukan pendukung dari Kostrad dan Kodam Cendrawasih mengejar para penyandera. Lebatnya hutan sempat menyulitkan pasukan, apalagi OPM sangat menguasai medan. Namun, berkat kemampuan survival, mereka berhasil menemukan keberadaan OPM hingga terlibat baku tembak.
Meski operasi berhasil dilaksanakan dan seluruh sandera berhasil dibebaskan, namun 2 dari 11 sandera ditemukan tewas akibat dibacok oleh OPM. Mereka adalah Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W. Th. Panekenan, seorang peneliti biologi.
3.Pendakian Everest
Merdeka.com – Atas prakarsa Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Danjen Kopassus), Mayor Jenderal TNI Prabowo Subianto, Tim Nasional Indonesia berhasil menancapkan Sang Saka Merah Putih di puncak gunung tertinggi di dunia, Mount Everest di Nepal. Gunung setinggi 8.848 meter di atas laut ini ditaklukkan oleh tim yang sebagian besar berisi pasukan Kopassus dan beberapa orang sipil.
Tim ini berhasil mencapai puncak Everest pada pukul 15.25 waktu Nepal, hari Sabtu 26 April 1997. Keberhasilan ini disampaikan oleh Letkol Inf Pramono Edhie Wibowo dari Katmandu Nepal. Sukses sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang mencapai puncak tertinggi di dunia.
Untuk mencapai puncaknya, tim ini memulai perjalanannya dari jalur selatan Nepal. Tim yang beranggotakan Kopassus, Wanadri, FPTI dan Mapala UI harus melalui sejumlah medan bersalju selama 46 hari sejak 12 Maret 1997. Anggota Tim Selatan, Pratu Asmujiono menjadi yang pertama mengibarkan Sang Merah Putih di Puncak Mount Everest, kemudian disusul Sertu Misirin.
“Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar. Komando!” teriak Asmujiono ketika itu.
Sebaliknya, Tim Utara yang terdiri dari Serda Sumardi, Ogum Gunawan Ahmad dan Praka Tarmudi memulai perjalanan pada 22 Maret 1997. Mereka mendaki ke Puncak Everest dari sisi utara Tibet, China.
Setelah 48 hari pendakian, tepatnya pada 8 Mei 1997, mereka membatalkan misi pendakian meski sudah mencapai ketinggian 8.600 meter. Pembatalan ini dilakukan mengingat cuaca yang sangat buruk dan pertimbangan keselamatan pendakian.
4.Operasi melawan SAS
Merdeka.com – Berbeda dengan ketiga operasi sebelumnya, operasi yang dilakukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), sekarang Kopassus di belantara Kalimantan tak pernah diungkap kepada publik. Konfrontasi dengan Malaysia membuat Presiden Soekarno memerintahkan Panglima TNI menggelar Operasi Dwikora dan menggagalkan pembentukan negara Malaysia.
Operasi ini tak pernah diungkap lewat pernyataan perang resmi seperti yang terjadi saat TNI berupaya merebut Irian Barat melalui operasi militer Trikora. Alhasil, TNI tidak mengirimkan pasukan reguler, melainkan para gerilyawan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) melawan Malaysia. Tak hanya itu, personel yang terlibat juga wajib melepas seluruh identitas mereka, termasuk seragam TNI.
Selama beroperasi, mereka tak hanya terlibat bentrok dengan pasukan Malaysia, tapi juga pasukan elite Inggris Special Air Services (SAS). Selain mereka, Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.
Komandan Pasukan Inggris di Malaya, Mayor Jenderal Walter Walker merasa SAS diperlukan untuk membendung pasukan gerilya asal Indonesia. Walker tak mau jatuh korban lebih banyak di kalangan Inggris. Pertempuran antara SAS dan Gurkha melawan gerilyawan TNKU berlangsung seru. Lebatnya rimba Kalimantan menjadi saksi pertempuran yang tak pernah diberitakan media tersebut.
Kadang pasukan Inggris mengalahkan gerilyawan TNKU dalam pertempuran. Kadang gerilyawan TNKU yang memukul pasukan SAS dan Gurkha. Sulit untuk mencatat secara pasti data-data pertempuran.
Dari pertempuran di Kalimantan ini pula kemudian SAS belajar mengembangkan taktik gerilya bertempur di hutan. Kalau tak pernah berhadapan dengan pasukan elite Indonesia, mereka tak akan punya taktik ini.
.
Hebat! Kopassus Pecahkan Rekor Kerjasama Payung di Udara Tingkat Asia-Australia
Jakarta – Komando Pasukan Khusus (Kopassus) berhasil memecahkan rekor Canopy Relative Work (CRW) atau kerjasama di udara susun tegak 18 payung. Rekor tersebut memecahkan rekor sebelumnya yang juga diraih oleh Kopassus pada 1997 dengan jumlah 17 payung.
“Kami mohon doa masyarakat Indonesia agar bisa meningkatkan prestasi dan bisa terus memberikan kebanggaan bagi Indonesia,” ujar pimpinan tim Lettu Inf Petrus Paramayudo Prabowo kepada detikcom, Kamis (16/4/2015).
Petrus mengatakan rekor tersebut dinilai berdasarkan jumlah payung yang bisa disusun dalam urutan tegak. Rekor tersebut merupakan rekor untuk tingkat Asia-Australia.
Aksi kerjasama itu dilaksanakan di lapangan terbang Pondok Cabe pada 14 April 2015. Pelaksanaan di ketinggian 13.800 feet menggunakan pesawat Casa 212 No A-9146 dengan Pilot Letkol Cpn Dadan dan Copilot Kpt Cpn Cesar.
“Latihan sudah dilaksanakan sejak awal Februari dengan frekuensi latihan 2-4 kali sehari dari ketinggian 10.000-14.000 feet dari permukaan darat,” jelasnya.
Pemecahan rekor dilakukan oleh 18 peterjun dari Persatuan Terjun Payung Angkatan Darat (PTPAD) dengan pimpinan Lettu Inf Petrus Paramayudo Prabowo dari Sat-81 Kopassus. Jenis payung yang digunakan adalah jenis payung Triathlon.
Berikut urutan ke 18 peterjun :
1. Serka Cholik
2. Serka Solihin
3. Praka Pirnadi Rawan
4. Sertu Tedi Muhammad Romdon
5. Serka Maryadi
6. Serka Mahyudin
7. Sertu Setiadi
8. Serda Andar
9. Serka Yuli Suliswitoto
10. Sertu Suhari
11. Sertu Muhammad Irwan
12. Sertu Erik Prahasta
13. Kopda Dadang Sudrajat
14. Kopda Sunarto
15. Sertu Yudha Joko Triono
16. Praka Suradi
17. Lettu Inf Petrus Paramayudo Prabowo
18. Letda Inf Adrianus Gintu
Sumber : http://news.detik.com/read
.
Aksi Heroik Kopassus Bebaskan Bocah Lebanon dari Tentara Israel
JAKARTA – Prajurit Kopassus juga dipercaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam sejumlah misi perdamaian PBB atau UN peace keeping mission. Seperti di pegunungan Kaukasus di Georgia, Sierra Leone dan di Darfur, Sudan. Korps baret merah bertugas sebagai pengamat militer atau military observer (Milobs).
Bukan tugas yang mudah menjaga perdamaian dunia tanpa menggunakan kemampuan tempur. Sangkur, senjata dan keahlian sebagai pasukan elit terpaksa ditanggalkan dan diganti dengan kemampuan diplomasi.
Sejumlah aksi heroik pasukan baret merah di negara konflik menjadi catatan yang baik bagi Kopassus saat mengakhiri tugasnya.
Salah satunya, saat menengahi kelompok Hizbullah dengan Israel di Lebanon. Pasukan PBB asal Indonesia yang tergabung dalam Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-A di wilayah selatan Lebanon.
Posisi sebagai pasukan PBB, mengubah seorang prajurit tempur menjadi pihak yang kerap mendapat sasaran kekerasan dan ancaman maut dari kelompok yang bertikai.
Seperti dikutip Okezone dalam buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan E.A Natanegara. Perwira Kopassus Yudha Anggara menceritakan pengalamannya menolong seorang bocah Lebanon yang ditangkap tentara Israel.
Saat itu, tentara Israel menangkap seorang bocah karena merusak pagar perbatasan Israel dengan Lebanon. Bocah berusia 15 tahun tersebut langsung ditahan oleh tentara Israel.
Yudha dan rekan-rekannya berdiplomasi ke pos militer Israel. Pasukan Indonesia bersikap netral dan menganggap semua tidak bermusuhan. Mereka juga menghargai prajurit Israel sebagai prajurit profesional yang sedang menjalankan tugas.
Secara mengejutkan, tentara Israel itu menodongkan senjata ke pasukan PBB asal Indonesia yang sedang berdiplomasi. Selama empat jam mereka merayu dan menekankan fakta ke tentara Israel bahwa pelaku adalah anak kecil. “Kita kembangkan sisi kemanusiannya, sehingga mereka akhirnya membebaskan anak itu,” tukasnya.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2015